Pakar Unnes Prihatin Aksara Jawa di Gedung Disdikbud Jateng Salah Tulis

Pakar Unnes Prihatin Aksara Jawa di Gedung Disdikbud Jateng Salah Tulis

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Rabu, 05 Mar 2025 19:29 WIB
Tulisan aksara Jawa di Kantor Disdikbud Jateng, Kecamatan Semarang Tengah, diturunkan usai sempat viral karena salah penulisan, Kamis (5/3/2025).
Tulisan aksara Jawa di Kantor Disdikbud Jateng, Kecamatan Semarang Tengah, diturunkan usai sempat viral karena salah penulisan, Kamis (5/3/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Kesalahan penulisan aksara Jawa di gedung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah menjadi sorotan di media sosial. Pakar Bahasa Jawa Pakar Bahasa Jawa, Sucipto Hadi Purnomo, mengaku prihatin hal itu terjadi di institusi pendidikan.

"Kalau proses penulisannya melibatkan satu saja guru bahasa Jawa, pasti bisa menulis ini. Karena ini tingkatannya tidak terlalu rumit sekalipun kemudian muncul hal yang mungkin orang awam tidak tahu," uca Sucipto saat dihubungi detikJateng, Kamis (5/3/2025).

Terlebih, kesalahan itu baru disadari setelah bertahun-tahun. Bagi dosen bahasa Jawa Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu, kejadian ini mencerminkan bagaimana aksara Jawa saat ini lebih sering dianggap sebagai hiasan daripada alat komunikasi. Hal itu disebut sangat memprihatinkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau sudah bertahun-tahun, sungguh ironis. Berarti orang-orang yang lalu lalang di sana tidak pernah membaca atau tidak peduli," tegasnya.

"Jangan-jangan ini sebagai penegas aksara Jawa yang masih diupayakan teman-teman di Kongres Aksara Jawa sekarang pada tahap sekadar aksesoris, tidak untuk menyampaikan informasi. Identitasnya berhenti sebagai hiasan, dan ini sangat memprihatinkan bagi kita semua," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Kesalahan yang paling mencolok, kata Sucipto, terlihat pada kata 'Provinsi'. Posisi taling-tarung dan pangkon yang dipasang di gedung Disdikbud Jateng itu tidak sesuai aturan.

"Dalam kata 'pro', taling harusnya di depan 'pa', lalu tarung di belakang setelah aksara itu. Tapi di sini, taling-tarung malah ditempatkan setelah aksara, jadi aneh. Tidak hanya salah, tapi juga tidak bisa dibaca," ujarnya.

Selain itu, kesalahan juga terlihat dari adanya pangkon yang diletakkan di tengah kata. Hal itu tidak sesuai dengan kaidah aksara Jawa, karena pangkon seharusnya hanya diletakkan di akhir kata.

"Misalnya dalam kata Provinsi, setelah 'na' langsung ketemu dengan 'sa', tidak ada double aksara yang mengharuskan pangkon. Jadi, seharusnya 'na' tidak dipangku, baru kemudian 'si'. Kalau memakai pasangan, maka 'sa' otomatis menggantikan pangkon itu," terangnya.

Sucipto menduga, kesalahan ini terjadi karena teks aksara Jawa dibuat secara instan menggunakan aplikasi daring tanpa memahami kaidah penulisannya.

Menurutnya, hal-hal dasar dalam penulisan aksara Jawa seharusnya sudah dipahami sejak tingkat SD, seperti aturan penggunaan taling-tarung dan pangkon. Namun, dalam kasus ini, kesalahan mendasar justru muncul.

"Ada beberapa kemungkinan. Pertama, sumber contekan yang digunakan hanya dari aplikasi atau Google, seperti menerjemahkan bahasa Inggris ke Indonesia, kan sering muncul kelucuan," terangnya.

"Kedua, bisa jadi tukang yang menempelkan tulisan ini keliru. Tapi tentu kan di atas mereka ada supervisor yang mestinya bisa mengecek apakah sudah tepat atau belum," paparnya.

Kepala Disdikbud Evaluasi

Adapun, aibat viralnya kesalahan penulisan itu, aksara Jawa di Kantor Disdikbud Jateng sudah langsung dicopot. Kepala Disdikbud Jateng Uswatun Hasanah meminta maaf atas kesalahan tersebut dan berterima kasih atas evaluasi yang diberikan.

"Atas kesalahan itu kami mengaku khilaf dan salah dan hari ini juga sudah diturunkan untuk selanjutnya nanti ditindaklanjuti dengan pembenahan yang benar dengan melibatkan ahlinya ahli," kata Uswatun kepada awak media di Kantor Gubernur Jateng, Kecamatan Semarang Selatan, Rabu (5/3).

"Saya mengucapkan terima kasih atas pencermatan dari semua pihak kaitan dengan tata tulis itu. Memang bagian dari tugas kita semuanya untuk mengawal apapun yang perlu pengawasan," sambungnya.

Ia mengungkap, tulisan aksara Jawa itu telah dipasang sejak sekitar tahun 2022. Menurutnya, kesalahan itu terjadi lantaran adanya human error serta kurangnya verifikasi lebih lanjut kepada ahli.

"Sebenarnya karena human error. Pastinya ketika menuliskan itu sudah konsultasi dengan orang yang pintar nulis Jawa, tapi mungkin karena yang tanya juga mungkin nggak tahu. Kesalahannya kita nggak melakukan verifikasi atau triangulasi ke sumber yang lain," paparnya.

Ke depan, akan dilakukan evaluasi menyeluruh untuk memastikan tulisan aksara Jawa yang terpasang di berbagai fasilitas publik sudah sesuai kaidah kepenulisan.

"Nanti dicek semuanya, ya di sekolah-sekolah, di museum, di Taman Budaya, semuanya yang di bawah Dinas Pendidikan. Menyeluruh," tegasnya.




(afn/apu)


Hide Ads