- Contoh Teks Khutbah Jumat 7 Februari 2025 tentang Bulan Syaban Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #1 Berjudul 'Yang Dilakukan Nabi di Bulan Sya'ban Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #2 Berjudul 'Sya'ban di Ruang Tamu, Ramadan di Depan Pintu' Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #3 Berjudul 'Mendaki Ridha Allah di Bulan Sya'ban' Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #4 Berjudul 'Rahasia dan Keistimewaan Bulan Sya'ban' Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #5 Berjudul 'Bulan Sya'ban, Momen Bersimpuh Mohon Ampunan Allah' Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #6 Berjudul 'Nisfu Sya'ban, Momentum Hentikan Permusuhan'
Contoh teks khutbah Jumat dapat dijadikan sebagai panduan dalam menyusun khutbah yang baik dan jelas. Isi khutbah pun dapat disampaikan dengan berbagai tema yang membawa pesan kebaikan.
Sebelum itu, jika kita melihat Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, Jumat 7 Februari 2025 bertepatan dengan tanggal 8 Syaban 1446 H. Berdasarkan kalender, hari ini merupakan Jumat kedua di bulan Syaban tahun ini.
Oleh karena itu, detikers yang bertugas sebagai khatib di hari ini dapat menyampaikan khutbah Jumat tentang bulan Syaban. Topiknya bisa bervariasi, mulai dari khutbah Jumat tentang malam Nisfu Syaban, amalan baik di bulan Syaban, maupun hal-hal positif lainnya sebagai pilihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mempermudah detikers, detikJateng telah merangkum beberapa contoh teks khutbah Jumat 7 Februari 2025 yang dilengkapi dengan doa dan judulnya. Kumpulan khutbah Jumat berikut ini dihimpun dari laman NU Online dan buku Khutbah Jumat: Tema-Tema Kontemporer oleh Najamuddin Petta Solong dkk.
Contoh Teks Khutbah Jumat 7 Februari 2025 tentang Bulan Syaban
Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #1 Berjudul 'Yang Dilakukan Nabi di Bulan Sya'ban
Khutbah I
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْإِعْتِبَارْ. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِٰلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نُوْرِ الْأَنْوَارْ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَطْهَارْ. أَمَّا بَعْدُ فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ فِيْ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَتُوبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ
Ma`âsyiral Muslimîn jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Pada kesempatan yang mulia ini marilah kita tingkatkan kualitas takwa kita, di antaranya dengan berusaha sungguh-sungguh untuk meningkatkan amal kebaikan di bulan Sya'ban. Di antara cara yang kita lakukan adalah meraih keberkahan di bulan Sya'ban dengan cara menekankan substansi puasa. Mengapa kita harus sungguh-sungguh meningkatkan amal kebaikan di bulan Sya'ban dengan cara menekankan substansi puasa?
Ini karena Sya'ban, bulan ke-8 dalam kalender Hijriyah adalah bulan yang mulia dan utama, yang mendapatkan perhatian Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah telah mengingatkan kepada kita tentang pentingnya bulan Sya'ban ini, yang banyak orang melupakannya atau tidak memperhatikannya. Dalam sebuah hadits disebutkan:
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ!، لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ؟ قَالَ: ذٰلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ، بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ اْلأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. فَأُحِبُّ أَنْ يُّرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: "Dari Usâmah bin Zaid ra. ia berkata: aku bertanya: Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau (memperbanyak) berpuasa pada suatu bulan pun sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya'ban? Beliau menjawab: (Sya'ban) itu adalah bulan di mana manusia melupakannya (tidak memperhatikannya), antara Rajab dan Ramadhan, padahal ia adalah bulan di mana diangkat dan dilaporkanlah semua amal perbuatan manusia kepada Tuhan semesta alam. Oleh karena itulah aku senang amalku akan dilaporkan ketika aku sedang berpuasa." (HR. al-Nasâ'î)
Jama'ah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,
Hadits di atas menunjukkan kepada kita mengenai kemuliaan bulan Sya'ban. Kemuliaan bulan Sya'ban ini tampak dari begitu perhatian Rasulullah memuliakannya dengan memperbanyak berpuasa Sya'ban. Sya'ban yang letaknya di antara bulan Rajab dan Ramadhan, justru banyak orang melupakannya atau tidak memberikan perhatian kepadanya. Padahal ia adalah bulan di mana semua amal perbuatan manusia diangkat dan dilaporkan kepada Tuhan semesta alam.
Begitu menyenangkan bila saat amal kita diangkat dan dilaporkan ke hadirat Allah SWT, sedang kita dalam keadaan berpuasa, melakukan amal kebaikan.
Jama'ah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,
Hadits di atas pun menunjukkan kesunahan untuk menghidupkan waktu-waktu di mana banyak manusia terlena, dengan melakukan berbagai ketaatan dan kebaikan.
