Ternyata Ini Alasan Nenek Tinggal Sendirian di 'Kampung Mati' Banjarnegara

Ternyata Ini Alasan Nenek Tinggal Sendirian di 'Kampung Mati' Banjarnegara

Uje Hartono - detikJateng
Sabtu, 09 Agu 2025 14:49 WIB
Suasana Dusun Praguman viral disebut Kampung Mati di Banjarnegara. Kampung ini ternyata ditinggalkan gegara tanah gerak. Foto diunggah Jumat (8/8/2025).
Suasana Dusun Praguman viral disebut Kampung Mati di Banjarnegara. Foto: Uje Hartono/detikJateng)
Banjarnegara -

Seorang nenek viral dikabarkan tinggal sendirian di 'kampung mati' di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara. Nenek tersebut tetap tinggal di rumahnya meskipun tetangganya sudah pindah karena bahaya tanah gerak.

Nenek tersebut adalah Syamroni, yang diperkirakan berusia sekitar 80 tahun. Saat ditemui di rumahnya, di Dusun Praguman, Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara, Syamroni tengah bersama anak dan cucunya.

Rumah yang ditempatinya berdinding kayu, dan berlantai tanah. Saat masuk ke rumah, langsung disambut empat ekor kambing. Sementara di sisinya merupakan tempat istirahat nenek Syamroni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak sulung nenek Syamroni, Ginem, mengaku sudah berulang kali membujuk agar ibunya ikut pindah bersamanya. Namun selama ini bujuk rayunya tidak pernah digubris.

ADVERTISEMENT

"Sebenarnya saya sudah sering mengajak untuk ikut pindah, karena di sini juga bahaya tanah longsor. Tetapi berulang kali tetap tidak mau," kata Ginem saat ditemui di Dusun Praguman, Jumat (8/8/2025).

Suasana Dusun Praguman viral disebut Kampung Mati di Banjarnegara. Kampung ini ternyata ditinggalkan gegara tanah gerak. Foto diunggah Jumat (8/8/2025).Suasana Dusun Praguman viral disebut Kampung Mati di Banjarnegara. Kampung ini ternyata ditinggalkan gegara tanah gerak. Foto diunggah Jumat (8/8/2025). Foto: Uje Hartono/detikJateng

Ginem pun akhirnya sering menyempatkan diri menengok ibunya saat siang hari. Dia menyebut di kampung itu masih ada keluarga lain yang tinggal di Dusun Praguman.

"Selain ibu saya, ada 3 orang yang tinggal di sini juga. Sebenarnya ada 3 rumah yang masih dihuni termasuk ibu saya. Tapi yang satu rumah kadang-kadang saja. Sering bersama anaknya di tempat relokasi," terangnya.

Ginem mengungkap ibunya semakin sulit untuk dibujuk pindah, terlebih saat ini karena menderita gangguan jiwa. Pemicunya karena anak bungsunya pergi merantau ke Malaysia dan hingga kini tidak ada kabar.

"Ibu saya memang mengalami gangguan jiwa. Mungkin karena kepikiran adik saya, itu sudah 20-an tahun pergi ke Malaysia tidak pernah pulang dan tidak pernah ada kabarnya sampai sekarang," tuturnya.

Kepala Desa Clapar, Somad, juga menyampaikan jika pihaknya sudah berulang kali meminta nenek Syamroni untuk pindah. Namun upaya tersebut gagal dan tetap memilih untuk tetap tinggal di rumah lama bersama kambingnya.

"Sudah berulang kali dibujuk sama Pemdes, sama keluarganya tapi tidak pernah mau. Memang orangnya mengalami gangguan jiwa. Kalau bahasa sini itu nggak waras," ungkap Somad.

Saat ini, masih ada 15 rumah warga yang masih berdiri. Sebagian digunakan untuk kandang kambing.

"Kalau sekarang rumah yang masih berdiri di Dusun Praguman ada sekitar 15 rumah. Tapi sudah alih fungsi jadi kendang kambing. Beberapa sudah dibongkar dan ditanami pohon salak," jelasnya.




(ams/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads