Keluarga maestro keroncong Gesang Martohartono menyanyangkan kondisi monumen Gesang yang terbengkalai di kawasan Solo Safari. Apalagi, monumen tersebut saat ini hanya dikelilingi oleh ilalang tanpa perawatan.
Keponakan Gesang, Yani Effendi mengatakan, waktu peresmian monumen tersebut tidak hanya patung bergambar Gesang saja. Namun lengkap dengan tribun untuk bermain keroncong dan ada ucapan selamat datang dengan tulisan bahasa Indonesia dan Jepang.
"Menyayangkan sekali sebenarnya, kan banyak ilalang ya, cuman patung sendiri sudah nggak ada apa-apa kan. Dulu tribun untuk penonton terus panggung untuk main keroncong sama gazebo, ada tulisan selamat datang juga bahasa Indonesia dan Jepang," kata Yani ditemui di kediamannya di Kampung Kemlayan, Selasa (23/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya mengaku kecewa dengan tidak terawatnya monumen Gesang tersebut. Ia merasa seperti Gesang sebagai maestro keroncong tak dihargai.
"Ya kita menyayangkan dari pihak keluarga, kok seolah-olah Pak Gesang nggak ada harganya," ungkapnya.
Baca juga: Monumen Gesang Riwayatmu Kini... |
Yani menceritakan, monumen Gesang itu terutamanya patung Gesang dibuat sekira tahun 90-an oleh orang Jepang yang mengagumi Gesang. Yani menyebut, orang Jepang itu bernama Hirano Widodo.
"Jadi dulu kayak foundation Negara Indonesia dan Jepang, kan yang mengagumi Pak Gesang dari Jepang membuat patung berwujud Pak Gesang tahun 1991 atau 1990-an," bebernya.
Pembuatan monumen itu, kata Yani merupakan wujud kecintaan Hirano terhadap Gesang. Bahkan, kata dia, Gesang beberapa kali tampil di Osaka, Jepang.
![]() |
"Ya kecintaannya dengan Pak Gesang. Itu orang-orang Jepang itu sempat bikin yayasan dan Pak Gesang sering ke Jepang diundang ke sana, ke Osaka itu sering," tuturnya.
Namun seiring berjalan waktu, pengelolaan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) ini beralih ke pihak swasta, seiring berubahnya fungsi kawasan. Menurutnya, sejak saat itu, perhatian terhadap area tersebut dinilai menurun.
"Mungkin konsepnya nggak nyambung ya. Kebun binatang dan tempat budaya keroncong, jadi kurang sinkron," ujarnya.
Pihak keluarga berharap agar pemerintah kota, termasuk Wali Kota Solo, bisa memberikan perhatian lebih. Bahkan jika lokasi saat ini dianggap tidak cocok, keluarga mengusulkan agar patung dan fasilitas taman dipindahkan ke tempat yang lebih layak.
"Kalau misalnya di Jurug nggak berkenan, ya dipindah saja. Misalnya ke sebelah selatan jembatan Jurug, kan ada taman terbuka yang bisa dimanfaatkan," terang Yani.
Menurutnya, pelestarian warisan Gesang tidak hanya penting untuk keluarga, tapi juga bagi masyarakat dan sejarah musik Indonesia.
"Selama ini warga nggak pernah diajak komunikasi soal ini. Kita prihatin, seolah-olah nggak dihargai," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Monumen Tirta Gesang atau Monumen Gesang yang berada di Kawasan Solo Safari terbengkalai dan tak terawat. Monumen yang berada di sisi timur Solo Safari itu tertutupi rumput ilalang yang tumbuh subur.
Dari pantauan detikJateng, Selasa (23/9/2025), pengunjung Solo Safari yang ingin melihat Monumen Gesang harus memutar dan melihat-lihat satwa yang ada di Solo Safari. Monumen Gesang sendiri berada di pojok jalan akses keluar.
Karena akses yang berada di ujung, pengunjung yang melintasi Monumen Gesang yakni yang menaiki buggy car. Sedangkan pejalan kaki, juga bisa melintas namun banyak yang memilih untuk memotong jalan melalui danau buatan.
Monumen Gesang sendiri berada di dekat kantor Perumda Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) dan Bengawan Solo Park milik Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS). Kondisi di Monumen Gesang sendiri hanya menyisakan patung setengah badan.
Sebelum menjadi Solo Safari, dulu Monumen Gesang mudah diakses oleh pengunjung. Dulunya, monumen Gesang terbuka dan berada sejajar dengan lapak pedagang saat masih bernama TSTJ.
(afn/alg)