"Saya melihat potensi penanaman mangrove di sini bisa dikembangkan menjadi destinasi ekowisata mangrove," ujar Agustina dalam keterangan tertulis, Minggu (13/7/2025).
Ia menuturkan pengembangan ekowisata mangrove di kawasan ini dilandasi dua alasan utama, yakni potensi peningkatan ekonomi masyarakat pesisir, serta upaya konkret menjaga ekosistem pantai dari ancaman abrasi yang semakin nyata.
"Ekowisata mangrove ini bisa menjadi daya tarik baru sehingga tidak hanya menjaga lingkungan yang berkelanjutan, melainkan pengunjung bisa menikmati spot-spot menarik dan mengungkit perekonomian masyarakat," jelasnya.
Keseriusannya tak berhenti di situ. Ia telah meminta kelurahan, kecamatan, dan perangkat daerah terkait untuk menyusun masterplan ekowisata mangrove dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, agar tata ruang yang dihasilkan dapat efisien dan optimal.
"Setelah semua siap dan lengkap, pada tahun 2026 Pemerintah Kota atau Pemkot Semarang akan mendukung dalam bentuk penganggaran kali pertama, selebihnya wisata mangrove akan dikelola oleh masyarakat" lanjutnya.
Terkait konsep pengembangan wisata, Agustina menegaskan pentingnya melibatkan masyarakat sejak awal. Menurutnya, rembug bersama akan menciptakan rasa memiliki dan memperkuat kebersamaan dalam pengambilan keputusan.
"Saya tidak bisa memutuskan (konsepnya), justru lebih bagus kalau membangun bersama, melibatkan dan memberdayakan masyarakat itu sendiri. Jadi masyarakat maunya apa, opportunity-nya apa saja sehingga mereka merasa ikut terlibat dan semua diselesaikan oleh stakeholder yang ada di sini," tegasnya.
Ia menyebut bahwa sudah ada sejumlah asosiasi yang memiliki program sejalan dengan Pemkot Semarang, khususnya dalam upaya pelestarian lingkungan pesisir. Ia menilai, kolaborasi menjadi kunci penting agar pengembangan wisata mangrove di Tambakrejo dapat berjalan berkelanjutan.
"Rotary Club dan Keuskupan Agung Semarang juga punya program yang sama. Ini juga harus seiring, selaras, jadi tidak sendiri-sendiri," pungkas Agustina.
Upaya menjadikan Tambakrejo sebagai ekowisata mangrove diharapkan bisa menjadi percontohan pemanfaatan potensi alam yang selaras dengan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan warga. Jika berhasil, ekowisata ini diyakini bisa membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan kawasan pesisir di Kota Semarang. (akd/akd)