Oleh karena itu, di bulan Sya'ban ini kita disunnahkan untuk memperbanyak berpuasa Sya'ban, tentu saja bukan semata-mata berpuasa hanya menahan diri dari makan dan minum dan segala yang membatalkan puasa sejak fajar shadiq, waktu shalat subuh, sampai terbenamnya matahari, waktu shalat maghrib, tetapi betul-betul berusaha untuk mencapai esensi puasa itu sendiri, yaitu meninggalkan perkataan yang keji (qaul al-zûr) dan perbuatan kotor (maksiat).
Di era medsos ini kita harus bertobat, dengan menghentikan dan menjauhkan diri kita dari segala bentuk kemaksiatan dalam menggunakan smartphone dan medsos, dari segala keburukan dan kezaliman, terutama yang berkaitan dengan orang lain. Sebab kezaliman kita terhadap orang lain, bisa menjadikan amal kebaikan dan amal shalih kita hangus, habis dan justru menjadikan kita orang yang muflis (bangkrut).
Saudara-saudara kaum Muslimin yang dimuliakan Allah,
Berpuasa yang demikian ini berarti merupakan cara untuk mendapatkan keberkahan di bulan Sya'ban. Sebagaimana telah diajarkan oleh Nabi SAW bahwa sejak kita masuk bulan Rajab agar kita berdoa memohon keberkahan di Bulan Rajab, bulan Sya'ban dan bulan Ramadhan. Doa dimaksud adalah doa yang tersebut dalam riwayat Imam Ahmad yang berbunyi:
اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِيْ رَمَضَانَ
"Wahai Allah, berikanlah kepada kami keberkahan di bulan Rajab dan bulan Sya'ban, dan berikanlah kepada kami keberkahan di bulan Ramadhan." Dengan demikian, cara kita meningkatkan kualitas kebajikan di bulan Sya'ban, di antaranya dengan memperbanyak berpuasa di bulan Sya'ban, dalam arti menjalankan substansi puasa itu sendiri, yakni meninggalkan segala perbuatan yang keji dan kotor (maksiat) dan dosa. Cara yang baik ini merupakan upaya kita untuk meraih keberkahan hidup, yakni bertambahnya kebaikan-kebaikan, kemanfaatan-kemanfaatan dan kemaslahatan-kemaslahatan bagi kita.
Jama'ah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,
Dalam keadaan berbuat kebajikan itulah, kitab berharap mudah-mudahan amal perbuatan kebajikan kita itulah yang dilaporkan kepada Allah Swt. Semoga kita mendapatkan keberkahan di bulan Sya'ban ini dan bulan Ramadhan yang akan datang. Semoga kita dan bangsa kita Indonesia ini dihindarkan dari malapetaka dan kemurkaan. Amîn yâ Mujîbad Da'awât.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
نَحْمَدُ اللهَ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ، وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِٰلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةْ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ النَّهْضَةْ . أَمَّا بَعْدُ. أَيُّهَا النَّاسُ! أُوْصِيْكُمْ بتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ تَعَالَى مُخْبِرًا وَأٰمِرًا: إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَبَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا إِبْراهَيْمَ فِي الْعٰلَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.... اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمْؤُمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحاَجاَتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الِإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الِإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. رَبَّنَا أتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّءْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهْ! إِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاۤءِ ذِي اْلقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ اْلفَخْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمٍ يَّزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #2 Berjudul 'Sya'ban di Ruang Tamu, Ramadan di Depan Pintu'
Kaum Muslimin Jamaah salat Jumat yang mulia
Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan umat Islam dan menjadikannya sebaik-baik umat yang telah dikeluarkan untuk manusia. Shalawat dan salam semoga tercurah untuk baginda Rasulullah Muhammad Saw. Keluarga dan para sahabatnya. Semoga keselamatan juga Allah curahkan untuk umatnya yang selalu berpegang teguh kepada ajarannya.
Mari tingkatkan kualitas takwa kepada Allah subhanahu wata'ala dengan sebenar benar takwa, dalam arti kita selalu tunduk dan patuh terhadap segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada kesempatan Hari Jumat yang agung ini, hari rayanya umat Islam, yang kita semua berbondong-bondong untuk mendatangi rumah Allah, dan melaksanakan kewajiban kita yaitu Salat Jumat berjamaah.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ta'ala, karena sampai detik ini, sa'at ini, kita masih diberikan berbagai nikmat yang tiada mampu kita menghitungnya, termasuk nikmat hidup yang pada hari ini kita sudah berada hampir di penghujung Sya'bän. Semoga Kita semua masih diberikan kesempatan untuk menyambut bulan suci Ramadan, yang sekarang sudah berada di depan pintu rumah kita.
