Karnaval Paskah di Kota Semarang kembali dimeriahkan oleh visualisasi jalan salib. Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang Jalan Pemuda untuk menyaksikan visualisasi jalan salib hingga parade mobil hias.
Pantauan detikJateng, visualisasi jalan salib dimulai di Jalan Pemuda, Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, sekitar pukul 14.30 WIB.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Visualisasi jalan salib itu menceritakan kisah Yesus Kristus, mulai dari pengadilan-Nya di hadapan Pontius Pilatus hingga peristiwa penyaliban. Usai disalib, tubuh penuh luka itu diturunkan dan digeletakkan di aspal Jalan Pemuda. Seorang wanita bertudung biru, mewakili sosok Bunda Maria, memeluk tubuh Yesus yang penuh darah.
"Pemerannya kaum mudanya begitu semangat, menjiwai, sehingga penonton ikut hanyut di dalamnya," kata Rosa (60) salah satu penonton asal Semarang Utara, Jumat (23/5/2025).
![]() |
Rosa juga mengapresiasi Pemkot Semarang yang telah mengadakan kembali visualisasi jalan salib di Jalan Pemuda. Sebab, kegiatan itu terakhir diadakan 2016.
"Biasanya karnaval biasa aja, kalau visualisasi biasanya lihat di gereja. Jadi bagus sekali ada di jalan sini, harapannya bisa memupuk toleransi antarsesama juga memupuk iman umat kami," ujar dia.
![]() |
Sementara itu Romo Eduardus Didik Chahyono menjelaskan, perayaan Paskah ini sejatinya telah berlangsung sejak 2016. Lalu sempat terhenti karena pandemi COVID-19 dan Pemilu.
"Perayaan Paskah Kota Semarang secara publik itu sudah diselenggarakan sejak 2016, SaΓ t ada Pandemi COVID-19, Pemilu, Pilpres, acara tersebut terhenti. Kami bersyukur 2025 ini kembali dilaksanakan," tuturnya.
![]() |
Ia menjelaskan, perayaan Paskah tahun ini pun istimewa lantaran adanya visualisasi jalan salib yang digarap anak muda lintas gereja, baik Katolik maupun Protestan.
"Kebangkitan Kristus tentu tìdak terjadi tanpa adanya peristiwa salib, maka peristiwa salib menjadi peristiwa bagaimana Tuhan menunjukkan cintanya kepada manusia, sehingga ia mengorbankan dirinya agar manusia mengalami keselamatan," papar Romo Paroki Santa Theresia Bongsari Semarang tersebut.
Adapun, iring-iringan Paskah dari kawasan Kota Lama baru tiba di Balai Kota Semarang sekitar pukul 16.00 WIB. Iring-iringan dimulai dengan Paskibraka, rombongan lintas agama, marching band yang diikuti sekitar 5.000 pejalan kaki, 80 mobil hias, hingga pasukan berkuda Polrestabes Semarang.
Sejak siang, masyarakat sudah memadati jalur karnaval, menyambut tiap iringan dengan tepuk tangan dan mengabadikan momen dengan ponsel.
Romo Didik berharap momentum ini menjadi bukti hidupnya semangat toleransi di Semarang.
"Sebelumnya ada Dugderan, Pawai Ogoh-ogoh, sekarang Paskah. Ini menunjukkan Semarang adalah kota yang bersahabat dan penuh toleransi," ujarnya.
Ia menambahkan, sinergi antara umat Kristiani, pemerintah kota, dan seluruh lapisan masyarakat akan menjadi fondasi kuat untuk merawat keberagaman.
![]() |
Dimeriahkan Pijat dan Potong Rambut Gratis
Karnaval sekaligus visualisasi Jalan Salib dalam perayaan Paskah di Kota Semarang juga dimeriahkan potong rambut serta pijat gratis. Berdasarkan pantauan, tampak di trotoar Balai Kota, Kecamatan Semarang Tengah, puluhan warga antre untuk pijat refleksi dan potong rambut gratis.
