7 Fakta Dieng Capai Suhu Minus 0,7 Derajat Celsius

Round-Up

7 Fakta Dieng Capai Suhu Minus 0,7 Derajat Celsius

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 11 Jul 2025 07:00 WIB
Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025).
Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025). Foto: dok. Pelaku Wisata Dieng/Dhimas
Solo - Dataran tinggi Dieng kembali 'diselimuti' embun es kemarin. Menurut BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, suhu di Dieng pada Kamis (10/7) pagi mencapai minus 0,7 derajat Celsius. Berikut fakta-faktanya.

Embun Es di Candi Setyaki

Salah satu pelaku wisata Dieng, Dhimas F mengabadikan momen mengkristalnya embun di sekitar Candi Setyaki, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, kemarin.

Dari pengamatannya, embun yang menempel di rumput area Candi Setyaki membeku membentuk butiran es. Fenomena ini terjadi sekitar pukul 06.00 WIB sampai 06.30 WIB.

"Tadi pagi sekitar pukul 06.00 WIB embun di sekitar Candi Setyaki membeku, tetapi masih tipis," ujarnya saat dihubungi detikJateng, Kamis (10/7/2025).

Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025).Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025). Foto: dok. Pelaku Wisata Dieng/Dhimas

Suhu Terendah Pukul 6 Pagi

Dhimas menyebut, berdasarkan pantauan aplikasi alat ukur suhu udara Dieng dan thermometer manual, suhu udara terendah terjadi pada pukul 06.00 WIB. Yakni turun hingga 0 derajat celsius.

"Dari pantauan aplikasi Cuacadieng dan termometer yang diletakkan di lokasi candi, tadi pagi suhu udara paling rendah turun sampai 0 derajat. Itu pada pukul 06.00 WIB," jelasnya.

Dingin Sejak Rabu Malam

Menurut Dhimas, suhu udara sudah mulai terasa dingin sejak Rabu (9/7) malam. Terutama setelah pukul 21.00 WIB.

"Memang sejak tadi malam suhu udara di Dieng sudah terasa lebih dingin dari biasanya. Ya sekitar mulai pukul 21.00 WIB," imbuhnya.

Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025).Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025). Foto: dok. Pelaku Wisata Dieng/Dhimas

Kondisi Kompleks Candi Arjuna

Kepala UPT Dieng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara Sri Utami membenarkan terjadinya embun es di Candi Setyaki. Menurut dia, sementara ini embun es belum terjadi di area komplek Candi Arjuna.

"Untuk Candi Setyaki memang sudah terjadi embun es pagi tadi. Cuma untuk area Candi Arjuna masih belum, embun masih berbentuk air seperti biasa," terang Sri Utami, Kamis (10/7).

Faktor Angin Monsun Australia

Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Feri Oktaviana menjelaskan soal fenomena embun upas alias embun es yang menyelimuti dataran tinggi Dieng.

Ia menjelaskan, embun upas merupakan fenomena rutin yang umumnya muncul pada musim kemarau, terutama pada Juni hingga September. Fenomena itu terjadi lantaran adanya penurunan suhu antara malam hingga dini hari.

"Faktornya karena memang sudah memasuki musim kemarau, kemudian aktifnya monsun Australia yang membawa udara kering dan dingin ke wilayah kita, dan yang utama faktor cuaca yang cerah dan tutupan awan yang sedikit," kata Feri saat dihubungi detikJateng, Kamis (10/7/2025).

Capai Minus 0,7 Derajat Celsius

Tutupan awan yang sedikit itu, kata Feri, menyebabkan radiasi balik matahari bekerja secara optimal, sehingga menyebabkan penurunan suhu pada malam hingga dini hari.

"Suhu terendah yang tercatat saat embun upas mencapai minus 0,7 derajat Celsius itu pagi tadi. Sementara rata-rata suhu pagi hari di kawasan Dieng berkisar antara 3 sampai 5 derajat," terangnya.

Bediding hingga September

Feri menjelaskan, fenomena bediding atau hawa dingin memang dirasakan hampir di seluruh wilayah Jateng saat musim kemarau. Namun, embun upas tidak terjadi di semua tempat.

"Kenapa cuma di Dieng yang terjadi embun upas, karena untuk Jateng hanya di Dieng yang ketinggiannya sekitar 2.000 MDPL (meter di atas permukaan laut), yang memungkinkan suhu mencapai 0 derajat. Semakin tinggi wilayah makin rendah suhunya," ungkapnya.

Ia mengatakan, fenomena ini masih akan terus terjadi hingga September. Pihaknya mengimbau warga, khususnya yang berada di wilayah dataran tinggi, untuk mengantisipasi penurunan suhu dengan memakai pakaian hangat dan menjaga daya tahan tubuh.

"Kami imbau tetap waspada terhadap penurunan suhu pada malam hingga dini hari. Tetap utamakan menggunakan pakaian yang sesuai dengan wilayahnya, mungkin pakaian yang lebih hangat, tebal, kemudian tetap menjaga kesehatan dan meningkatkan imun tubuh," imbaunya.


(dil/dil)


Hide Ads