Pada kesempatan hari Jumat ini, Khatib akan menyampaikan satu judul khutbah yaitu; Sya'ban di Ruang Tamu Ramadan di Depan Pintu.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Ramadan besok akan menghampiri kita, dengan suka cita kita akan menyambutnya. Namun tidak jarang dalam menyambut bulan suci Ramadan, kita hanya fokus pada hal-hal berupa pemenuhan fisik semata. Seperti persiapan menu Ramadan, kurma yang dipilih, bahkan jadwal buka bersama teman, kolega pun sudah ditentukan harinya. Padahal Bulan suci Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dengan pahala berlimpah.
Ada hal penting yang luput dari perhatian kita dalam menyambut Ramadan. Persiapan tersebut berupa persiapan batin, terutama di bulan Syaban, bulan sebelum bulan suci. Agar lebih maksimal dan pada akhirnya meraih kemenangan saat Idul Fitri nanti. Layaknya seorang atlit, kita pun perlu mempersiapkan fisik mental sebelum bertanding.
Seperti yang dikatakan Al Imam Habib bin Abi Tsabit, dikatakan Imam Salamah bin Kuhail; "Bulan Syaban adalah bulannya pembaca-pembaca Al-Qur'an". Diantara makna bulan Syaban adalah bulan bagi pembaca-pembaca Al-Qur'an pemanasan buat Ramadan. "Orang-orang terbaik itu latihan. bukan mengandalkan kemampuannya secara spontanitas".
Selain baca Al-Qur'an, rutin salat malam, perbanyak puasa sunnah pun dilatih sebelum Ramadan. Terutama di bulan Syaban, bulannya latihan sebelum Ramadan. Sehingga saat bulan Ramadan, kita bisa maksimal dalam beribadah.
Sidang Jumat yang mulia
Boleh jadi sudah berpuluh puluh tahun kita dalam keadaan lalai, lupa menyambut tamu agung yang sudah berada di depan pintu, hingga kita sama sekali tidak ada persiapan untuk menyambutnya. Boleh jadi kita sudah siap, namun keluarga kita, anak istri kita belum siap. Boleh jadi kita dan keluarga kita sudah siap, tetapi hanya persiapan ekonomi untuk menu sahur dan berbuka puasa, bahkan untuk pemberian THR, hingga Ramadan belum datang anak-anak sibuk minta beli baju lebaran.
Kita yang seharusnya bersiap siap menyambut tamu Ramadan, tapi karena masih sedikit memperturutkan hawa nafsu, akhirnya yang kita sambut adalah satu Syawal, bukan satu Ramadan. Karena, beranggapan jika sudah dekat lebaran harga pakaian akan melambung.
Tamu yang di depan pintu kita abaikan, malah tamu yang masih di jalan justru kita sambut dengan suka ria. Sungguh fakta-fakta di lapangan mengatakan, mana mau masuk puasa, uang tidak ada, simpanan habis. Bagaimana nanti jika anak-anak minta bikin ketupat, minta beli baju lebaran, minta bikin kue!
Bukannya mempersiapkan diri untuk menghadapi Ramadan, banyak-banyak mohon ampunan Allah. Memperbanyak lebih dekat lagi kepada Allah dengan amalan amalan yang bisa mendapatkan cintanya Allah, mempersiapkan jiwa dan raga Agar Ramadan tahun ini, bisa mendapatkan predikat takwa sebagaimana yang dijanjikan Allah. Tapi justru malah kita khawatir dengan keadaan ekonomi.
Ramadan adalah bulan berkah, jangankan umat Islam, non muslim pun ikut kecipratan, pedagangnya panen. Penghasilan dan keuntungannya luar biasa meningkat, karena memang Ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah, Rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka.
Maasyiral muslimin yang berbahagia
Mari kita persiapkan segala sesuatunya, untuk menyambut tamu yang sudah di depan pintu. Tamu yang akan membawa berkah, ampunan, dan Rahmat, dia akan singgah di rumah kita selama satu bulan. Dan barang siapa yang bergembira menyambutnya, maka dikatakan dalam sebuah hadis Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw. bersabda;
"Telah datang kepada kalian ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan nakal akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan". (HR. Ahmad, Nasai, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Ramadan telah tiba. Bulan agung penuh berkah, waktu di mana umat Islam dibukakan berjuta kebaikan oleh Allah Swt.
Salah satu keutamaan Ramadan dikisahkan melalui mimpi Thalhah bin Ubaidillah ra. Beliau merupakan satu di antaranya 10 sahabat Rasulullah Muhammad saw yang dijamin masuk surga.
Saat perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah SAW sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah gugur dalam Perang Jamal di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun dan dimakamkan di Basrah.
Kembali ke mimpi Thalhah. Kisah ini mengenai dua orang lelaki dari Baliy, sebuah perkampungan dari suku Qudha'ah. Dari sumber lainnya, kedua merupakan kepala suku dan kaya raya. Keduanya masuk Islam bersama dan menjadi sahabat-sahabat yang bertakwa.
Saat Islam membutuhkan bantuan, mereka dengan ringan tangan membantu, harta maupun tenaga. Hingga suatu saat kedua mendapat panggilan untuk berjihad. Seperti yang sudah-sudah, keduanya dengan gembira menyambut panggilan jihad tersebut. Jihad merupakan ibadah yang diidam-idamkan para sahabat karena jika mereka meninggal dalam perang, mereka akan mati syahid dan dijamin masuk surga.
Keduanya bertempur dengan gagah berani hingga banyak anggota pasukan musuh yang tewas di tangan mereka. Namun dalam perang tersebut, satu di antaranya keduanya mati syahid. Sedangkan teman satunya pulang dan membawa kemenangan gemilang. Setahun kemudian, dia meninggal karena sakit.
Beberapa waktu kemudian, suatu malam Thalhah bermimpi tentang keduanya. Dalam mimpinya itu, Thalhah berada di depan pintu surga bersama kedua sahabat yang telah meninggal tersebut. Tiba-tiba dari dalam surga terdengar suara yang memanggil sahabat yang meninggal karena sakit di dalam kamarnya. Suara tersebut mempersilahkan si sahabat untuk masuk surga. Setelah itu, suara dari dalam surga kembali terdengar dan memanggil sahabat yang mati syahid. Masuklah sahabat tersebut masuk surga. Kembali suara itu terdengar dan berkata kepada Thalhah, "Kembalilah karena belum waktumu masuk surga". Thalhah pun terbangun dari mimpinya.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Keesokan harinya, Thalhah menceritakan mimpinya tersebut kepada sahabat- sahabat lainnya. Namun para sahabat tidak percaya. Mereka tidak percaya bagaimana mungkin sahabat yang meninggal karena sakit itu dipanggil lebih dahulu masuk surga dari pada yang mati syahid. Hingga desas-desus peristiwa mimpinya Thalhah tersebut terdengar Rasulullah saw. Lalu dipanggillah Thalhah untuk menceritakan mimpinya tersebut. Setelah mendengar cerita tersebut, Rasullullah membenarkan tentang mimpi Thalhah itu. Para sahabat pun heran.
Beliau berkata, "Apa yang membuat kalian heran?" Para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah orang yang pertama ini adalah yang paling banyak jihadnya di antara mereka, lalu ia mati syahid, tapi kenapa temannya yang meninggal terakhir masuk surga lebih dahulu darinya?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, "Bukankah temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?" Mereka menjawab, "betul".
Beliau berkata, "Dan bukankah ia masih mendapati Ramadan, lalu ia berpuasa, melakukan salat ini dan itu selama satu tahun itu?!" Mereka menjawab, "betul". Maka Rasulullah berkata, "Maka jarak antara mereka lebih jauh dariapda jarak antara langit dan bumil". (Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban dengan sanad yang shahih, dari Abu Salamah bin Abdurrahman)
Masya Allah. Kisah tersebut memperlihatkan kepada kita betapa keutamaan Ramadan dan ibadah di dalamnya dapat mengalahkan keutamaan seorang yang mati syahid yang sangat agung.
Termasuk nikmat yang sangat besar terhadap seorang hamba, Allah memberinya kesempatan dan umur panjang dalam ketaatan kepada Allah. Hal tersebut sebagaimana ketika Rasulullah ditanya, "Siapakah manusia yang paling baik?"Beliau menjawab, "Siapa saja yang panjang umurnya dan baik amalannya." (Diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzy dari Abdullah bin Busr radhiyallahu 'anhu)
Masyiral muslimin rahimakumullah
Sungguh para ulama ulama terdahulu sangat gembira, ketika menyambut kedatangan Ramadan. Allah berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
"Katakanlah: 'Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan" (QS. Yunus: 58)
Demikianlah Khutbah yang singkat ini semoga kita semua dengan penuh kegembiraan serta dengan persiapan hati dan jiwa yang bersih. Aamiin, Allahhumma Aamiin.
Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #3 Berjudul 'Mendaki Ridha Allah di Bulan Sya'ban'
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita bersama-sama menjaga kualitas takwa kita kepada Allah subhanahu wata'ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keinsafan. Karena hanya dengan takwalah jalan kita mendekati Allah subhanahu wata'ala mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, seperti yang difirmankan Allah dalam Yunus 63-64:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ (٦٣) لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۗ لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۗ (٦٤)
Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung."
Hadirin kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, Syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah yang Mahakuasa, karena hari ini kita semua masih menikmati indahnya bulan Sya'ban. Sya'ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan hijriah. Secara bahasa kata "sya'ban" mempunyai arti "berkelompok". Nama ini disesuaikan dengan tradisi bangsa Arab yang berkelompok mencari nafkah pada bulan itu).
Sya'ban termasuk bulan yang dimuliakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selain bulan yang empat, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Salah satu cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memuliakan Syaban adalah beliau banyak berpuasa pada bulan ini.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dan Abu Dawud dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah menyatakan, Usamah berkata pada Rasululllah shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban." Rasul menjawab: "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang dilupakan oleh kebanyakan orang."
