- Kumpulan Khutbah Idul Fitri Singkat Penuh Pesan Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #1: Memahami Makna Kemenangan Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #2: Lebaran, Momentum Perkuat Kesalehan Vertikal-Horizontal Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #3: Pesan Persaudaraan di Hari Fitri Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #4: Istiqamah di Tengah Gejolak Zaman Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #5: Spirit Takwa Majukan Umat dan Bangsa Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #6: Meraih Kemenangan Sejati di Hari yang Fitri Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #7: Jaminan dari Allah Setelah Puasa Ramadhan
Seusai menunaikan sholat Idul Fitri, khutbah akan dibawakan oleh imam selama beberapa saat. Bagi yang membutuhkan, di bawah ini sejumlah teks khutbah Idul Fitri singkat penuh pesan sebagai referensi.
Dirujuk dari buku Fiqih Zakat Fithri & Shalat 'Idul Fithri oleh Syahrul Fatwa bin Luqman dan Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi, adanya khutbah hari raya dilandaskan hadits berikut:
عَنَ ابْنِ عَبَاسٍ ، قَالَ : شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ رَسُوْلِ الله ﷺ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ, فَكُلُّهُمْ كَانُوا يُصَلُّوْنَ قَبْلَ الْخُطْبَةِ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Dari Ibnu Abbas, ia berkata: 'Saya menyaksikan Ied bersama Rasulullah, Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka semua sholat lebih dahulu sebelum berkhutbah.'" (HR Bukhari no 962 dan Muslim no 884)
Topik yang bisa diangkat saat khutbah Idul Fitri bisa bermacam-macam. Namun, lebih diutamakan untuk membahas masalah tauhid dan syirik. Topik-topik lain juga tetap diperbolehkan asal tidak menyalahi syariat.
Bingung contoh teks khutbahnya seperti apa? Simak 7 teks khutbah Idul Fitri yang singkat, tetapi penuh pesan di bawah ini, yuk! Simak satu per satu secara teliti, ya, detikers!
Kumpulan Khutbah Idul Fitri Singkat Penuh Pesan
Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #1: Memahami Makna Kemenangan
(sumber: tulisan Deri Adlis SHI dalam situs Suara Muhammadiyah)
Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.
Mengawali khutbah di hari yang bahagia ini, khatib senantiasa mengajak kita untuk selalu mensyukir segala nikmat yang telah diberikan Allah. Kita dapat berkumpul dan datang berbondong-bondong, berkumpul di tempat ibadah ini, semua merupakan nikmat Allah yang wajib disyukuri.
اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.
Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.
Shalawat dan salam mari selalu kita sampaikan kepada Rasullah Muhammad SAW. Karena atas jasa dan perjuangan dari Nabiullah itu, kita dapat merasakan betapa nikmat dan indahnya hidup dalam agama Islam. Maka itu, mari kita hiasi hari-hari kita dengan selalu bersholawat kepada Rasulullah SAW.
Bagi kita yang menghiasi hari-hari dengan Shalawat maka Allah berjanji akan mengampuni segala dosa dan kesalahan, menerima doa yang dipanjatkan, melapangkan rezeki dan tentuanya mendapakan syafaat dari Rasullah di hari akhir nantinya.
اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.
Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.
Sebagai orang yang beriman, bertaqwa kepada Allah merupakan kewajib yang mesti dilaksanakan. Wujudnya menjalankan segala amal shaleh yang ditetapkan Allah dan Rasulnya. Karena dalam kehidupan abadi di akhirat kelak, tidak ada yang bermanfaat bagi kita kecuali takwa dan amal saleh.
Untuk itu, mengawali khutbah yang singkat ini, kami berwasiat kepada hadirin semua agar senantiasa berusaha untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta'ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh larangan. Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (Q.s. Ali Imran :102)
اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.
Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.
Bulan Ramadhan, selain disebut bulan pengampunan dan ladang amal serta pahala bagi yang kita yang melaksanakan ibadah di dalamnya, juga juga merupakan bulan pendidikan bagi kita umat. Ia juga merupakan bulan pendidikan atau disebut Madrasah ramadhan.
Dalam Madrasah Ramadhan, kita tidak hanya dididik dididik untuk memperbaiki hubungan dengan Allah Ta'ala. Tapi juga dilatih untuk memperbaiki hubungan dengan sesama manusia dan bahkan sesama makhluk dialam dunia.
Pada hari ini, di hari raya ini, kita semestinya merayakan kemenangan sebagai orang-orang yang berhasil melewati berbagai rintangan selama menjalani pendidikan di Madrasah Ramadhan. Kita rayakan keberhasilan dalam menundukkan hawa nafsu. Kita rayakan kesuksesan dalam mengalahkan tipu daya setan.
Kita rayakan kemenangan karena telah melewati Ramadhan dengan berbagai ibadah dan kebaikan. Di hari raya ini, kita juga semestinya merayakan kelulusan dari Madrasah Ramadhan dengan meraih predikat sebagai orang-orang yang bertakwa.
Wujud dari perayaan tersebut diatas adalah dengan selalu mengucapkan takbir, tahmid, dan tahlil. Kerena semua itu tidak lepas dari karunia dan pertolongan Allah Ta'ala.
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.
Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.
Perlu kita ingat dan pahami dan pertanyakan juga Sebaliknya, jika keluar dari Madrasah Ramadhan kita belum menjadi pribadi yang bertakwa, belum berhasil menundukkan hawa nafsu dan masih kalah dengan tipu daya setan, pantaskah di hari yang fitri ini kita merayakan kemenangan? Layakkah kita berhari raya pada hari? Sejatinya pula, apa yang kita rayakan pada hari raya ini jika kita belum benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa?
Oleh karena itu, hadirin sekalian, marilah kita bermuhasabah. Kita introspeksi dan evaluasi diri kita. Apakah kita telah layak merayakan kemenangan di hari raya ini?
اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.
Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.
Ramadhan tiada lain adalah salah satu madrasah yang menempa diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Yaitu pribadi yang memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba. Pribadi yang melakukan kewajiban kepada sesama hamba dan kewajiban kepada Allah subhanahu wa Ta'ala. Ketika menjalani pendidikan dan pelatihan di Madrasah Ramadhan, kita ditempa untuk menerima berbagai pelajaran. Di antaranya:
Pertama, takwa. Tujuan utama dari puasa adalah la'allakum tattaquun. Artinya, puasa Ramadhan diwajibkan agar menjadi wasilahbagi kita untuk meraih ketakwaan. Ketika berpuasa, kita mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan syahwat makan, minum dan syahwat-syahwat lainnya.
Kita melakukan hal itu tiada lain karena kecintaan kita kepada Allah lebih besar daripada kecintaan kita kepada diri kita sendiri. Di bulan Ramadhan, kita dilatih untuk mempuasakan seluruh anggota badan semampu yang dapat kita lakukan.
Mata berpuasa sehingga tidak melihat yang haram. Lisan berpuasa sehingga tidak mengucapkan perkataan yang diharamkan. Begitu pula, hidung, telinga, tangan, kaki dan seluruh anggota badan ikut berpuasa sehingga tidak melakukan perkara-perkara yang diharamkan. Bahkan jika mampu, hati juga ikut berpuasa. Puasanya hati adalah mencegahnya secara total dari pikiran-pikiran duniawi dan segala hal selain Allah Ta'ala.
Kedua, ikhlas. Yakni melakukan ketaatan semata-mata karena Allah. Puasa mengajarkan kepada kita keikhlasan dan menghindarkan diri dari niat ingin memperoleh pujian dari sesama. Puasa seorang mukmin adalah rahasia antara dirinya dan Allah. Tiada yang mengetahui puasanya kecuali Allah dan dirinya sendiri.
Jika mau, sangat mudah bagi kita untuk melakukan hal-hal yang membatalkan puasa tanpa diketahui oleh orang lain lalu kita tampakkan seolah-olah diri kita masih berpuasa. Kenapa hal itu tidak kita lakukan? Karena niat kita lillaahi ta'aalaa, bukan karena yang lain dan tidak bertujuan memperoleh sanjungan dari sesama makhluk.
Ketiga, sabar. Di Madrasah Ramadhan, kita dilatih dan dididik untuk bersabar. Dengan berpuasa, kita belajar sabar dengan tiga jenisnya sekaligus: sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi musibah. Selama Ramadhan, kita bersabar dalam melakukan shalat-shalat fardlu maupun sunnah, sabar dalam membaca Al-Qur'an, sabar dalam beri'tikaf di masjid dan sabar dalam menjalankan berbagai amal kebaikan yang lain.
Kita juga sabar dalam meninggalkan syahwat makan, minum, berhubungan badan dengan istri dan syahwat-syahwat lainnya mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Kita juga dilatih bersabar dalam menghadapi rasa lapar dan rasa haus dan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang tidak seberuntung kita.
Keempat, mujahadah. Puasa mengajarkan kepada kita untuk melakukan mujahadah, yaitu berjuang menghadapi hawa nafsu dan godaan setan dalam berbagai bentuknya.
Kelima, menjaga lisan. Puasa mengajarkan kepada kita untuk menjaga lisan jangan sampai mengatakan ucapan yang tidak diridlai Allah. Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dosa dan perbuatan dosa, maka Allah tidak akan menerima puasanya" ( H.R. al Bukhari).
Keenam, mengendalikan amarah dan tidak membalas keburukan dengan keburukan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa maka janganlah bersikap keji dan jangan bertindak bodoh, jika ada orang yang mengganggunya atau mencacinya maka hendaklah ia berkata: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa"(H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Ketujuh, menjaga persatuan, kebersamaan dan saling tolong menolong serta berempati kepada orang yang membutuhkan. Madrasah Ramadhan mengajarkan kepada umat Islam untuk bersatu dan saling tolong menolong. Shalat tarawih berjamaah, tadarus Al-Qur'an bersama, berbuka puasa bersama di waktu yang sama, berbagi takjil di jalanan, i'tikaf bersama di masjid, kegembiraan menyambut hari raya yang sama, itu semua adalah jembatan yang menghubungkan antar hati yang sebelumnya mungkin saling membenci, perekat antar jiwa yang sebelumnya mungkin saling memusuhi serta wasilah yang mendekatkan antar warga yang sebelumnya mungkin saling menjauhi. Lalu zakat di akhir Ramadhan adalah perwujudan dari semangat saling tolong menolong dalam kebaikan dan membantu saudara- saudara sesama muslim yang membutuhkan.
Kedelapan, menyambung dan mengokohkan tali silaturahim. Ada tradisi yang baik di kalangan kita menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan, yaitu tradisi wewehan. Tradisi ini sejatinya diambil dari ajaran Islam yang memerintahkan kita memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan dan bersilaturahim pada momen menjelang dan pada saat hari raya.
Tradisi tersebut dilakukan dengan cara mengirim makanan, minuman, sembako atau kue hari raya kepada kerabat dan sanak saudara. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Sedekah kepada orang miskin adalah terhitung sedekah sedangkan sedekah kepada kerabat terhitung dua: sedekah dan silaturahim" (H.R. at Tirmidzi dan an Nasa'i)
Itulah delapan poin di antara sekian banyak pelajaran dari Madrasah Ramadhan. Jika seluruh pelajaran itu sudah berhasil kita terapkan di bulan Ramadhan, marilah kita mempertahankannya setelah kita meninggalkan Ramadhan. Jika kesembilan pelajaran itu telah menghiasi diri kita baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan, sungguh kita termasuk orang-orang yang mulia menurut Allah Ta'ala.
Alangkah indah dan bahagianya kita jika telah menjadi pribadi yang bertakwa, ikhlash dalam menjalankan ketaatan, selalu bersabar, kuat menundukkan hawa nafsu dan mengalahkan godaan setan, mampu menjaga lisan, dapat mengendalikan amarah dan tidak membalas keburukan dengan keburukan, menjaga persatuan dan kebersamaan dengan saudara sesama muslim, senantiasa menyambung silaturahim, memperbanyak sedekah serta selalu mengingat kematian dan kehidupan akhirat.
Lebih dari itu apalagi yang kita inginkan? Dengan menerapkan 8 pelajaran itu secara istiqamah, kita telah menjadi hamba yang diridhai Allah dan kelak kita akan meraih kebahagiaan yang sejati, hakiki dan abadi di akhirat.
اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.
Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.
Demikian khutbah Idul Fitri pada pagi hari yang penuh keberkahan ini. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kemampuan dan kekuatan untuk mengamalkan berbagai pelajaran dari Madrasah Ramadhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan mudah-mudahan kita diberikan panjang umur serta dipertemukan kembali dengan Ramadhan pada tahun yang akan datang.
Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #2: Lebaran, Momentum Perkuat Kesalehan Vertikal-Horizontal
(sumber: tulisan H Muhammad Faizin dalam situs NU Online)
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah, Di awal pagi yang suci ini, di mana mentari bangun menebarkan sinarnya, menyinari bumi dengan kehangatan dan keindahan yang tiada tara. Sinar mentari pagi 1 Syawal 1445 H menyapu segala sudut, memancarkan asa kehidupan yang menyejukkan hati dengan kedamaian.
Langit bersemi takbir yang gemuruh, merayakan kemenangan yang telah dinantikan. Suara takbir itu melambung tinggi, menembus awan-awan putih, memancar ke langit, menandai awal dari hari yang penuh berkah, Idul Fitri, hari kemenangan setelah perjuangan menempa diri menguatkan keimanan dan ketakwaan.
Di pagi ini, kita merasakan getaran sukacita yang mengalir dari hati ke hati. Suara takbir yang menghiasi langit, menggema dalam jiwa yang bersukacita, memenuhi ruang dengan rasa syukur dan kegembiraan.
Inilah pagi yang istimewa, di mana bumi bersukacita, langit bersorak riang, dan hati kita bergetar syukur tak terhingga. Mari kita sambut dengan hati yang terbuka, dengan senyuman yang tulus dan komitmen untuk terus menjadi insan yang patuh pada perintah Allah dan komit meninggalkan larangan-larangan-Nya.
اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ma'asyiral muslimin wal muslimat, jama'ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Idul Fitri atau yang sering disebut sebagai Lebaran bukan hanya sekedar tentang memenuhi kebutuhan jasmani dengan pakaian baru dan berbagai hidangan lezat aneka warna. lebih dari itu, Lebaran adalah momen refleksi dan introspeksi. Momentum ini memanggil kita untuk merenungkan pencapaian spiritual selama bulan suci Ramadhan yang telah berlalu.
Pada bulan Ramadhan, kita telah berjuang menguatkan kesalehan vertikal kita kepada Allah SWT dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya. Puasa, shalat tarawih, tilawah Al-Qur'an, dan berbagai amalan ibadah lainnya telah menjadi bagian dari rutinitas harian kita. Melalui ketaatan ini, kita berupaya mendekatkan diri kepada Sang Khalik, menguatkan iman, serta memperbaiki hubungan kita dengan-Nya untuk menjadi orang yang bertakwa.
Hal ini sebagaimana tujuan puasa yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Namun perlu kita sadari, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah, Ibadah dalam Islam tidak hanya berdimensi vertikal, yaitu hubungan antara manusia dengan Allah. Namun, ada juga yang berdimensi horizontal, yaitu hubungan antara manusia dengan sesamanya.
Ramadhan telah memberikan kita pelajaran penting akan pentingnya kesalehan horizontal ini. Kita belajar untuk peduli, berbagi, dan merasakan kesengsaraan saudara-saudara kita yang kurang beruntung dengan merasakan lapar dan haus selama puasa dan mengekang banyak keinginan, walaupun kita bisa melakukannya.
Ramadhan mengajarkan kita untuk senantiasa memperhatikan sesama, membantu mereka yang membutuhkan, dan menjadi lebih baik dalam pergaulan sosial. Kebersamaan dalam berbagi makanan berbuka, sedekah, zakat, dan kepedulian terhadap sesama misalnya, menjadi bagian dari nilai-nilai mulia yang telah kita tanamkan. Ini semua juga merupakan bentuk ibadah yang menjadi misi utama kita diciptakan di dunia. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah
Idul Fitri merupakan momen penting untuk memperbaiki hubungan sesama manusia. Inilah waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan meminta maaf. Saling memaafkan adalah tanda kebesaran hati, sedangkan meminta maaf adalah tanda ketulusan dan kesungguhan untuk memperbaiki hubungan.
Pada momentum Idul Fitri ini, mari kuatkan diri untuk menjadi orang yang senantiasa mengedepankan akhlakul karimah dalam pergaulan dan memberi manfaat pada orang lain. Hal ini telah diingatkan oleh Rasulullah dalam haditsnya:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Artinya: "Bertakwalah kepada Allah subhanahu wa ta'ala di manapun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik." (HR. at Tirmidzi)
اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ma'asyiral muslimin wal muslimat, jama'ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Hal yang sangat penting dalam pergaulan sesama manusia adalah dengan selalu bersikap baik kepada orang tua. Tak terasa, waktu telah berlalu begitu cepat. Orang tua kita yang dahulu kuat mengasuh kita, kini telah memasuki usia senja. Mereka yang penuh kasih sayang telah mengasuh dan membimbing kita sejak kita masih kecil, kini butuh sentuhan kasih kita di saat-saat mereka sudah semakin menua.
Ingatlah, orang tua adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT kepada kita. Mereka adalah jimat dan pilar kehidupan kita yang dengan penuh pengorbanan telah menjadi pahlawan kehidupan kita. Merekalah yang telah membahagiakan kita dan bisa menjadikan kita sukses dalam kehidupan.
Di setiap langkah hidup kita, mereka selalu ada, memberikan dukungan tanpa pamrih. Merekalah yang rela menahan lelah di siang hari dan menanggung segala beban di malam hari demi memastikan kita hidup dengan layak dan bahagia. Sungguh besar jasa dan pengorbanan mereka.
Pertanyaannya, sudahkah kita mampu membalasnya? Sudahkah kita menjadi anak yang dapat membanggakan mereka? Ataukah kita masih terlena dalam kesibukan dunia sehingga melupakan kewajiban kita kepada mereka?
Oleh karena itu, mari kita jadikan momen ini sebagai titik balik untuk lebih menghargai dan mencintai orang tua kita. Jangan biarkan kerapuhan usia mereka menjadi penghalang bagi kita untuk menunjukkan rasa kasih sayang dan penghargaan kita kepada mereka.
Jenguklah dan peluklah mereka dengan penuh kelembutan dan kehangatan. Raihlah tangan mereka yang telah membimbing kita sepanjang hidup. Berikanlah mereka senyuman termanis kita, dan ungkapkanlah betapa besar rasa cinta dan terima kasih kita kepada mereka.
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
Artinya: "Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.) (QS Al-Isra': 23)
اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ma'asyiral muslimin wal muslimat, jama'ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Di penghujung khutbah ini, khatib kembali mengingatkan, marilah kita jadikan Idul Fitri kali ini sebagai momentum untuk menguatkan kesalehan vertikal dan horisontal kita dengan melanjutkan tren semangat beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama khususnya kepada orang tua kita.
Semoga kita diberikan taufik, hidayah, dan kekuatan untuk menjadi hamba yang tidak lupa misi utama kita di dunia yakni untuk beribadah kepada Allah swt. Amin
Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #3: Pesan Persaudaraan di Hari Fitri
(sumber: tulisan M Ishom el-Saha dalam situs Kementerian Agama)
Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah,
Kaum muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah Swt...
Setelah sebulan lamanya kita berpuasa, maka sekarang tiba-lah masanya kita tumpahkan rasa senang dan rasa haru. Kita ungkapkan sepenuh hati rasa gembira dan rasa syahdu, sembari mengagungkan Nama Allah Azza wa Jalla. "Allahu Akbar x 3 wa lillahil hamd".
Betapa huranya kita, sebab Allah SWT telah menciptakan bulan Ramadan khusus untuk kita, umatnya Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya ada 1 malam, yakni malam Lailatul Qadar, yang lebih utama daripada 1.000 bulan. Satu kali melakukan ibadah fardhu, maka pahanya seperti mengerjakan 70 ibadah fardhu. Kita melakukan ibadah sunnah-pun dicatat pahalanya seperti mengerjakan ibadah fardhu.
Dalam sebuah hadits dinyatakan:
يا أيُّها النَّاسُ قد أظلَّكم شهرٌ عظيمٌ ، شهرٌ فيهِ لَيلةٌ خَيرٌ من ألفِ شهرٍ ، جعلَ اللَّهُ صيامَهُ فريضةً ، وقيامَ لَيلِهِ تطَوُّعًا ، ومَن تقرَّبَ فيهِ بخَصلةٍ منَ الخيرِكانَ كمَن أدَّى فريضةً فيما سِواهُ ، ومَن أدَّى فريضةً كانَ كمَن أدَّى سبعينَ فريضةً فيما سِواهُ
Saudaruku, kaum muslimin dan muslimat! Wajar saja kalau kita punya rasa haru dan shaydu. Kita yang bergelimang doa ini, oleh Allah SWT masih diberikan kesempatan langka untuk menghirup dan bernafas di bulan yang suci. Sekalipun sepenuh hati kita mengakui, bahwa kita belum bisa manfaatkan waktu siang dan malam bulan Ramadan secara maksimal.
Kita hanya mengharapkan semoga puasa kita, qiyamul lail kita, bacaan Al-Qur'an kita, sedekah dan zikat kita, yang tak seberapa, dapat menebus dosa kita. Sebagai umat yang beriman kita yakin dan percaya apa yang sudah diterangkan di dalam Al-Qur'an:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
bahwa Allah itu dekat dengan diri kita. Apa saja yang kita mohonkan kepada Allah, maka pasti akan dikabulkan Allah SWT.
Oleh sebab itu, beruntunglah kita di pagi hari ini, datang berduyun-duyun dari tempat tinggal kita, menuju mesjid tempat yang suci ini untuk menjalankan salat Idulfitri secara berjamaah. Kita bermunajat untuk mengetuk bilik-bilik rahmat-Nya Allah SWT. Pada hari Sabtu tanggal 1 Syawal 1444 Hijriyah ini, kita rayakan lebaran bersama-sama penuh suka cita dengan mengumandangkan takbir: "Allohu Akbar x3 wa lillahil hamd".
Marilah Kita tanamkan bulat-bulat di dalam hati kita, bahwa ke depannya hidup kita akan menjadi lebih baik. Amal ibadah kita akan semakin meningkat sebagai manifestasi rasa syukur kita kepada Alloh SWT.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia ....
Selain kita bertekad untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah Yang Maha Pencipta, pada moment Idul Fitri kali ini, kita selayaknya juga memperbagus hubungan saudara, pertalian kerabat, dan interaksi sosial bermasyarakat. Dalam ajaran Islam telah diatur bahwa menjalin hubungan baik "Hablum minan-naas" sama pentingnya dengan "Hablum minallah"
Sebagai manusia yang tak luput dari salah dan alpa, baik kesalahan kita disengaja maupun tidak disengaja. Baik kepada keluarga, saudara, tetangga, maupun teman dan kerabat. Marilah kita perbaiki dengan bermaaf-maafan. Allah SWT telah berfirman dalam Surat An-Nuur ayat 22:
وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"...Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Di samping itu ada juga satu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra:
قيل للنبى - صلى الله عليه وسلم - إن فلانة تقوم الليل وتصوم النهار وتفعل الخيرات وتتصدق وتؤذى جيرانها بلسانها فقال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - لا خير فيها هى من أهل النار
Artinya Baginada Nabi Muhammad pernah ditanya. Wahai Rasulullah! Sesungguhnya ada seorang perempuan yang rajin qiyamullail di amalm harinya, rajin puasa di siang harinya, rajin mngerjakan kebaikan dan bersedekah, akan tetapi dirinya menyakiti tetangganya dengan tutur katanya. Rasulullah menjawab: Tidak ada kebaikan padanya dan dia termasuk penghuni neraka. Na'uzdubillah min dzalik!
Jamaah sholat Idul Fitri yang berbahagia...
Kita semua tahu Allah itu al-Tawwab (Maha Penerima Taubat). Kasih sayang-Nya mengalahkan murka-Nya. Rahmat-Nya jauh lebih luas dari azab-Nya. Selama seorang hamba memohon ampun kepadaNya, Allah akan mengampuninya. Namun, manusia tidak seluas itu kasih sayangnya. Manusia tidak sedalam itu kewajarannya. Bisa dibilang manusia adalah mahluk yang paling susah meminta maaf dan memaafkan.
Karena itu, Rasulullah mengajari umatnya untuk menahan diri. Jangan mudah mengumbar kata; jangan gampang menyebar berita; jangan sering menghardik sesamanya. Karena Rasulullah tahu, ruang maaf manusia terbatas, tidak seluas dan sedalam Tuhannya. Mendapatkan maaf manusia jauh lebih berat dan susah. Belum lagi jika kita tidak merasa bersalah, tapi orang lain memendam kesal kepada kita. Mengetahui diri kita salah saja, kita masih enggan meminta maaf, apalagi tak merasa bersalah sama sekali.
Hadits di atas adalah contoh nyata. Seorang wanita ahli ibadah, rajin shalat malam, gemar berpuasa, banyak bersedekah dan beramal, tapi lidahnya selalu membawa rasa sakit bagi tetangganya. Rasulullah mengatakan: "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka." Artinya, amal ibadah yang tidak berbanding lurus dengan perilaku sosial yang baik, ibadahnya kekurangan makna.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda (HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim):
لا يَرْحَمُ اللَّهُ مَن لا يَرْحَمُ النَّاسَ
Artinya "Allah tidak mengasihi orang yang tidak mengasihi manusia (lainnya)." (Imam al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, 1989, h.48)
Dalam riwayat lain dikatakan,
من لا يَرحم لا يُرحم
"orang yang tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi."
Ini menunjukkan bahwa kasih sayang sesama manusia tidak kalah pentingnya dengan ibadah yang bersifat ritual, bahkan Allah, dalam hadits di atas, tidak akan mengasihi orang yang tidak mengasihi sesamanya. Hal ini berarti bahwa Allah menghendaki hamba-hambanya membangun dunia yang harmonis; menciptakan lingkungan yang sehat dari kebencian; membiasakan kepedulian; membudayakan sayang-menyayangi; mengembangkan "saling asa" dan "asuh", serta hal-hal positif lainnya.
Allahu akbar x3 walillahil hamd
Kaum muslimin dan muslimat rohimakumullah
Pada prinsipnya dengan merayakan Idul Fitri, kita bersama-sama diajarkan untuk kembali kepada jati diri manusia. Kita ini makhluk yang sangat lemah, sehingga kita membutuhkan Allah Swt untuk bersandar di mana saja dan kapan saja. Allohus-shomad! Begitu Muliya-Nya Alloh SWT memperlakukan kita, maka sewajarnya kita patuh dan taat beribadah kepada Alloh.
Sebagai makhluk sosial, kita juga sangat butuh kerjasama dan bantuan sesama manusia, khususnya orang-orang terdekat kita. Hidup bermasyarakat adalah mutiara terpendam, seperti yang disabdakan Rasulullah: "Annaasu Ma'adinun". Oleh sebab itu janganlah kita sia-siakan hubungan di antara kita. Janganlah diperpanjang masalah di antara orang-orang di sekitar kita! Sekarang kita mungkin beranggapan tidak membutuhkan, tapi suatu saat dan kapan saja kita akan memerlukan bantuan.
Marilah kita lapangkan dada kita agar kita semua menjadi golongan orang-orang yang kembali fitri dan menjadi orang-orang yang hidupnya bahagia. Minal Aidin wal faizin. Semoga Alloh menerima niat baik dan amalan kita, serta Alloh jadikan hari-hari kita selama setahun kedepan menjadi lebih baik. Taqabbalalohu minna wa minkum. Fi kulli 'aamin wa antum bi khoir. Aamiin, Aamiin. Ya Robbal a'lamiin.
Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #4: Istiqamah di Tengah Gejolak Zaman
(sumber: tulisan H Dadang Kahmad dalam situs Suara Muhammadiyah)
Jamaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,
Alhamdulillah, pada hari yang penuh kebahagiaan ini, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Betapa besar nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita, terutama kesempatan untuk menyelesaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan.
Ramadhan bukan sekadar bulan penuh ibadah, tetapi juga bulan pendidikan bagi jiwa dan hati kita, mengajarkan kesabaran, kedisiplinan, dan empati terhadap sesama. Semoga segala amal ibadah yang telah kita lakukan diterima oleh Allah SWT, dosa-dosa kita diampuni, serta kehidupan kita di bulan-bulan mendatang dipenuhi dengan keberkahan dan petunjuk-Nya.
Hari ini adalah hari kemenangan, bukan hanya kemenangan menahan lapar dan dahaga, tetapi kemenangan sejati dalam mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan kualitas diri. Setelah sebulan penuh melatih diri dengan ibadah dan kesabaran, kini tiba saatnya kita kembali ke fitrah, yaitu keadaan suci sebagaimana bayi yang baru dilahirkan.
Namun, kemenangan ini tidak boleh berhenti pada perayaan semata. Idul Fitri seharusnya menjadi titik tolak bagi kita untuk terus memperbaiki diri, menjaga semangat ibadah, dan menumbuhkan kesadaran sosial yang lebih tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Di hari yang penuh berkah ini, rasa syukur kita harus diwujudkan dalam bentuk nyata, terutama dalam meningkatkan hubungan antarsesama manusia. Ramadhan telah mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama, menahan amarah, dan membangun kasih sayang.
Oleh karena itu, Idul Fitri adalah momentum terbaik untuk mempererat kembali tali silaturahmi, memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang, serta menghidupkan kembali rasa persaudaraan di antara kita. Islam sangat menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah, karena persatuan dan kebersamaan adalah kekuatan besar dalam kehidupan bermasyarakat.
Silaturahmi yang kuat merupakan bagian dari refleksi ibadah yang telah kita jalani selama Ramadhan. Seperti halnya kita telah memperkuat hubungan dengan Allah SWT melalui salat, puasa, dan zikir, kini saatnya kita juga memperkuat hubungan dengan sesama manusia. Hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan sahabat harus kita jaga dan rawat dengan penuh keikhlasan.
Memberikan maaf, menyambung kembali tali persaudaraan yang terputus, serta saling mendoakan adalah bentuk nyata dari kesempurnaan ibadah kita. Dengan demikian, kita benar-benar mewujudkan prinsip ḥablum minallāh wa ḥablum minan-nās, yaitu menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia.
Lebih dari sekadar tradisi, silaturahmi dalam Islam adalah ajaran yang membawa keberkahan. Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung silaturahmi.
Hal ini menunjukkan bahwa menjalin hubungan baik dengan orang lain bukan hanya akan membawa kedamaian hati, tetapi juga akan mendatangkan berbagai kebaikan dalam hidup kita. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan momen Idul Fitri ini untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat hubungan dengan sesama, agar kita benar-benar menjadi hamba yang beruntung dan mendapatkan keberkahan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT berfirman:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوٓا۟ إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ ٱلنَّاسِ
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia." (QS Ali 'Imran: 112)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,
Kehidupan manusia terus berjalan dengan cepat, diiringi dengan berbagai perubahan sosial dan budaya yang semakin pesat. Dahulu, perubahan terjadi dalam kurun waktu ratusan tahun sebelum dampaknya benar-benar terasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kini perkembangan terjadi begitu cepat, dalam hitungan dekade, bahkan tahun.
Hal ini semakin nyata sejak ditemukannya internet pada tahun 1990-an, yang menandai awal dari era digitalisasi. Internet tidak hanya mempermudah akses informasi dan komunikasi, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, pola interaksi sosial, dan bahkan cara kita memahami serta menjalankan ajaran agama.
Digitalisasi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Kini, manusia tidak lagi bergantung pada cara-cara konvensional dalam berkomunikasi, bekerja, atau mengakses ilmu pengetahuan.
Informasi yang dulunya sulit dijangkau kini tersedia dalam hitungan detik melalui jaringan internet. Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, menghubungkan manusia dari berbagai belahan dunia tanpa mengenal batasan waktu dan tempat.
Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, perubahan ini juga membawa tantangan besar. Informasi yang beredar di dunia maya tidak semuanya benar dan bermanfaat. Hoaks, fitnah, dan berita palsu semakin sulit dibedakan dari fakta, sehingga menuntut kita untuk lebih selektif dan kritis dalam menerima serta menyebarkan informasi.
Lebih dari sekadar komunikasi dan informasi, perkembangan teknologi juga telah mengubah cara manusia bekerja dan beraktivitas. Di era Revolusi Industri 5.0, teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi telah berkolaborasi langsung dengan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
Kecerdasan buatan, robotika, dan Internet of Things (IoT) telah menggantikan banyak pekerjaan manusia dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai sektor. Kita melihat bagaimana otomatisasi telah mengambil alih banyak tugas yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh manusia. Kemajuan ini tentu membawa manfaat besar, tetapi juga menghadirkan tantangan baru, seperti hilangnya beberapa jenis pekerjaan tradisional dan munculnya ketimpangan dalam akses teknologi.
Di tengah derasnya arus perubahan ini, umat Islam harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman. Kemajuan teknologi tidak boleh menjauhkan kita dari agama, tetapi justru harus dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Al-Qur'an dan hadits tetap menjadi pedoman utama dalam menghadapi perkembangan zaman.
Jika kita tidak berhati-hati, kemajuan teknologi dapat membuat kita lalai dalam beribadah, lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya daripada dalam mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, kita perlu membangun kesadaran bahwa teknologi adalah alat yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan ibadah, bukan sebagai sarana yang membuat kita semakin jauh dari Allah dan nilai-nilai kebaikan.
Sebagai Muslim yang hidup di era modern, kita dituntut untuk cerdas dalam menyikapi perubahan ini. Islam tidak pernah menolak kemajuan, tetapi justru mengajarkan bagaimana menggunakannya untuk kebaikan umat. Teknologi bisa menjadi sarana dakwah, penyebaran ilmu, dan peningkatan kesejahteraan umat jika digunakan dengan bijak.
Namun, jika kita terlena dan membiarkan diri hanyut dalam kecanduan digital, maka kita justru akan kehilangan esensi kehidupan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mengingat tujuan hidup kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan membawa manfaat bagi sesama.
Dengan menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pelaksanaan nilai-nilai Islam, kita dapat menjalani kehidupan modern tanpa kehilangan jati diri sebagai hamba Allah yang taat.
Allah SWT berfirman:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا , وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
"Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan kebutuhannya." (QS At-Talaq: 2-3)
Keimanan dan ketakwaan harus tetap menjadi dasar dalam menghadapi perubahan zaman. Mari kita manfaatkan teknologi untuk kemaslahatan umat, memperkuat ukhuwah, dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Jangan sampai kemajuan teknologi justru menjauhkan kita dari agama dan melalaikan kita dari kewajiban kepada Allah SWT.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,
Revolusi Industri 5.0 membawa tantangan dan peluang bagi umat Islam. Kita harus siap menghadapi dan memanfaatkan peluang ini dengan bijak. Salah satu cara menghadapinya adalah dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Jangan sampai kita tertinggal dan dibelenggu oleh kebodohan.
Allah SWT berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
"Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS Az-Zumar: 9)
Selain itu, kita harus menjaga akhlak dalam berinteraksi dengan teknologi. Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan mempererat silaturahmi, bukan untuk menyebarkan fitnah atau kebencian. Dalam menghadapi tantangan ini, marilah kita berpegang pada sabda Rasulullah SAW:
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
"Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik." (HR Ahmad)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,
Di penghujung khutbah ini, marilah kita berdoa agar Allah SWT memberikan kita kekuatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi era digital ini. Semoga kita tetap teguh dalam iman dan istiqamah di jalan-Nya.
Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #5: Spirit Takwa Majukan Umat dan Bangsa
(sumber: tulisan dr H Agus Taufiqurrohman, MKes., SpS di situs Suara Muhammadiyah)
Jamaah shalat id rahimakumullah
Hari ini kaum muslimin di segenap penjuru bumi menunaikan Idul Fitri. Dengan mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid serta shalat idul fitri. Dalam suasana bahagia ini, marilah kita tingkatkan rasa syukur kepada Allah. Salah satu bentuk perwujudan syukur adalah dengan menggunakan seluruh anugerah Allah untuk bekal amal saleh, untuk bekel beribadah. Sehingga semakin bányák nikmat yang kita terima mąką harus menjadi semakan taat.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Yang telah memberikan suri tauladan utama untuk selalu kita tiru agar kita bisa menjadi muslim yang baik dan benar, menjadi manusia yang selamat dunia akhirat. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk mengikuti ajaran Rasulullah.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Hadirin yang berbahagia
Pesan pertama, adalah untuk bertakwa di manapun berada. Setelah sebulan menjalankan ibadah Ramadhan, tentu Kita semua berharap agar Allah menerima seluruh ibadah kita dań dimasukkan kita kedalam golongan hamba Allah yang bertaqwa. Yaitu golongan sebaik baik umat sebagaimana di terangkan dalam firman Allah;
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
"Sesungguhnya yang paling mulia di sisi allah di antara kamu adalah yang paling baik taqwanya". (QS Al Hujurot: 13)
Begitu indah ibadah ramadhan. Kita serasa akrab dengan amal saleh, jauh dari dosa. Kita tersadar setelah tadinya lalai, bangun setelah tadinya terlelap, dan seakan kita hadir setelah tadinya menghilang.
Shalat malam kita, shadaqah kita, tadarus Al-Qur'an kita, semangat kita memakmurkan masjid serta upaya upaya kita mengasihi sesama. Ramadhan benar benar kita jadikan sebagai bulan menuju takwa. Ketika Ramadhan telah usai, maka hendaknya kita senantiasa teguh dan istiqamah di dalam kebaikan dan ketakwaan, dimanapun dan kapanpun.
Jangan sampai menimpa kita, perumpamaan orang yang menata bata demi bata hingga berwujud bangunan yang indah dan megah, namun tiba tiba dia sendiri yang merobohkannya. Atau laksana orang yang mengurai benang yang telah dipintalnya. Sebagaimana Allah firmankan;
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًا ۗ
"Dan janganlah kamu seperti perempuan yang menguraikan benang benang yang telah dia pintal dengan kuat lalu dicerai beraikan kembali." (QS An-Nahl : 92)
Sebagai contoh sederhana, Puasa Ramadhan melatih kita untuk senantiasa berperilaku jujur. Maka orang yang berpuasa dengan benar tidak mungkin akan menjadi pendusta, pencuri ataupun koruptor. Saat ini rendahnya kejujuran menjadi keprihatinan kita semua.
Bahkan di antara krisis moral yang melanda bangsa kita salah Satunya adalah hilangnya kejujuran pada sebagian Anak bangsa. Ketika orang yang kehilangan kejujuran itu menjadi pemimpin tentu ini akan sangat membahayakan bangsa yang kita cintai.Mari kita simak sabda Nabi Muhammad saw tentang kejujuran:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا. وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ. وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
"Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka.Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong" (HR. Muslim)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah shalat id yang berbahagia
Nasihat kedua, adalah agar kita mengiringi berbuatan salah dengan amal saleh, dengan kebaikan. Sebagaimana kita tahu, manusia memiliki potensi salah dan lupa. Tetapi Apabila terlanjur berbuat salah, maka terus bertaubat. Sebagai wujud pertaubatan yang sesungguhnya adalah tidak mengulangi perbuatan salah itu dan sisa hidupnya diisi dengan kebaikan. Sebagai firman Allah ;
وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS Ali-Imran: 135 ).
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah shalat id yang berbahagia
Pesan yang ketiga, adalah senantiasa berakhlak yang mulia dalam menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Dalam ajaran Islam keimanan dan ketakwaan haruslah membuahkan akhlak yang mulia. Dalam sebuah riwayat dikisahkan ketika sahabat bertanya kepada baginda nabi tentang siapakah mukmin yang paling baik;
وَعَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا"
Diriwayatkan pula dari Ata, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, manakah orang mukmin yang paling utama?" Rasulullah Saw. menjawab: Orang yang paling baik akhlaknya dari mereka."
Di dalam hadits lain yang Rasulullah bersabda
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً
"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Tirmidzi).
Lulusan Madrasah Ramadhan adalah pribadi bertakwa dengan karekter yang mulia, dihiasai dengan kemuliaan akhlak. Orang bertakwa akan selalu berusaha berperilaku benar, berbuat jujur, adil, terpercaya, dan melakukan segala kebaikan dan kearifan untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan umat manusia keseluruhan.
Bersamaan dengan itu ia akan senantiasa menjauhi hal-hal yang salah, buruk, dan tidak pantas dalam kehidupannya. Bagi kita yang menjalanai puasa dengan benar, maka harus menjadikan puasanya sebagai kekuatan ruhani untuk membentuk perilaku baik dan terjauh dari perangai buruk buah dari ketakwaan.
Dalam suasana kehidupan yang dilanda krisis moral maka sangat penting dan menentukan ajaran tentang pencerahan akhlak mulia ini, dalam perkataan, sikap, dan perbuatan utama. Islam dengan tegas mengajarkan nilai-nilai amanah, adil, ihsan, kasih sayang, dan akhlak mulia lainnya.
Perlu untuk kita sadarkan kembali dalam kehidupan yang seringkali paradoks. Dalam kenyataan agama tidak sepenuhnya menunjukkan konsistensi, sebaliknya terjadi hal-hal yang bertentangan antara nilai ajaran dengan perilaku pemeluknya.
Islam mengajarkan adil, ihsan, dan kasih sayang, namun para pemeluknya tidak jarang berbuat dhalim, keburukan, dan permusuhan. Islam mengajarkan kasih sayang, ta'awun, dan ukhuwah, namun pemeluknya berbuat permusuhan dengan sesama insan ciptaan Allah, bahkan dengan sesama muslim.
Begitu pula ada orang Islam rajin shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lainnya secara intensif tetapi sikap dan tindakannya diwarnai amarah, kasar, buruk kata, kebencian, dan permusuhan. Islam masih sebatas ilmu dan ajaran verbal tetapi kurang dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Paradoks beragama seperti itulah yang termasuk beragama yang tidak mencerahkan.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah shalat id yang berbahagia
Di era kehidupan yang terbuka seperti sekarang ini, yang salah satunya ditandai peran media sosial secara masif, maka iman dan akhlak mulia benteng kita. Media sosial selain bermanfaat sebagai media interaksi yang cepat dan mudah, pada saat yang sama menjadikan penggunanya seolah bebas komentar apa saja.
Sering kita temui ujaran perseteruan, kebencian, permusuhan, saling hujat, dan hoaks menjadi hal biasa di media daring tersebut. Tanpa dilandasi akhlaq mulia, Medsos bisa mengakibatkan hubungan sosial jadi lebih keras sehingga hilang keadaban, hilang pula rasa damai dan ketenteraman.
Dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan pun mulai terasa adanya peluruhan nilai-nilai utama ini. Politik uang, permusuhan, kebencian, ghibah (menggunjing), tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain), provokasi, dan menghalalkan segala cara seakan legal dalam kehidupan politik di tubuh bangsa ini. Oleh karena itu sangat diperlukan pencerahan akal dan budi, agar kita semua bisa mewujudkan karakter utama sebagai aktualisasi taqwa buah dari puasa Ramadhan.
Idul fitri harus kita jadikan sebagai momentum untuk menghidupkan kembali nilai nilai utama kehidupan, nilai nilai akhlak mulia. Menghidupkan kembali kasih sayang, saling menghormati sesama dan menjaga persatuan.
Dengan senantiasa menerapkan akhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan berbangsa maka sesungguhnya kita telah menampilkan cara berislam yang mencerahkan dan memajukan. Bahwa akhlak mulia adalah citra diri setiap muslim, karena sesungguhnya akhlaq mulia tidak bisa dipisahkan dengan keimanan dan ketaqwaan. Ketika setiap Muslim di negri ini - sebagai penduduk terbanyak- telah menerapkan karakter utama sebagi perwujudan iman dan taqwa, niscaya Allah akan meberikan anugerahnya kepada bangsa kita. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran;
وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
"Apabila penduduk suatu negeri benar benar beriman dan bertaqwa, niscaya Aku bukakan kepadanya barokah dari langit dan bumi. tetapi mereka mendustakan ayat ayat kami, maka kami siksa mereka disebabkan karena perbuatannya." (QS Al a'rof : 96 )
Oleh karena itu, untuk menjadi sebuah bangsa yang maju tentunya tidak cukup hanya dengan pembangunan fisik semata. Tetapi harus diikuti dengan pembangunan karakter utama. Sebagaimana para pendiri bangsa ini selalu mengingatkan agar selalu memperhatikan keduanya.
Bangunlah jiwanya -Bangunlah badanya. Bangsa ini telah dikenal sebagai bangsa yang religius. Tentunya ini harus kita jaga, karena mulai ada yang ingin membawa agar agama dijauhkan dari proses menata bangsa, ditarik tarik ke arah sekuler. Menjaga agar tetap menjadi negara yang religius adalah pengamalan dari Pancasila. Tentunya religiusitas yang kita inginkan adalah religiusitas yang mencerahkan dan memajukan. Salah satunya adalah dengan mewujudkan akhlakul karimah- karakter utama- dalam kehidupan.
Akhirnya marilah kita memohon kepada Allah semoga kita senantiasa diberi hidayah, sehingga di dalam menghadapi hidup yang semakin sulit ini kita tetap menjalani dengan benar. Kita berdoa Semoga Allah menerima seluruh amal kita dan mengampuni dosa dosa kita. Kita berdoa agar saudara saudara kita di Palestina dan berbagai belahan dunia yang kondisinya tidak menyenangkan, diberi keringanan dan pertolongan Allah.
Kira berdoa agar saudara saudara kita yang sedang sakit atau mendapatkan cobaan berat lain diberi kesabaran dan ketabahan serta segera dibebaskan dari masalahnya. Kita berdoa agar para pemimpin bangsa dan seluruh warga bangsa diberi petunjuk sehingga selalu menjaga tanah air dan bangsa dengan nilai-nilai utama, menjadi bangsa yang bermartabat, berkeadilan dan berkemakmuran.
Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #6: Meraih Kemenangan Sejati di Hari yang Fitri
(sumber: tulisan Ustadz M Shodiq Ma'mun SSos dalam situs NU Banyumas)
Allahu Akbar, yang telah meletakkan manusia berada pada derajat yang paling tinggi di antara makhluk ciptaan lainnya, agar dengan ketinggian derajat itu manusia dapat mengagungkan dzat yang menciptakan langit dan bumi, taat kepadaNya sembari membersihkan diri dari hawa nafsu dan permusuhan terhadap sesama. Dalam menjalani kehidupan, manusia senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT, menjalani hidup dengan penuh welas asih dan saling menghormati.
Oleh karenanya, marilah kita melahirkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat, hidayah, kesehatan, dan kesempatan yang telah diberikan kepada kita pada pagi hari ini.
Tidak ada balasan untuk setiap kebaikan kecuali kebaikan itu sendiri. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur'an:
هَلْ جَزَاۤءُ الْاِحْسَانِ اِلَّا الْاِحْسَانُ
"Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan". (QS Al-Rahman (55): 60)
اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ , وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Ma'asyiral muslimin, jamaah sholat Id rahimakumullah ...
Saat ini, kita semua merasakan kebahagiaan yang mendalam saat merayakan Idul Fitri, setelah sebulan penuh berjuang melawan nafsu dan melaksanakan ibadah di bulan Ramadan. Rasa gembira dan kepuasan menghiasi hati kita, setelah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa di siang hari. Di malam hari, kita berjuang melawan hawa nafsu melalui qiyamul lail, shalat tarawih, dan tahajud, serta memperbanyak taqarrub ilallah (تَقَرُّب إِلَى اللَّهِ).
Selama bulan puasa yang telah kita lewati bersama, kita telah berjuang menahan lapar dan dahaga. Di siang hari, kita menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa, sementara di malam hari, kita berusaha melawan rasa malas agar dapat melaksanakan ibadah dengan sepenuh hati. Semua ini merupakan wujud pengabdian kita kepada Allah SWT.
Sebagai pelengkap perjuangan tersebut, di penghujung bulan Ramadan, kita juga membersihkan diri dengan mengeluarkan zakat fitrah. Zakat ini sebagai bentuk kepedulian kita terhadap sesama sekaligus untuk menyempurnakan ibadah puasa. Semoga setiap usaha dan pengorbanan kita selama bulan suci Ramadan diterima dan menjadi berkah bagi kita semua.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى , وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
"Sungguh, beruntunglah orang yang membersihkan diri dan dia ingat nama Tuhannya lalu dia melaksanakan sembahyang". (QS Al-A'la (87): 14-15)
اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ , وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Ma'asyiral muslimin, jamaah sholat Id rahimakumullah ...
Setelah berhasil mengalahkan hawa nafsu, pada hari Idul Fitri yang penuh berkah ini, kita merayakan kemenangan kita dengan menggabungkan takbir dan tahmid. Mari kita serukan keagungan Allah dan sebarkan syiar Islam ke seluruh penjuru. Ini adalah momen yang tepat untuk berbagi kebahagiaan dan keceriaan dengan sesama.
Bulan Ramadhan telah disetting oleh Allah sebagai momen pembelajaran bagi kita semua, agar setiap insan yang memasuki bulan suci ini dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Dengan harapan besar, semoga kita keluar dari Ramadhan sebagai pribadi-pribadi yang lebih baik.
Maka, di samping mewajibkan puasa Ramadhan, Allah juga mewajibkan zakat fitrah serta menganjurkan kita untuk memperbanyak tadarus dan i'tikaf. Rasa lapar dan dahaga yang kita alami selama berpuasa bukan hanya sebagai bentuk taqarrub kepada Allah, tetapi juga untuk menumbuhkan rasa simpati terhadap sesama, terutama mereka yang kurang mampu. Jika terapi ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka umat Islam akan keluar dari bulan Ramadan dengan membawa kemenangan yang hakiki.
اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ , وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Ma'asyiral muslimin, jamaah sholat Id rahimakumullah ...
Hari Raya Idul Fitri adalah momen istimewa yang telah disiapkan oleh Allah untuk mengembalikan manusia kepada ke-fitrah-an. Marilah kita berusaha untuk kembali kepada kesucian dan tunduk patuh kepada Allah SWT.
Di hari inilah, saatnya kita memperbaiki hubungan antar sesama, menguatkan tali ukhuwah yang mungkin semakin hari semakin renggang atau bahkan telah putus. Mari kita hidupkan kembali tradisi silaturahmi yang makin hari makin tergerus oleh budaya barat, dan menghiasi hari raya ini dengan sikap penuh kebaikan serta upaya untuk saling menghadirkan kebahagiaan.
Mari kita berlomba-lomba saling memberi maaf tanpa harus meminta maaf terlebih dulu. Model kehidupan seperti inilah yang sangat dibutuhkan saat ini-kehidupan yang didasari rasa cinta dan pengorbanan jauh dari curiga, suudzon, serta perilaku kasar. Inilah gambaran kehidupan Islami yang dicita-citakan oleh umat Islam saat ini.
Jangan sampai suasana indah Idul Fitri ini hanya berlaku dalam sekejap. Jangan biarkan hari raya ini mengikis nilai-nilai persaudaraan di antara kita. Sesuai dengan maknanya, bulan Syawal adalah waktu untuk peningkatan; mari kita manfaatkan momentum ini untuk memperkuat ibadah kita dan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, sehingga setiap langkah kita menjadi bagian dari perjalanan spiritual yang lebih bermakna.
Rasulullah SAW berpesan:
اِجْتَهِدُوا يَوْمَ الْفِطْرِ فِي الصَّدَقَةِ وَأَعْمَالِ الْخَيْرِ وَالْبِرِّ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالتَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ، فَإِنَّهُ يَوْمٌ الَّذِي يغفرُ اللَّهُ فِيهِ
ذُنُوبَكُمْ وَيَسْتَجِيبُ دُعَاءَكُمْ وَيَنْظُرُ إِلَيْكُمْ بِالرَّحْمَةِ
"Bersungguh-sungguhlah kalian di hari nan fitri tersebut untuk senantiasa bisa bersedekah dan beramal kebaikan seperti sholat, zakat fitrah, bertasbih, bertahlil, sebab hari itu adalah hari dimana Allah SWT mengampunkan segala dosa kalian dan hari mengijabah segala permohonan kalian begitupun juga hari mencucurkan rahmat-Nya". (Durrotun Nashihin).
Hari ini adalah saat di mana Allah mengampuni dosa-dosa kita, mengabulkan doa-doa kita, dan memandang kita dengan rahmat-Nya. Marilah kita resapi makna Idul Fitri ini dengan sepenuh hati dan amalkan semampu kita. Ingatlah .., Idul Fitri bukanlah batas akhir dari amal-amal baik yang telah kita lakukan selama Ramadan. Jika selama bulan suci ini kita mampu melaksanakan shalat 20 rakaat lebih, bangun malam untuk bertadarus, maka mampukah kita meneruskan kebiasaan baik ini di waktu-waktu mendatang? Ini adalah pertanyaan dan tantangan bagi kita semua.
Mudah-mudahan setelah Ramadan ini, kehidupan kita senantiasa dihiasi dengan nilai-nilai rendah hati, rasa persaudaraan, dan hubungan kekeluargaan yang mencerminkan keadaan yang baik dan penuh ampunan dari Allah. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
Teks Khutbah Idul Fitri Singkat #7: Jaminan dari Allah Setelah Puasa Ramadhan
(sumber: tulisan Drs H Arpani SH MH dalam situs PTA Kaltara)
Allahu akbar ... Allahu akbar ... Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah.
Puji syukur tak henti-hentinya kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat besar kepada kita semua pada hari ini, yaitu mempertemukan dengan hari raya Idul Fitri, setelah satu bulan penuh kita menjalankan ibadah puasa. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw beserta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Idul Fitri pada pagi hari ini, untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang paling baik untuk kita bawa menuju akhirat selain Taqwa kepada Allah Swt.
Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah.
Tidak terasa saat ini kita semua sudah memasuki bulan 1 Syawal, setelah berhasil melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan rangkaian ibadah lainnya selama satu bulan penuh. Menahan diri dari segala perbuatan yang bisa merusak nilai-nilai puasa.
Saat ini, sudah tiba saatnya bagi kita untuk merayakan kemenangan atas ibadah yang telah kita lakukan selama sebulan penuh, yaitu dengan merayakan hari raya Idul Fitri. Momentum pertama adalah dengan cara memperbanyak bacaan-bacaan Takbir dan Tahmid guna mengagungkan asma Allah, sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah Swt yang telah memberikan kita berupa taufiq dan hidayahnya, sehingga kita telah berhasil menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan sempurna.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an, Allah swt berfirman:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya, "Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (QS Al-Baqarah ayat 185).
Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah.
Hari raya Idul Fitri dalam Islam selain dikenal dengan hari yang sangat agung, juga menjadi hari yang sangat dinanti-nanti kaum muslimin seluruh dunia, sebab pada hari ini Allah memberikan anugerah yang sangat banyak kepada kita semua, tidak hanya berupa pahala atas ibadah yang kita lakukan selama ini, namun Allah juga mengampuni semua dosa-dosa yang ada dalam diri kita.
Dalam salah satu haditsnya Rasulullah saw bersabda: Artinya, "Jika hari raya Idul Fitri telah tiba, para malaikat akan berbaris di pintu-pintu jalan sambil menyerukan: 'Wahai golongan umat Islam, segeralah berangkat kepada Tuhan Yang Maha Mulia. Dia akan menganugerahi kebaikan dan memberikan pahala yang sangat besar. Sungguh, kamu telah diperintahkan untuk beribadah di malam hari, lalu kamu laksanakannya. Kamu diperintahkan berpuasa di siang hari, lalu kamu kerjakan. Kamu telah memenuhi seruan Tuhanmu, maka terimalah hadiahmu. Kemudian ketika mereka sudah selesai menunaikan shalat (hari raya Idul Fitri), malaikat berseru kembali: "Ketahuilah bahwa Tuhanmu telah mengampuni dosa-dosamu. Maka kembalilah keperjalanan hidup kalian selanjutnya, sebagai orang-orang yang memperoleh petunjuk." (HR At-Thabrani).
Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah.
Manusia yang bebas dari ancaman neraka, ketaatannya bertambah, dan diampuni dosa-dosanya, hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa. Lebih dari itu, mereka pun disediakan surga. Allah berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ١٣٣
"Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa" (QS Ali Imran ayat 133).
Itulah jaminan-jaminan yang akan Allah swt berikan kepada kita semua yang telah berhasil menjalankan kewajiban puasa selama satu bulan Ramadhan, kemudian diakhiri dengan menunaikan shalat sunnah hari raya Idul Fitri.
Saat ini kita semua kembali menjadi hamba yang suci, kembali menjadi hati yang suci seperti kertas putih bersih tanpa noda sedikitpun, sehingga pada akhirnya kita telah mendapatkan ampunan dari-Allah Swt dengan predikat orang-orang yang muttaqin.
Demikianlah khutbah ini disampaikan dengan harapan Marilah kita bersama-sama berdo'a kepada Allah Swt. Semoga Allah menerima segala amal ibadah yang telah kita lakukan dan akan membawa kita kepada keselamatan baik di dunia maupun diakhirat nanti. Amin Yaa Rabbal 'alamin.
Nah, itulah 7 teks khutbah Idul Fitri singkat penuh pesan sebagai referensi bagi detikers. Semoga membantu!
(sto/par)