Aspal rusak dan berlubang di Jalan Pantura Kaligawe Raya Semarang-Demak dikeluhkan pemotor. Sementara itu Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Jawa Tengah menyatakan ada pengurangan biaya perbaikan jalan, dari Rp 100 juta menjadi Rp 30 juta per kilometer.
Pantauan detikJateng di lokasi hari ini, lubang yang bertebaran di jalan itu membuat sebagian pengendara harus melaju pelan agar tidak terperosok.
Salah satu pemotor asal Semarang Timur, Nisrina Hasna (28), mengaku setiap hari melintasi jalan rusak tersebut karena jadi rute utama dari rumahnya ke tempat kerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelumnya di sini banjir parah berhari-hari, hampir seminggu. Begitu surut mulai tiga harian baru kelihatan ternyata jalannya sudah rusak parah," kata Hasna kepada detikJateng di lokasi, Selasa (11/2/2025).
![]() |
"Walaupun aku lewat sini setiap hari, masih sering ngeri tiap lewat sini. Truknya banyak, jalan jelek, bahaya. Banyak motor juga jatuh di sini," sambung dia.
Hasna menambahkan, tadi juga ada satu korban meninggal dunia akibat kecelakaan di Jalan Pantura wilayah Semarang Barat. Informasi yang dia peroleh dari media sosial, kecelakaan itu terjadi setelah pemotor menerjang lubang jalan.
Pekerja lain asal Kabupaten Batang, Arif Yanto (31) juga mengaku melintasi Jalan Pantura Batang-Semarang setiap hari naik motor. Dia juga mengeluhkan kondisi jalan yang rusak parah.
"Terutama di Batang-Kendal-Semarang, sejauh sekitar 80 km itu jalanan cukup rusak parah. Kami menyebutnya lubang neraka di Jalur Pantura, karena sudah banyak korban tewas akibat jalan rusak," kata Arif.
Dia bilang lubang-lubang di jalan Pantura terbilang cukup dalam dan merata baik di aspal maupun di jalan beton.
"Hampir tiap 100 meter pasti ada lubang. Bukan lubang kecil, tapi lubang besar dan dalam. Kami sudah jengah memviralkan di medsos," ucap dia.
Menurut Arif, lubang-lubang jalan itu semakin berbahaya ketika tergenang air saat hujan.
"Kalau hujan ketutupan air, itu tidak kelihatan. Apalagi di pantura kita kecepatan di atas 40 km per jam karena bersaing dengan truk besar. Dengan kecepatan segitu, kita kesulitan membedakan lubang yang tertutup air," ujar dia.
Arif menambahkan, kerusakan jalur Semarang, Weleri, Alas Roban, Banyuputih, hingga Subah di Batang semakin mengkhawatirkan saat hujan pada malam hari. Dia berharap agar pemerintah segera memperbaiki jalan Pantura.
"Hampir 3 minggu ini ketika Pantura rusak saya nggak pernah pulang malam hari," ujar dia.
Penjelasan DPU Jateng
Dimintai konfirmasi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Jateng, Hanung Triyono, menyebut Jalan Pantura berstatus jalan nasional.
"Itu jalan nasional, sepertinya perbaikan menunggu surut oleh BBPJN Jateng-DIY. Segera diperbaiki," kata dia saat dihubungi detikJateng, Selasa (11/2) sore.
Hanung menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan jalan.
Adapun saat ditemui seusai pembukaan Musrenbang di Kantor Gubernur Jateng, Selasa (11/2) siang, Hanung menyatakan percepatan perbaikan jalan provinsi akan tetap diupayakan menjelang Lebaran 2025.
"Untuk jalan provinsi saat ini dilakukan perbaikan terus dengan keterbatasan. Tapi tetap kita selesaikan nanti saat Lebaran. Kita siapkan dengan baik, mengantisipasi arus mudik," kata Hanung di Kantor Gubernur Jateng, Selasa (11/2/2025).
Sedangkan untuk jalan nasional seperti Jalan Pantura, kata Hanung, pihaknya telah melakukan koordinasi agar perbaikan bisa tetap dilakukan dengan dana Corporate Social Responsibility (CSR).
"(Karena efisiensi anggaran jadi kerja sama dengan CSR?) Iya. Jadi dari APBN terinfo begitu (belum cair). Tapi tetap kita lakukan perbaikan," ujar dia.
Hanung menjelaskan, imbas dari efisiensi anggaran oleh pemerintah pusat, anggaran pemeliharaan jalan dipangkas menjadi Rp 30 juta per kilometer (km).
"Idealnya Rp 88-100 juta per km. Dari 2.240,12 km jalan provinsi, itu jadi mestinya Rp 224 miliar. Itu hitungan kasar. Tapi dianggarkan Rp 127 miliar. Kalau dibagi per km jadi sekitar Rp 30 juta," ungkapnya.
"Harus optimis. Kita genjot, ini puncaknya (hujan) kan Februari, kita genjot (perbaikan jalan) di Maret. Jadi akhir Februari sampai Maret. Kalau pemeliharaan rutinnya kita bisa H-7 (Lebaran), tapi kalau paket kegiatan tidak ada," sambung dia.
Hanung menambahkan, ruas jalan prioritas yang menjadi fokus perbaikan adalah Keling di Jepara, Jalan Sudiarto di Kota Semarang, dan ruas Wiradesa-Kajen di Pekalongan. Selain itu juga akan dilaksanakan penambalan rutin.
"(Rusak) Karena hujan dan overload juga. Aspal itu kalau kena air cepat rusak, kayak Pantura itu yang rusak kan yang terendam air. Hujan itu sangat berpengaruh," imbuhnya.
Dia mengimbau masyarakat berhati-hati saat melintasi jalan yang rusak karena lubangnya sering tidak terlihat saat terendam air.
(dil/apl)