عن أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
"Usamah bin Zaid berkata, 'Wahai Rasululllah aku tidak pernah melihat engkau berpuasa sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya'ban. Nabi membalas, "Bulan Sya'ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa." (HR Nasa'i) Hadirin, Oleh karena itu, marilah di awal-awal bulan Sya'ban ini kita perkokoh keimanan dan ketakwaan kita. Mumpung masih ada waktu, mumpung ada bulan Sya'ban yang penuh dengan keutamaan dan keistimewaan.
Kata "sya'ban" juga berasal dari kata syi'ab bisa dimaknai sebagai jalan setapak menuju puncak. Artinya bulan Sya'ban adalah bulan persiapan yang disediakan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada hamba-Nya untuk menapaki dan menjelajahi keimanannya sebagai persiapan menghadapi puncak bulan Ramadhan.
Meniti perjalanan menuju puncak bukanlah hal yang mudah. Minimal memerlukan persiapan-persiapan yang terkadang sangat melelahkan dan menguras energi. Ingatlah pekerjaan mendaki gunung yang mengharuskan berbagai macam pelatihan. Begitu pula meniti langkah menuju puncak selama bulan Sya'ban, tentunya pendakian itu mengharuskan kesungguhan hati dan niat yang suci. Mendaki adalah usaha menuju yang lebih tinggi yang harus dilalui dengan susah dan payah. Kepayahan itu akan terasa ketika kita memilih berpuasa di bulan Sya'ban sebagai bentuk pendakian menuju puncak, persiapan menyambut bulan suci Ramadhan.
Ma'asyiral mu'minin rahimakumullah, Pendakian menuju puncak di bulan Sya'ban ini juga dapat dilakukan dengan cara banyak beristigfar dan meminta ampun atas segala dosa yang telah kita lakukan di bulan-bulan sebelumnya. Baik dosa yang kasat mata maupun dosa yang adanya di dalam hati dan tidak kasat mata, dan justru dosa terakhir inilah yang terkadang lebih menumpuk di bandingkan dosa kelakukan. Ujub, riya' (pamer agar dilihat orang lain), sum'ah (pamer agar didengar orang lain), takabur, dan lain sebagainya:
Coba kita dalami an-Nahl ayat 78:
وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."
Bukankah ayat tersebut seolah mewajibkan manusia agar selalu insaf dan sadar bahwa berbagai anugerah kita di dunia ini-jabatan, kekuatan, kekayaan, kegagahan, kepandaian dan semuanya-adalah pemberian Allah subhanahu wata'ala, dan manusia pada awalnya tidak mengerti suatu apa pun.
Karenanya, jikalau sampai terbersit dalam hati kita sebagai manusia akan kepemilikan dan ke-aku-an, sadarlah bahwa itu adalah kesombongan dan ketakaburan. Apalagi jikalau perasaan itu disertai dengan kesengajaan menafikan Allah subhanahu wata'ala maka segeralah bertobat. Allah sendiri mengancam orang-orang seperti ini dalam Surat Thaha ayat 124:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."
Dengan demikian, ma'asyiral Muslimin, wajiblah setiap manusia itu selalu bersujud dan berbakti kepada Allah subhanahu wata'ala setiap saat, setiap waktu. Semakin berpangkat, semakin pandai, semakin kaya, semakin berada, maka sujudnya harus semakin dalam dan penuh makna.
Sebagai penghujung khutbah ini, marilah di waktu yang istimewa ini di bulan Sy'aban yang penuh fadhilah ini, kita mendaki bersama dengan menjalankan berbagai amal shaleh dan meminta pengampunan atau maghfirah-Nya, sehingga kita akan sampai di puncak nanti sebagai insan yang siap menjalankan keinsaniahannya di depan Sang Khaliq.
Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #4 Berjudul 'Rahasia dan Keistimewaan Bulan Sya'ban'
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيُّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمُ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمُ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Segala puji bagi Allah swt, yang telah memberikan kita semua hidayah dan inayah untuk terus istiqamah dalam melaksanakan shalat Jumat ini. Shalawat dan salam semoga terus mengalir kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw yang telah mengorbankan segala waktunya hanya untuk menyebarkan Islam dengan penuh kasih sayang, sebagaimana yang kita rasakan saat ini. Semoga kita bisa bersamanya kelak di hari kiamat, amin.
Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan memperbanyak ibadah dan kebajikan, serta menjauhi semua larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang lebih baik untuk dibawa menuju akhirat selain ketakwaan.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Allah swt telah menciptakan dua belas bulan dalam satu tahun sebagai salah satu tanda kekuasaan-Nya. Tentu, dalam setiap bulannya terdapat keistimewaan dan rahasia yang tersirat di dalamnya. Dan sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang terus berupaya untuk memaksimalkan ibadah dan kebaikan, khususnya di bulan-bulan yang dianggap mulia dalam Islam.
