Fenomena Embun Es Kembali Muncul di Dieng, Ini Penjelasan BMKG

Fenomena Embun Es Kembali Muncul di Dieng, Ini Penjelasan BMKG

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Kamis, 10 Jul 2025 19:38 WIB
Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025).
Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025). Foto: dok. Pelaku Wisata Dieng/Dhimas
Semarang -

Fenomena embun upas alias embun es kembali menyelimuti dataran tinggi Dieng. Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Feri Oktaviana menjelaskan mengapa fenomena ini bisa terjadi.

Ia menjelaskan, embun upas merupakan fenomena rutin yang umumnya muncul pada musim kemarau, terutama pada bulan Juni hingga September. Fenomena itu terjadi lantaran adanya penurunan suhu antara malam hingga dini hari.

"Faktornya karena memang sudah memasuki musim kemarau, kemudian aktifnya monsun Australia yang membawa udara kering dan dingin ke wilayah kita, dan yang utama faktor cuaca yang cerah dan tutupan awan yang sedikit," kata Feri saat dihubungi detikJateng, Kamis (10/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tutupan awan yang sedikit itu, kata dia, menyebabkan radiasi balik matahari bekerja secara optimal, sehingga menyebabkan penurunan suhu pada malam hingga dini hari.

"Suhu terendah yang tercatat saat embun upas mencapai minus 0,7 derajat Celsius itu pagi tadi. Sementara rata-rata suhu pagi hari di kawasan Dieng berkisar antara 3 sampai 5 derajat," tambahnya.

ADVERTISEMENT
Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025).Fenomena alam embun es terjadi di area Candi Setyaki, Dieng, pagi ini, Kamis (10/7/2025). Foto: dok. Pelaku Wisata Dieng/Dhimas

FIa menjelaskan, fenomena bediding atau hawa dingin memang dirasakan hampir di seluruh wilayah Jateng saat musim kemarau. Namun, embun upas tidak terjadi di semua tempat.

"Kenapa cuma di Dieng yang terjadi embun upas, karena untuk Jateng hanya di Dieng yang ketinggiannya sekitar 2.000 MDPL (meter di atas permukaan laut), yang memungkinkan suhu mencapai 0 derajat. Semakin tinggi wilayah makin rendah suhunya," ungkapnya.

Ia mengatakan, fenomena ini masih akan terus terjadi hingga September. Pihaknya mengimbau warga, khususnya yang berada di wilayah dataran tinggi, untuk mengantisipasi penurunan suhu dengan memakai pakaian hangat dan menjaga daya tahan tubuh.

"Kami imbau tetap waspada terhadap penurunan suhu pada malam hingga dini hari. Tetap utamakan menggunakan pakaian yang sesuai dengan wilayahnya, mungkin pakaian yang lebih hangat, tebal, kemudian tetap menjaga kesehatan dan meningkatkan imun tubuh," imbaunya.

Diberitakan sebelumnya, fenomena alam embun es di dataran tinggi Dieng kembali terjadi pagi ini. Suhu udara terendah pagi ini turun hingga 0 derajat celsius.

Salah satu pelaku wisata Dieng, Dhimas F sempat mengabadikan momen mengkristalnya embun di sekitar Candi Setyaki, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara pagi ini.

Dari pengamatannya, embun yang menempel di rumput area Candi Setyaki membeku membentuk butiran es. Fenomena ini terjadi sekitar pukul 06.00 WIB sampai 06.30 WIB.

Ia menyebut, berdasarkan pantauan aplikasi alat ukur suhu udara Dieng dan thermometer manual, suhu udara terendah terjadi pada pukul 06.00 WIB. Yakni turun hingga 0 derajat celsius.

"Dari pantauan aplikasi Cuacadieng dan termometer yang diletakkan di lokasi candi, tadi pagi suhu udara paling rendah turun sampai 0 derajat. Itu pada pukul 06.00 WIB," ujarnya kepada detikJateng via telepon.




(afn/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads