Aksi Kamisan Solo, Payung Hitam dan Kegeraman Masyarakat

Aksi Kamisan Solo, Payung Hitam dan Kegeraman Masyarakat

Tara Wahyu NV - detikJateng
Kamis, 04 Sep 2025 18:46 WIB
Aksi kamisan di Kota Solo digelar di Bundaran Gladag, Kamis (4/9/2025).
Aksi kamisan di Kota Solo digelar di Bundaran Gladag, Kamis (4/9/2025). (Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng)
Solo -

Massa aksi kamisan menggelar aksi di Bundaran Gladag Solo. Puluhan orang dengan mengenakan baju warna hitam itu menyuarakan isu-isu terkait kematian pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, hingga UU Perampasan Aset.

Salah satu peserta, Devan Canda Winata, mengatakan aksi tersebut merupakan respons dari teman-teman atas isu kebijakan yang dinilai menyeleweng. Apalagi, dari aksi yang terjadi pada Jumat (29/8) lalu menimbulkan korban jiwa.

"Kita menyuarakan dan kita mengingat kita berjuang, kita tidak gentar sama sekali dengan apapun yang terjadi terjadi beberapa hari ini. Banyak sekali korban jiwa, kami tetap berjuang," katanya ditemui di Bundaran Gladag, Kamis (4/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Devan mengatakan, pihaknya juga membawa poster sebagai bentuk protes. Mereka membawa tulisan berupa 'Masyarakat sudah geram' , 'Sahkan RUU perampasan aset' , 'Kawal tuntutan 17+8', 'save justice Affan Kurniawan'.

ADVERTISEMENT

"Kalau ini hampir semuanya bahwa Ini kami sekali lagi dalam rangka mengingat kita tidak ingin melupakan sebelumnya, kita tidak ingin melupakan mereka-mereka yang sudah berjuang demi demokrasi, demi rakyat Indonesia untuk melawan segala keserampangan itu sekali lagi dan kemenyelewengan kekerasan yang terjadi," ungkapnya.

Dalam aksi tersebut mereka juga membawa payung, sebagai simbol bahwa masih dalam kegelapan. Menurutnya, aksi tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2000.

"Payung itu itu sebagai simbol kami masih dilingkupi payung hitam itu filosofinya kami masih dilingkupi kegelapan negara masih gelap gitu. Kita belum bebas dari kegelapan dan payung sendiri itu sudah dibawa dari aksi kamisan sejak 2000 sejak kamisan lahir dulu gitu," bebernya.

Dengan aksi tersebut, pihaknya menegaskan tidak gentar meskipun ada beberapa aktivis yang ditangkap pihak kepolisian. Pihaknya juga tidak takut dengan ancaman.

"Kan ini beberapa orang ditangkap karena itu provokasi setelah itu kalau teman-teman menyuarakan Kami tidak gentar sama sekali seperti yang saya sampaikan di awal, kami tidak takut akan ancaman, kami tidak takut dengan apapun itu, kami tetap menyuarakan dengan lantang dan keras, kami tidak gentar sama sekali. Karena melawan keadilan itu memang harus ada yang dikorbankan," tegasnya.

Menurutnya, isi gugatan dalam aksi tersebut meliputi negara untuk bertanggungjawab atas apa yang terjadi. Selain itu pihaknya meminta untuk memenuhi tuntutan 17+8 dan pembebasan para aktivis.

"Segera selesaikan selesaikan semua ini karena rakyat juga butuh keadilan, perdamaian, kesejahteraan seperti amanat undang-undang, seperti Pancasila. Lalu tadi saya juga mengangkat tentang bagaimana rakyat itu hanya menjadi bola panas yang dilempar yang menjadi permainan aparat partai hijau dan partai coklat lalu ada pemerintah seakan rakyat ini hanya yang menjadi mainan untuk mereka mengambil kekuasaan," terangnya.

"Kami selalu menuntut aparat untuk mengembalikan kawan-kawan kami yang kemarin ditangkap, yang kemarin masih belum dibebaskan seperti itu," pungkasnya.




(aap/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads