Dusun Praguman Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara viral di media sosial. Dusun ini disebut sebagai 'Kampung Mati' setelah ditinggal warganya karena tanah gerak.
Dari unggahan video di akun media sosial TikTok milik bomal_vlog, masih terdapat warga yang tinggal di dusun tersebut. Meski warga lainnya meninggalkan rumahnya, nenek yang belakangan diketahui bernama Syamroni ini memilih tetap tinggal di 'Kampung Mati' atau di Dusun Praguman.
Nenek Syamroni tinggal bersama empat ekor kambing. Sedangkan anak cucunya telah pindah ke tempat relokasi yang berada tidak jauh dari kantor Pemdes Clapar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ginem, anak sulung Syamroni mengatakan jika dirinya sudah berulang kali membujuk ibunya agar ikut pindah. Namun upaya tersebut gagal, ibunya masih memilih hidup di Dusun Praguman.
"Sebenarnya saya sudah berkali-kali membujuk, tapi ibu tidak pernah mau. Mungkin karena lebih nyaman di sini. Dan sekarang memang ibu mengalami gangguan jiwa setelah adik saya merantau ke Malaysia belum pulang-pulang," ungkapnya.
Ia menyebut, di 'Kampung Mati' ibunya tidak sendiri. Masih terdapat satu rumah yang ditempati. Dan saat siang hari, beberapa warga juga mengunjungi rumah lamanya sekalian berangkat ke kebun salak.
"Sekarang di sini ada dua rumah yang ditempati. Satu oleh ibu saya, yang kedua ada satu rumah yang dihuni 3 orang. Tapi kalau siang pada ke rumah lamanya. Karena kan Sebagian digunakan untuk kendang kambing," terangnya.
Sebelum pindah ke tempat relokasi, terdapat 2 RT di Dusun Praguman, dengan jumlah KK sekitar 50an. Saat itu, rumah yang masih berdiri sekitar 15 rumah.
"Dulu di sini ada dua RT, kalau KK 50an lebih. Sekarang pada pindah ke tempat relokasi. Tapi memang masih ada rumah yang berdiri. Meskipun digunakan untuk kendang kambing. Beberapa sudah dirobohkan dan ditanami salak," ujarnya.
Salah satu warga Dusun Praguman Mutmainah, mengatakan kepergian warga lantaran tempat tinggalnya ini masuk zona merah rawan bencana tanah longsor. Bahkan saat ini, masih terdengar suara gemuruh saat terjadi pergerakan tanah.
"Saya kadang tidur di sini, kadang di rumah relokasi. Kalau pas di sini masih dengar kaya suara gemuruh pas terjadi tanah gerak. Karena memang di sini masuk rawan bencana tanah gerak," ungkapnya.
Kepala Desa Clapar, Somad, membenarkan jika pada 2007 dilakukan upaya relokasi warga. Pasalnya, wilayah Dusun Praguman masuk zona merah bencana tanah longsor.
"Jadi karena masuk zona merah rawan bencana, kami mengajukan ke Pemda untuk direlokasi. Itu tahun 2007. Dan memang ada satu-dua yang belum pindah karena tidak mau. Tetapi Sebagian besar sudah pindah ke tempat relokasi," tegasnya.
(apl/apl)