Warga Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono Pekalongan, berbondong-bondong mengungsi usai desanya dilanda banjir bandang dan longsor yang menewaskan 19 orang. Mereka khawatir bencana akan terulang.
Muh Suwandi (70), warga Kasimpar, mengakui peristiwa bencana pada Senin lalu, sebagai bencana yang pertama dan terbesar. Longsor tersebut menimpa rumah sekretaris desa setempat, Sularso yang masih merupakan kerabatnya.
"Saya cari-cari, ternyata rumahnya sudah tidak ada, lepas semua, hilang," kata Suwandi, Rabu (22/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jasad Sularso menurutnya sudah ditemukan dan telah dimakamkan. Namun anak dari Sularso yang bernama Aurel hingga kini belum ditemukan.
"Saya mau mengungsi di Kajen, trauma melihat situasi ini. Anak saya masih ada di bawah, nanti menyusul. Kita takut longsor susulan," jelasnya.
Rujiah (60), warga Kasimpar, melakukan hal yang sama. Dia juga akan mengungsi ke rumah saudaranya di Kajen.
"Saya takut sendirian di rumah. Anak saya terluka saat di kafe, saat ini dirawat di RSUD Kajen. Jadi saya di rumah sendirian," ungkapnya.
Ia berencana mengungsi di rumah anaknya di Kajen.
"Saya mau mengungsi ke rumah anak saya yang di Kajen, biar tenteram, takut disini," katanya.
Adapun banjir bandang dan tanah longsor tersebut terjadi pada Senin (20/1) petang. Dalam peristiwa tersebut 19 orang ditemukan tewas. Selain itu masih ada 9 warga yang hilang dan masih dalam pencarian.
(ahr/rih)