Layanan ini menjadi magnet tersendiri, terutama bagi para lansia yang memiliki keluhan di tubuhnya. Salah satunya Dwi Natalis (58), warga Pedurungan, yang baru saja menikmati sesi pijat gratis.
"Ini sudah 5 menitan, nanti dikasih waktu maksimal 10 menit. Ini kerasa sekali bedanya, yang ini sakit tapi enak banget," kata Dwi kepada detikJateng di pelataran Balai Kota Semarang, Jumat (23/5/2025).
"Ini pijatnya tergantung keluhan, saya keluhannya sakit pinggang. Sudah sakit boyok semingguan, pijet di tempat lain juga, tapi masih sakit," lanjutnya.
Tampak selain Dwi, masih banyak warga lainnya yang mencoba pijat gratis. Ada yang mendapat pijatan di tangan, kaki, hingga punggung.
"Ini pertama kalinya saya ikut pijet gratis di sini. Bagus banget jadi bermanfaat untuk sesama," ujarnya.
Sementara itu, salah satu warga asal Ngaliyan, Yuni (40), sedang mengikut rambutnya dengan gaya layer, mengaku datang bersama saudara karena anaknya ikut karnaval Paskah.
"Kebetulan rambut sudah panjang, jadi sekalian potong gratis karena biasanya memang selalu potong di salon ini," ujarnya kepada detikJateng.
Ini bukan kali pertamanya mengikuti potong rambut gratis. Sebelumnya, Yuni sudah beberapa kali mencoba potong rambut gratis. Ia berharap, potong rambut gratis dan pijat gratis bisa terus dihelat.
"Saya memaknai Hari Paskah ini dengan suka cita, kayak dari sini bisa terjalin kebersamaan, toleransi. Jadi semua umat bisa istilahnya mendapat berkah," kata Yuni.
Layanan pijat dan potong rambut gratis ini bukan sekadar hiburan. Di baliknya, ada misi sosial dari Lembaga Pendidikan Kerja (LPK) Higher Than Ever (HTE) yang setiap tahun ikut ambil bagian dalam Paskah se-Kota Semarang.
![]() |
Kepala Sekolah LPK HTE, Lukas Yusdiono (63), mengatakan mereka rutin membuka lapak layanan publik saat ada event kota sejak 2005.
"Kami buka potong rambut dan pijat refleksi gratis. Masing-masing ada 30 terapis dan tukang cukur, ada di balai kota dan Titik 0. Masyarakat ini kelihatannya sangat antusias, banyak yang datang dari jauh," kata Lukas saat ditemui detikJateng di Balai Kota Semarang.
Menurut Lukas, layanan ini juga bagian dari pelatihan langsung murid-murid LPK HTE. Mereka bisa langsung berlatih memijat dan memotong rambut lewat program inj.
"Mereka ini kebanyakan murid yang sedang kami didik, mereka belajar di tempat kami, kemudian langsung kerja. Ada yang sudah buka salon atau tempat sendiri," kata dia.
Ia mengatakan, anak didik di LPK HTE datang dari berbagai usia. Mulai dari 18-55 tahun. Mereka tak hanya belajar memijat dan memotong rambut. Masih banyak keahlian lain yang bisa mereka dapatkan secafa gratis.
"Belajarnya gratis dua bulan, setiap hari dari jam 08.00 WIB sampai 12.00 WIB. Setelah itu mereka bisa praktik langsung. Selain pijat sama potong rambut ada make up, barista, jualan online, akuntansi, sama yang nge-hype ada sulam alis," tuturnya.
"Sekarang total murid kami ada 1.300. Ada yang dari Demak, Kendal, Salatiga. Banyak dari mereka setelah lulus buka usaha sendiri," tambah Lukas.
Paskah tahun ini menjadi bukti bahwa pelayanan bisa menjadi bentuk nyata perayaan iman. Menurutnya, hal itu bisa menjadi cara memupuk rasa toleransi, antarumat beragama di Kota Semarang.
(dil/apu)