Saat ini kita telah memasuki salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam, yaitu bulan Sya'ban. Bulan yang sangat agung. Di dalamnya banyak rahasia dan keistimewaan yang Allah khususkan hanya pada bulan ini. Oleh karena itu, Rasulullah menegaskan bahwa di balik hikmah bulan ini disebut dengan bulan Sya'ban adalah karena terdapat kebaikan yang sangat banyak. Dalam riwayat Anas bin Malik, nabi bersabda:
إِنَّمَا سُمِيَ شَعْبَانَ لِأَنَّهُ يَتَشَعَّبُ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ لِلصَّائِمِ فِيْهِ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ
Artinya, "Dinamakan bulan Sya'ban karena di dalamnya terdapat kebaikan yang sangat banyak kebaikan bagi orang yang berpuasa di dalamnya, hingga ia masuk surga." (HR Anas bin Malik).
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Rasulullah sebagai contoh dan teladan bagi umat Islam selalu menjalani bulan ini dengan berpuasa. Bahkan jumlah puasa yang dilakukannya melebihi bulan-bulan yang lain selain bulan Ramadhan, ternyata ketika ditanya oleh para sahabat perihal semua itu, beliau menjawab bahwa bulan ini merupakan bulan diangkatnya semua amal ibadah kepada Allah.
ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya, "Ini adalah bulan yang kerap dilalaikan oleh manusia darinya. Ia adalah bulan di antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan di mana amal-amal akan diangkat kepada Tuhan alam semesta, maka aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasa'i)
Selain itu, terdapat banyak kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi pada bulan Sya'ban. Salah satunya adalah peristiwa perubahan arah kiblat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha Palestina, kemudian Allah kembalikan lagi seperti semula, yaitu menghadap Masjidil Haram Makkah. Berkaitan dengan hal ini, Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Artinya, "Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu." (QS. Al-Baqarah [2]: 144).
Hikmah dari peristiwa ini adalah Allah hendak mengetahui orang-orang yang benar-benar beriman pada ajaran yang dibawa oleh nabi, dan orang-orang yang ingkar kepadanya. Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an:
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ
Artinya, "Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang." (QS. Al-Baqarah [2]: 143).
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Dalam peristiwa perubahan arah kiblat, umat Islam benar-benar diuji keimanannya oleh Allah. Tidak sedikit dari mereka yang ingkar dan keluar dari ajaran Islam. Dan tidak sedikit pula yang keimanannya justru semakin kuat dan mantap pada ajaran yang dibawa oleh nabi. Oleh karenanya, saat ini menjadi momen yang sangat tepat untuk kembali menguatkan keyakinan dan keimanan hanya kepada Allah semata.
Selain itu, bulan ini juga dikenal dengan bulan shalawat kepada Nabi Muhammad. Umat Islam sangat dianjurkan untuk terus memperbanyak membaca shalawat kepadanya. Hal ini karena seiring dengan turunnya firman Allah swt, berupa perintah membaca shalawat:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS Al-Ahzab [33]: 56).
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Demikian khutbah Jumat perihal rahasia dan keutamaan bulan Sya'ban. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bisa mengambil keuntungan dan memaksimalkan bulan Sya'ban, dan tidak termasuk golongan orang-orang yang menyia-nyiakan bulan mulia ini. Sekali lagi khatib mengingatkan untuk terus meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah, sebab hanya dengan ketakwaan seseorang bisa selamat di dunia dan akhirat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #5 Berjudul 'Bulan Sya'ban, Momen Bersimpuh Mohon Ampunan Allah'
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.
Pada kesempatan ini khatib mengajak jamaah dan diri khatib sendiri untuk bersyukur kepada Allah swt atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. kedua, khatib juga mengajak jamaah sekalian untuk menyampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw atas segala kasih sayang dan pengorbanan dakwahnya.
Pada bulan Sya'ban ini khatib mengajak jamaah dan diri khatib sendiri untuk kembali dan bertobat kepada Allah. Pada bulan yang baik untuk menyambut bulan suci Ramadhan ini, mari sama-sama kita merendahkan diri dan memohon ampunan Allah atas segala dosa dan kekeliruan kita.
