Seniman Komunitas Lima Gunung (KLG) berdoa bersama di Candi Mendut, Kabupaten Magelang. Doa bersama tersebut untuk menyikapi kondisi sosial politik Indonesia saat ini.
Pantauan detikJateng, doa bersama itu sedianya dimulai pukul 17.00 WIB di Candi Mendut. Para seniman Komunitas Lima Gunung memakai kostum serba putih.
Saat akan memasuki Candi Mendut, mereka sempat tertahan oleh petugas yang berjaga. Pimpinan Komunitas Lima Gunung pun harus menelepon pihak yang berwenang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Akhirnya, sekitar pukul 17.30 WIB, puluhan seniman itu diperbolehkan memasuki kompleks Candi Mendut. Dengan catatan mereka tidak berbicara dan melakukan penampilan di Candi Mendut.
Para seniman itu lalu mengelilingi Candi Mendut sambil membawa bunga, dupa, dan tema Festival Lima Gunung (GLF). Di mana tema FLG yang dibawa sejak tahun 2010 hingga 2025.
"Berkaitan kondisi saat ini, teman-teman Lima Gunung berdoa. Intinya, ketika di negara ini baru genting. Kemudian ada demo-demo, tapi di Lima Gunung ini melakukan doa," kata Sujono Keron, Ketua Komunitas Lima Gunung, kepada detikJateng, Kamis (4/9/2025).
![]() |
"Kami berdoa supaya apa yang diharapkan dari teman-teman Lima Gunung ini untuk segera pulih. (Sempat tidak boleh masuk area candi?) Itu juga cermin dari bangsa kita, karena untuk doa saja dipersulit seperti ini," sambungnya.
Sujono mengatakan, pihaknya akhirnya diperbolehkan melakukan doa bersama di area Candi Mendut.
"Walaupun itu diatur tidak boleh berbicara, kemudian tidak boleh performance. Akhirnya hanya tapa bisu (tidak berbicara). Ya tertahan sekitar 30 menit," ujar dia.
Pimpinan Komunitas Lima Gunung lainnya, Sih Agung Prasetyo mengatakan komunitasnya menyikapi situasi di Indonesia tidak dengan kemarahan.
"Tapi, ini betul-betul dari lubuk hati paling dalam. Kita mencoba untuk merekonstruksi kembali dari tema-tema yang pernah dipakai dalam Festival Lima Gunung sejak tahun pertama sampai tahun ini. Ternyata kok itu semua (tema) bisa disebut sebagai penanda zaman," kata Sih Agung.
"Kita merespons (situasi yang ada) dari sudut pandang Komunitas Lima Gunung. Yang mana, kita juga ingin menyampaikan pada bangsa Indonesia bahwa segala sesuatu itu diselesaikan dengan kepala yang dingin, penuh pemikiran dan rasa pangrasa," imbuh dia.
(dil/apu)