Alasan Warga Minta Ortu Siswi Semarang Viral Sekolah Lewat Sungai Pindah

Alasan Warga Minta Ortu Siswi Semarang Viral Sekolah Lewat Sungai Pindah

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Selasa, 05 Agu 2025 13:11 WIB
Ketua RT setempat, Sugito, menunjukkan petisi minta Julian Boga Siagian pindah dari kampungnya.
Ketua RT setempat, Sugito, menunjukkan petisi minta Julian Boga Siagian pindah dari kampungnya. (Foto: Angling Adhitya/detikJateng)
Semarang -

Orang tua dari siswi SD yang sempat viral berangkat sekolah lewat sungai di Semarang diminta warga untuk meninggalkan tempat tinggalnya saat ini. Warga mengaku resah dengan orang tua siswi tersebut. Kenapa?

Warga di kawasan Lamongan, Bendan Ngisor, itu bahkan memasang spanduk yang berisi imbauan agar Juladi Boga Siagian segera pindah dari kampung mereka. Warga setempat ternyata juga sempat memberikan petisi ke Juladi.

"Iya itu kehendak warga, ada petisi juga," kata ketua RT setempat, Sugito, saat dimintai konfirmasi soal spanduk dan perisai itu, ditemui di rumahnya, Senin (4/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada keresahan warga. Seperti memelihara anjing yang diliarkan dan soal sampah," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Sebagai informasi, petisi warga terhadap Juladi itu ditandatangani 21 warga. Petisi tertanggal 3 Agustus 2025 itu mencantumkan sejumlah alasan keberatan warga RT 07 RW 01 khususnya sekitar Jalan Lamongan Selatan 2 dan sebagian wilayah RW 03 dengan perilaku dan status warga yang bernama Juladi Boga Siagian yang dinilai meresahkan.

Berikut delapan poin petisi yang ditulis warga yaitu:

1. Melakukan aktivitas yang menimbulkan polusi udara (bau) dan penyakit (menimbun sumpah) di sekitaran dia tinggal dan ketika ditegur tidak mau tau dan justru marah-marah.

2. Membiarkan semua anjing yang dimilikinya berkeliaran di area kampung dan memangsa hewan peliharaan warga sekitar. Sudah beberapa kali diingatkan, tetapi kembali bersikap acuh tak acuh dan justru kembali mengulanginya.

3. Bersikap tidak bertanggungjawab terhadap anjingnya, sehingga anjingnya menggonggong hingga malam hari dan mengganggu warga.

4. Melakukan penuduhan atau pencemaran nama baik terhadap warga, yang mana kemudian dari warga yang dituduh tidak terbukti melakukan apa yang seperti dituduhkan oleh yang disebut di atas.

5. Tidak pernah mau ikut kegiatan warga (kerja bakti, melayat, dan sosialisasi).

6. Melakukan ancaman bersifat fisik bahkan ancaman pembacokan kepada warga lainnya yang bersinggungan dengan orang yang tersebut di atas.

7. Mengeringkan sampah-sampahnya di jalanan umum, sehingga jalanan terlihat kumuh dan dapat menimbulkan penyakit.

8. Dan perilaku-perilaku lainnya yang merugikan untuk warga sekitar.

"Dengan banyaknya masalah yang sering terjadi dan adanya rasa kekhawatiran akan terjadi bentrok fisik yang disebabkan oleh perilaku dan tempramen orang yang tersebut di atas, kami segenap warga RT 07 RW 01 merasa tidak nyaman dan resah. Diharapkan Bapak Linggasari selaku Pelaksana Tugas Lurah Bendan Ngisor berkenan melakukan tindakan tegas sesuai hukum yang berlaku, agar orang tersebut segera pindah dari tempat yang sekarang ditinggali olehnya," tulis warga dalam petisi itu.

Dalam dua lembar surat itu juga dilampirkan foto yang memperlihatkan kertas atau kardus-kardus yang dijemur di pinggir jalan sepanjang gang. Kemudian foto tangkapan layar CCTV sejumlah anjing di malam hari di luar tempat tinggal Juladi.

Selain petisi, pada Senin (4/7) kemarin warga juga memasang spanduk di pagar arah ke tempat tinggal Juladi. Spanduk tersebut bertuliskan 'Warga RT07/RW01 Kelurahan Bendan Ngisor menolak warga atas nama Juladi Boga Siagian. Warga mengimbau untuk yang bersangkutan dapat segera pindah dari RT07/RW01 Kelurahan Bendan Ngisor'.

Penjelasan Juladi

Sementara itu, Juladi menjelaskan hal yang dikeluhkan warga. Terkait anjing yang diliarkan, menurut Juladi anjing peliharaannya diawasi, kemudian untuk sampah yang dijemur dia menyebut itu kertas atau kardus yang basah dan setelah kering dibereskan.

"Saya jemur itu bukan sampah, itu kertas-kertas yang saya jemur ya kertas pokoknya semua kertas yang basah saya jemur setelah kering saya ambil saya bersihkan kembali. Itu pun terjadi bukan saya, warga lain pun ada yang pengepul juga jemur-jemur tapi mereka tidak meributkan entah saya kenapa," ujar Juladi yang sehari-hari mengepul rosok ini.

"Itu anjing saya lepas itu saya jaga. Saya inikan, saya masukkan kalau malam. Jadi kalau keluar pun saya jaga. Cuma yang namanya kalau sudah fanatik sekali ya kami mau ngomong apa lagi. Jadi anjing itu kami masukkan kok sampai ada pintu. Jadi keluar itu kami pantau setelah itu baru kami masukkan," imbuhnya.

Ketua RT setempat, Sugito, menunjukkan petisi minta Julian Boga Siagian pindah dari kampungnya.Foto deretan kertas dan kardus yang dijemur Julian Boga Siagian. Foto: Angling Adhitya/detikJateng

Sedangkan soal dirinya yang tidak ikut kegiatan kampung, Juladi mengaku sibuk bekerja mencari rosok.

"Saya itu dari subuh, pagi, siang, sore mencari nafkah untuk anak istri saya bertanggungjawab. Seperti inilah habis ini pulang nyari barang saya nyortir. Kalau yang namanya kita ikut arisan, saya tidak pernah tahu karena tidak pernah diundang. Pun kalau saya kumpul ternyata kalau saya kumpul itu ngomongin orang. Terus gengsi-gengsian, terus blok-blokan. Blok-blokan daripada saya nanti terkonfrontasi pikiran saya seperti sebegitu. Lebih baik saya fokus mencari nafkah untuk anak istri saya karena ya gimana hidup kami itu begini jadi saya harus fokus," urainya.

Juladi pun meminta solusi tempat tinggal jika akhirnya dia diusir oleh warga kampungnya. Sebab, saat ini dia harus menghidupi anak dan istrinya.

"Tolong kasih solusi saya tinggal di mana," tegasnya.

Saksikan Live DetikSore:

Lihat Video 'Viral Siswi Semarang Sekolah Lewat Sungai gegara Akses Rumah Ditutup':

(ams/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads