Shalat Idul Fitri adalah ibadah yang dinantikan setelah sebulan berpuasa. Selain sebagai bentuk syukur, shalat ini juga menjadi momen kebersamaan umat Muslim dalam merayakan hari kemenangan.
Niat adalah bagian penting dalam shalat Idul Fitri. Berikut bacaan niat shalat Idul Fitri bagi imam, makmum, dan sendiri yang dikutip oleh Ustadz Alhafiz Kurniawan dari Kitab Irsyadul Anam karya Sayyid Utsman bin Yahya dan Perukunan Melayu.
Niat Sholat Idul Fitri
1. Niat sebagai Imam
اُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا للهِ تَعَالَى
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arab latin: Ushalli sunnatan li 'Idil Fitri rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an imāman lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Saya niat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah Ta'ala."
2. Niat sebagai Makmum
اُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Arab latin: Ushalli sunnatan li 'Idil Fitri rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an ma'mūman lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Saya niat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah ta'ala."
3. Niat Sholat Idul Fitri Sendiri
Ustadz Alhafiz Kurniawan menyarankan siapa pun yang tidak sempat melaksanakan shalat Id berjamaah agar tetap menunaikannya sendiri dengan dua rakaat. Shalat ini dapat dilakukan di rumah atau masjid dengan niat tunai (adā'an), tanpa mengeraskan bacaan takbir dan tanpa khutbah.
Adapun niatnya, adalah sebagai berikut:
اُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Arab latin: Ushalli sunnatan li 'Idil Fitri rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an lillāhi ta'ālā. Artinya: "Saya niat shalat Idul Fitri dua rakaat menghadap kiblat, tunai karena Allah ta'ala."
Keutamaan Shalat Idul Fitri
Berdasarkan buku Seri Fikih Kehidupan susunan Ahmad Sarwat, menurut mayoritas ulama, shalat sunnah Idul Fitri memiliki hukum sunnah mu'akkadah. Pendapat ini didasarkan pada kebiasaan Rasulullah SAW yang senantiasa menunaikan shalat Id dan tidak pernah meninggalkannya.
Dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW bahkan menganjurkan agar semua wanita, termasuk yang sedang haid, mereka yang dipingit, serta para hamba sahaya, turut hadir di tempat pelaksanaan shalat Id. Hal ini menegaskan betapa pentingnya ibadah ini sebagai sunnah mu'akkadah.
Dari Ummu 'Athiyyah RA, ia berkata: "Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk membawa keluar hamba sahaya dan wanita haid pada hari Idul Fitri dan Idul Adha agar mereka dapat menyaksikan kebaikan serta merasakan kebersamaan dengan kaum Muslimin. Adapun wanita haid diperintahkan untuk menjauhi tempat shalat." (HR. Bukhari No. 324 dan Muslim No. 890)
Selain itu, para sahabat Nabi juga selalu menjalankan shalat Id sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Mereka melaksanakan shalat sebelum khutbah sebagai bagian dari sunnah yang telah dicontohkan.
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: "Aku pernah menghadiri shalat Id bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, dan Utsman RA. Mereka semua melaksanakan shalat sebelum khutbah." (HR. Bukhari No. 989 dan Muslim No. 884)
Shalat Idul Fitri dianjurkan untuk dilaksanakan ketika matahari telah naik setinggi dua tombak, sedangkan shalat Idul Adha dilakukan lebih awal, yaitu saat matahari setinggi satu tombak.
Dari Abdullah bin Bisr RA, diriwayatkan bahwa ia pernah keluar bersama kaum Muslimin untuk melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Ia kemudian menegur imam yang kerap datang terlambat dan berkata, "Ketika kami bersama Nabi SAW, pada waktu seperti ini kami telah menyelesaikan shalat." Peristiwa ini terjadi pada waktu shalat sunnah Dhuha. (HR. Abu Daud, lihat Shahih Sunan Abu Daud No. 1005)
Baca juga: Idul Fitri 2025 Berapa Hijriah? Cek di Sini |
(inf/lus)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah