Seorang bocah di Pekalongan tidak sadarkan diri usai digigit ular weling. Sudah delapan hari dia dirawat di ruang ICU Muhammadiyah Pekajangan Pekajangan.
Relawan dari Muscle Sioux Yayasan Ular Indonesia yang juga anggota Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Pekalongan, Yudha Wijaya, menerangkan ular weling adalah salah satu jenis ular yang bisanya menyerang saraf. Kematian bisa menghampiri korban jika tidak segera ditangani.
"Ular weling itu salah satu jenis ular berbisa paling berbahaya. Sering ditemukan di lingkungan manusia dan bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat," ungkapnya kepada detikJateng, Selasa (24/6/2025).
Dikatakan Yudha, ular weling memiliki sebaran luas dan sangat adaptif terhadap berbagai lingkungan, di antaranya hutan tropis dan semak lebat, ladang atau area pertanian, serta permukiman warga.
"Di permukiman sendiri ular ini memilih tempat tinggal yang lembab dan gelap, seperti gudang, kolong rumah, tumpukan barang, saluran air dan selokan," katanya.
Ular ini juga menyukai area di dekat air, seperti sungai kecil, kolam atau sawah. Sementara ciri-cirinya, warnanya hitam dengan cincin putih di tubuhnya.
"Ular ini tertarik pada lokasi yang menyediakan tempat persembunyian dan banyak mangsa seperti tikus atau kadal," paparnya.
Yudha menuturkan ular weling termasuk hewan nokturnal, yang artinya aktif pada malam hari atau saat kondisi gelap. Reptil melata ini tergolong pemalu namun mematikan.
"Umumnya tidak agresif, tetapi akan menggigit jika merasa terancam," ungkapnya.
Ia melanjutkan ular weling bahkan menjadikan ular lain sebagai salah satu santapannya. "Selain kadal dan tikus, ular weling juga memangsa ular lain, bahkan yang berbisa," jelas Yudha.
Yudha memeringatkan masyarakat waspada terhadap keberadaan hewan ini. Sebab, gerakannya tidak terduga. Bisa bergerak pelan, tetapi juga bisa menyerang dengan cepat dan tiba-tiba.
Selain itu, bisa weling berjenis neurotoksin, atau racun yang melumpuhkan saraf.
"Neurotoksin adalah racun yang menyerang sistem saraf pusat dan otot. Dilepaskan melalui gigitan, biasanya tanpa rasa sakit atau bengkak besar di awal, sehingga korban sering terlambat menyadari bahayanya," ungkap Yudha.
Apa Efek dari Gigitan Weling?
Yudha berkata, efek dari bisa ular weling ini adalah melumpuhkan otot. Dimulai dari wajah (kelopak mata terkulai), lalu menjalar ke seluruh tubuh.
"Selain itu juga kesulitan bernapas. Karena otot pernapasan melemah, korban bisa mengalami gagal napas," kata Yudha.
Jika tidak segera ditangani, maka gagal napas tersebut bisa menyebabkan kematian pada korban.
Yudha juga menjelaskan mengenai gejala awal yang dirasakan korban, diawali dengan pusing, mual, sulit membuka mata, lemas, kesulitan bicara atau menelan.
"Efek bisa bisa muncul dalam 30 menit hingga beberapa jam setelah gigitan, tergantung lokasi gigitan dan kondisi tubuh korban," jelasnya.
Tips Menghindari Serangan Weling
Yudha melanjutkan untuk menghindari adanya weling, dia meminta warga menjaga lingkungan rumah tidak gelap, yang membuat hunian menjadi sarang tikus, sumber makanan weling.
"Jangan biarkan tumpukan barang tak terurus. Pastikan tidak ada tikus, karena menarik predator seperti ular. Pasang penerangan di halaman atau sudut gelap rumah," paparnya.
Jika memang bertemu dengan ular weling, dirinya menyarankan supaya masyarakat ada yang melaporkannya ke damkar. Ia juga meminta masyarakat tidak sembarangan mencoba menangkapnya.
"Kenakan sepatu bot saat berjalan di area yang berpotensi dihuni ular weling. Jangan ganggu atau menyentuh ular weling, jika terpaksa bertemu," katanya.
"Ada alatnya dan wajib pakai alat saat menangkapnya. Jadi, tidak disarankan menangkap dengan tangan, karena geraknya yang patah-patah dan tidak terduga," tambahnya.
Tips dari Muscle Sioux Yayasan Ular Indonesia, jika menemukan sesorang digigit ular, lebih baik langsung dievakuasi untuk penanganan medis di rumah sakit terdekat. Jangan diisap atau diikat lukanya, jangan diberi ramuan tradisional.
"Jika memungkinkan, identifikasi jenis ular (tanpa menangkapnya), untuk memudahkan dokter dalam menentukan penanganan lebih lanjut," ungkapnya.
Simak Video "Video: 36 Biksu Thudong yang Jalan Kaki dari Thailand Telah Sampai di Borobudur"
(apu/ahr)