Pada Surat Al-Baqarah ayat 222, Allah menyampaikan bahwa Dia menyukai orang-orang yang bertobat dan membersihkan diri:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya, "Sungguh, Allah menyukai orang yang bertobat dan menyukai orang yang menyucikan diri," (Surat Al-Baqarah ayat 222). Pada banyak riwayat, kita dapat menemukan anjuran dan isyarat agar kita manusia bertobat kepada Allah. Kita menemukan bagaimana Allah membuka pintu tobat-Nya 1 x 24 jam. Kita mendapati kemurahan dan kasih sayang Allah dengan keterbukaan pintu tobat-Nya:
عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
Artinya, "Dari sahabat Abu Musa as dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, 'Sungguh, Allah swt membuka tangan-Nya pada malam hari agar pendosa di siang hari dapat bertobat dan menggelar tangan-Nya pada siang hari agar pendosa di malam hari dapat bertobat sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya,'" (HR Muslim).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Allah memberikan kemurahan-Nya kepada kita dalam hal pertobatan. Allah menunggu kita untuk menghadap dan bersimpuh di hadapan-Nya dengan mengingat segala dosa yang pernah kita lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja. Allah tidak perduli seberapa banyak dan besar dosa kita kepada-Nya.
Nabi Muhammad saw menggambarkan kemurahan Allah saw dalam menerima tobat manusia. Dalam riwayat haditsnya, Nabi Muhammad saw menyebut penerimaan Allah atas tobat manusia sebesar apapun dosa manusia.
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ وصحيح سنن ابن ماجة
Artinya, "Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, 'Andai kalian keliru hingga mencapai langit, lalu kalian bertobat, niscaya ia akan menerima tobat kalian,'" (HR Ibnu Majah).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Sebagaimana keterangan Surat Al-Baqarah ayat 222, Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan memohon ampunan kepada-Nya. Allah menyukai orang-orang yang beristighfar dan bersimpuh memohon ampunan-Nya.
Pada hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw menjelaskan kesenangan Allah pada istighfar dan permohonan ampun hamba-Nya. Bahkan Allah akan membinasakan manusia satu generasi yang tidak memohon ampun karena tidak memiliki dosa dan menggantinya dengan generasi baru yang akan memohon ampunan-Nya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ
Artinya, "Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, 'Demi Allah yang diriku berada di tangan-Nya, andai kalian tidak berdosa, niscaya Allah akan membinasakan kalian dan mengganti kalian dengan kaum baru yang berdosa, lalu meminta ampun, dan akhirnya Allah mengampuni mereka,'" (HR Muslim).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Sebagai penutup khutbah Jumat yang singkat ini, khatib mengutip hadits riwayat Imam At-Thabarani berikut ini terkait memperbaiki diri dengan niat dan tekad untuk tidak mengulang perbuatan dosa yang pernah dilakukan di masa lalu.
عن أبي ذر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ أَحْسَنَ فِيْمَا بَقِيَ غُفِرَ لَهُ مَا مَضَى وَمَنْ أَسَاءَ فِيْمَا بَقِيَ أُخِذَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ الطبراني
Artinya, "Dari sahabat Abu Dzar ra, ia berkata, Rasulullah saw, 'Siapa saja yang berbuat baik pada sisa usianya, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. Tetapi siapa yang berdosa pada sisa umurnya, niscaya disiksa perbuatan dosanya yang telah lalu dan dosa pada sisa usianya,'" (HR At-Thabarani).
Demikian khutbah Jumat singkat ini, semoga Allah memberikan kesempatan dan meringankan jalan bagi kita untuk duduk bersimpuh merendahkan diri di hadapan-Nya serta mengakui segala dosa dan memohon ampunan-Nya. Dan kita yakin Allah membuka lebar pintu tobat-Nya.
Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban #6 Berjudul 'Nisfu Sya'ban, Momentum Hentikan Permusuhan'
Khutbah I
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Alhamdulilah, pada hari ini kita masih berada di bulan yang penuh ampunan, yaitu bulan Sya'ban. Sya'ban berasal dari kata syi'ab yang artinya adalah jalan di pegunungan. Maknanya adalah bulan Sya'ban merupakan bulan yang tepat untuk memperbanyak kebaikan dan ibadah kepada Allah swt. Mendaki jalan kebaikan ini sebagai persiapan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Sebagai Muslim yang baik tentu kita harus mempersiapkan dengan baik dengan ibadah yang baik agar ibadah kita diridhai oleh Allah swt. Di bulan Sya'ban terdapat malam yang penuh ampunan Allah swt, yaitu malam Nisfu Sya'ban. Pada malam ini, banyak umat Islam yang melakukan ibadah dan amalan seperti shalat, dzikir, membaca Al-Qur'an dan ibadah lainnya untuk memohon ampunan dari Allah swt. Khatib ingin menjelaskan tentang dalil yang menjadi landasan malam Nisfu Sya'ban, cara meraih ampunan pada malam Nisfu Sya'ban, dan mengapa perlu memakmurkan malam Nisfu Sya'ban.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Dalil hadits shahih yang menjadi landasan amaliah pada malam Nisfu Sya'ban adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya yang berbunyi:
يَطَّلِعُ اللهُ تَبارك وتَعالى إلى خَلْقِه لَيْلةَ النِّصْفِ مِن شَعْبانَ، فيَغفِرُ لجَميعِ خَلْقِه إلَّا لمُشرِكٍ أو مُشاحِنٍ
Artinya: "Sesungguhnya Allah memperhatikan hambanya pada malam Nisfu Sya'ban, kemudian Allah akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang menebar kebencian" (HR. Ibnu Hibban).
Malam Nisfu Sya'ban sudah diamalkan oleh para ulama salafushalih, seperti Imam Syafi'i, sebagaimana dikutip Imam Adz-Dzahabi dalam Kitab Al-Muhadzab fi Ikhtishari as-Sunan al-Kabir. Imam Syafi'i menjelaskan: "Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan pada lima malam, yaitu malam Jumat, malam Idul Adha, malam Idul Fitri, awal malam Rajab, dan malam Nisfu Sya'ban. Dari sini jelas, bahwa malam Nisfu Sya'ban merupakan malam yang penuh dengan ampunan Allah swt dan malam dikabulkannya doa-doa seorang hamba. Maka sungguh rugi jika kita tidak mengisi malam ini dengan ibadah, doa dan amalan kebaikan yang mendekatkan diri kita kepada Allah swt."
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Ada beberapa pelajaran penting yang perlu kita perhatikan pada malam Nisfu Sya'ban. Pertama adalah merekatkan persaudaraan dan menjauhi permusuhan. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam kitab Sahih Bukhari:
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ
Artinya: "Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] dia berkata; telah menceritakan kepadaku [Anas bin Malik] radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga hari."
Permusuhan tidak hanya menghambat ampunan Allah swt, namun juga terhalang dari surga Allah swt. Sebagaimana hadits:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ رَحْمٍ. رواه البخاري
Artinya: "Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali persaudaraan" (HR. Bukhari).
Momen Nisfu Sya'ban merupakan kesempatan yang baik untuk mempererat tali persaudaraan dan menjauhi permusuhan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan saling memberikan hadiah atau sedekah kepada sanak saudara, tetangga, teman, dan sesamanya. Hal ini penting karena menghilangkan permusuhan dapat menghantarkan kita kepada ampunan Allah swt.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Pelajaran kedua dari malam Nisfu Sya'ban adalah memperkuat iman kita kepada Allah swt dan menjauhi terhadap kemusyrikan. Keimanan kita kepada Allah swt merupakan syarat utama masuk surga Allah swt. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam Sahih Ibnu Hibban, Nabi bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: "مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَاّ اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ"، فَقُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: "وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ
Artinya: "Nabi bersabda: Barangsiapa mengucapkan kalimat: Laa Ilaha Illa Allah, akan masuk surga. Saya bertanya: walaupun ia berzina dan mencuri? Nabi menjawab: Walaupun berzina dan mencuri "(HR. Ibnu Hibban)
Tidak hanya itu, orang kafir yang dosanya banyak, walaupun kekafiranya telah berlangsung selama bertahun-tahun, ketika ia mau bertaubat kepada Allah dan masuk Islam, maka diampuni segala dosa masa lalunya oleh Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Qur'an surat Al-Anfal ayat 38:
قُلْ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ يَّنْتَهُوْا يُغْفَرْ لَهُمْ مَّا قَدْ سَلَفَۚ وَاِنْ يَّعُوْدُوْا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّتُ الْاَوَّلِيْنَ
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang kufur itu, "Jika mereka berhenti (dari kekufurannya dan masuk Islam), niscaya akan diampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu. Jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi), sungguh berlaku (kepada mereka) sunah (aturan Allah untuk menjatuhkan sanksi atas) orang-orang terdahulu."
Orang yang beriman, tidak musyrik, dan tidak memiliki permusuhan, memiliki harapan besar mendapatkan ampunan Allah swt.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Pelajaran ketiga adalah ampunan Allah sangat luas bagi siapapun yang mau bertaubat kepada Allah swt. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam kitab sahihnya:
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ . صحيح سنن ابن ماجة
Artinya: "Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, 'Andai kalian keliru hingga mencapai langit, lalu kalian bertobat, niscaya ia akan menerima tobat kalian,'" (HR Ibnu Majah).
Rahmat dan ampunan Allah swt sangat luas, Allah maha mengampuni terhadap hambanya. Malam Nisfu Sya'ban merupakan malam yang penuh ampunan dari Allah swt, kecuali dua orang, yaitu orang yang musyrik dan orang yang menebar permusuhan.
Maka mari kita manfaatkan momentum malam Nisfu Sya'ban untuk memohon ampunan dari Allah swt, menguatkan keimanan, merekatkan tali persaudaraan, dan menghentikan permusuhan. Semoga kita semua mendapatkan ampunan dan ridha dari Allah swt. Aamiin yaa Rabbal 'alamiin.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Itulah sedikit contoh teks khutbah Jumat bulan Syaban yang dapat disampaikan saat 7 Februari 2025 dan dapat dijadikan sebagai referensi. Semoga informasi ini bermanfaat!
(sto/apu)