Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menghadiri Asalha Mahapuja di Taman Lumbini Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Dalam kesempatan itu Nasaruddin menyebut ajaran Buddha meminta manusia mengedepankan kehalusan buka kekasaran.
"Dalam rangka memperingati penyampaian fatwa pertama Sidharta Gautama di depan muridnya yang 5 itu. Khotbah itu sangat penting," kata Nasaruddin saat ditemui wartawan di lokasi, Minggu (6/7/2025).
"Apa yang saya sampaikan tadi itu adalah substansi dari ajaran Buddha yang minta kepada manusia untuk mengedepankan kehalusan, bukan kekasaran. Maka, tadi saya katakan bahwa memang semua Tuhan yang dalam berbagai perspektif agama itu lebih menonjol sebagai Tuhan feminim, bukan Tuhan maskulin. Tuhan lebih menonjol sebagai feminim yaitu nature atau merawat, membina, mengasuh," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nasaruddin kemudian menyebut soal umat yang maskulin dalam arti menaklukkan, berkuasa.
"Buku-buku sucinya agama Buddha termasuk juga Hindu dan lain-lain itu lebih menonjol sebagai kitab feminim. Nabi-nabi atau pimpinannya juga lebih menonjol feminim seperti Sidharta Gautama. Tapi persoalannya kenapa umatnya maskulin. Berarti ada masalah di sini, antara ajaran agama dengan pemeluknya itu ada jarak. Semakin berjarak antara agama dan pemeluknya, itu persoalan. Tapi semakin dekat ajaran agama dengan pemeluknya itu semakin indah kehidupan manusia," ujar Nasaruddin.
Nasaruddin menambahkan, jika ingin menciptakan keharmonisan dalam kehidupan, manusia harus mencintai bukan sesama manusia saja, tapi juga mencintai pohon, binatang, dan seluruh alam semesta.
"Itulah yang disebut ajaran Buddha yang sangat luhur. Aku adalah kau. Satuan asih itu perlu diterapkan dalam kehidupan. Sama seperti Pancasila, Kemanusiaan dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, ajaran-ajaran itu sangat Pancasilais. Kan universal," ucap Nasaruddin.
Dalam kesempatan ini Biksu Sri Pannavaro Mahathera menyerahkan kenang-kenangan kepada Menag Nasaruddin Umar, Mantan Menag Lukman Hakim Saifuddin, dan tokoh lainnya.
Bhante Sri Pannavaro Mahathera juga menyampaikan khotbah yang mengingatkan soal pentingnya mewaspadai keinginan yang bisa menjadi keserakahan, kebencian, dan keegoisan yang menjadi sebab penderitaan.
"Dengan kesadaran penuh (awareness) akan muncul wawasan jernih yang membebaskan dari penderitaan," ungkapnya.
(dil/dil)