Melihat Lautan Sampah di Balik Kemegahan Brown Canyon Semarang

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Senin, 04 Agu 2025 15:46 WIB
Aktivitas TPA ilegal di Brown Canyon Semarang, Senin (4/8/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Ternyata ada lautan sampah di balik pemandangan eksotis tebing cadas Brown Canyon Semarang. Keindahan bekas lokasi tambang yang berada di perbatasan Kecamatam Tembalang, Kota Semarang dan Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak itu kini terkikis oleh sampah dan polusi.

Tak hanya tak enak dipandang, bau limbah langsung menyergap ketika memasuki kawasan Mbengkung, Kebonbatur, Demak. Kawasan itu tak jauh dari titik tempat pembuangan sampah atau TPA illegal itu.

Pantauan detikJateng di kawasan Brown Canyon, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Senin (4/8/2025) siang sekitar pukul 13.00 WIB, tampak truk-truk tangki septic tank dan pengangkut sampah melintasi jalan berdebu tanpa henti.

Debu jalanan imbas lalu lalang truk di jalan beralas tanah juga terasa mengganggu. Di siang yang panas ini, tak tampak satu pun batang hidung wisatawan di Brown Canyon.

Perlu diketahui kawasan ini pernah disebut-sebut sebagai 'Arizona-nya Indonesia'. Green lake alias cekungan berisi air hijau tampak kontras dengan tebing-tebing cadas dan debu beterbangan, layaknya oase yang terperangkap dalam pusaran tambang.

Suasana lautan sampah di sekitar Brown Canyon, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Senin (4/8/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Sudah Bertahun-tahun

Beberapa warga sekitar Brown Canyon yang dijumpai tampak menyapu halaman yang hampir tiap detik berdebu itu sambil memakai masker. Bau tak sedap sudah tercium dari jarak satu kilometer dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ilegal.

Salah satu warga, Haru Wibowo (47), sudah tak ingat lagi kapan pertama kali truk-truk mulai membuang sampah di sana. Menurutnya, hal itu sudah terjadi puluhan tahun.

"Ini sudah bertahun-tahun, ada puluhan tahun. Setiap hari saya hirup bau seperti ini," kata Heru, warga asli Kebonbatur yang tinggal tak jauh dari titik pembuangan kepada detikJateng, Senin (4/8/2025).

Ia mengaku sejak kecil tinggal di kawasan yang dulu merupakan bukit batu hijau dan sejuk. Brown Canyon, kata dia, dulu adalah gunung. Anak-anak bermain layangan di puncaknya. Remaja-remaja jatuh cinta di bibir tebing.

Tapi sejak akhir 1990-an, alat berat datang menggali, menggerus, dan mengoyak tubuh batu itu sampai habis. Kini yang tersisa hanya cekungan dalam yang dipenuhi sampah rumah tangga, limbah plastik, dan yang lebih parah yakni kotoran manusia.

Terlihat asap sampah terbakar di sekitar Brown Canyon, Semarang, Senin (4/8/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

"Dulu di sini gunung, terus dikeruk sampai jadi cekungan besar. Sekarang jadi tempat buang sampah, bahkan limbah septic tank dari mana-mana dibuang di sini," ujarnya.

"Dulu di sini sejuk. Jalan juga nggak seperti ini. Ini dicor baru-baru saja. Sekarang? Panas, debu, bau, mau lapor juga nggak tahu ke siapa. Yang ngurus orang-orang di atas, kita yang di bawah cuma pasrah," lanjutnya dengan nada lirih sembari takut suaranya tertelan deru truk.

Ia mengaku warga sudah berkali-kali menyampaikan keluhan ke pemerintah desa. Beberapa tahun lalu sempat ada pemadaman, katanya, tapi tak lama api muncul kembali. Tak ada papan peringatan adanya TPA. Tak ada garis batas dengan pemukiman warga. Tak ada turun tangan pemerintah.

Truk Septic Tank Juga Buang Limbah

Truk septic tank datang setiap hari, bisa puluhan kali, membawa kotoran manusia dan membuangnya ke dasar cekungan. Dalam waktu satu jam saja, tampak ada lima septic tank datang membawa kotoran manusia.

Jika hujan turun, limbah itu mengalir ke sungai yang melewati kampung. Tapi jika langit cerah berhari-hari, limbah membusuk di tempat, menguarkan bau yang bisa membuat perut mual meski dalam keadaan kosong.

"Air limbahnya ngalir ke sungai. Kalau nggak ada hujan ya makin bau, karena sampahnya itu numpuk," ujar Heru.

Desa Mbengkung dan Kelurahan Rowosari hanya dipisahkan satu tebing. Tapi soal tanggung jawab, jaraknya seperti langit dan bumi. Heru menyebut pengelola pembuangan berasal dari Rowosari.

"Dulu katanya pernah ada rembukan, tapi hasilnya ya begitu-begitu saja. Kami cuma bisa minta yang baik-baik saja. Selama ini mggak ada tindak lanjut," ujarnya.

Selengkapnya di halaman berikutnya...




(afn/apu)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork