Sejumlah tokoh di Kota Solo melayat tokoh Mega Bintang Mudrick Sangidu, di rumah duka di Kampung Kartopuran, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Kota Solo. Almarhum disebut adalah tokoh perjuangan yang tergantikan di Kota Bengawan.
Dari pantauan detikJateng, tokoh yang melayat ada Wali Kota Solo Teguh Prakosa, Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo atau FX Rudy, anggota DPR RI Abdul Kharis Almasyhari, dan sejumlah tokoh lainnya.
Karangan bunga berjejer di sekitar rumah duka. Ada yang dari Presiden Prabowo Subianto, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, hingga Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keponakan almarhum, Abi Ibrahim mengatakan, Mudrick sempat mengalami sakit seperti patah tulang, sakit pada saluran pencernaannya, hingga terakhir sakit jantung.
"Dulu pernah patah tulang tapi sudah bagus, lalu pernah sakit ususnya tapi sudah bagus, terakhir sakit jantung. Setelah jantungnya di-ring, kondisinya sudah semakin drop tapi bertahan terus. Terakhir saya lihat Pak Mudrik masuk ke rumah sakit, diopname sekitar 30 hari," kata Abi saat ditemui awak media di rumah duka, Senin (20/1/2025).
Sementara itu, Wali Kota Solo Teguh Prakosa mengatakan, Mudrik merupakan tokoh perjuangan yang belum tergantikan di Kota Solo. Almarhum merupakan sosok yang sering memberikan masukan dan kritik kepada pemerintah.
"Tidak hanya tokoh Solo saja, tapi beliau tokoh nasional. Semua memberikan penghargaan kepada beliau. Sepak terjangnya, dan menyampaikan kritik itu dari presiden sampai ujung paling bawah, sampai lurah, RT, RW pun kalau tidak benar ya masuk dalam kritikan beliau," kata Teguh.
Dia menilai, kritik yang dilontarkan almarhum masih dalam koridor. Jika ada kebijakan yang tidak pro rakyat, maka siap-siap akan mendapatkan kritikan dari almarhum.
Teguh juga mengenang sosok almarhum yang sebagai tokoh dari Mega Bintang. Dia mengatakan itu sejarah tahun 1997 saat PDIP tidak menggunakan hak pilihnya.
"Sejarah di Kota Solo ini, biasanya PPP mendapatkan 3 kursi, tapi tahun 97 itu mendapatkan 13 kursi. Kita (PDIP) hanya mendapatkan 1 kursi. Ini sejarah panjang beliau mulai terjun politik secara langsung, meski beliau tokoh politik sebagai Ketua PPP pada zamannya," jelasnya.
"Sepak terjang beliau tidak hanya lintas politik, tapi juga lintas agama budaya dan sebagainya, yang sekiranya menyinggung keadilan, kesejahteraan, toleransi itu kena semprotnya beliau, dan jadi konsistensi beliau sampai hari ini. Secara duniawinya dia tidak mengharapkan apapun, karena sudah selesai pada dirinya. Cari tokoh seperti itu tidak mudah," sambungnya.
Teguh menilai, Mudrik juga salah satu tokoh reformasi. Namun ia tetap mengharapkan apa-apa.
"Itu justru tokoh reformasi di balik layar, bergerak di awal, yang menerima untungnya yang di pusat sana. Yang di sini tidak dapat apa-apa. Pak Mudrik masih biasa saja, jadi orang yang bersahaja, menerima siapapun yang datang," ujar dia.
Diberitakan sebelumnya, salah satu ketua Mega Bintang, Ros Utaryono, mengatakan Mega Bintang muncul dari perlawanan terhadap otoriter ketika PDIP yang dipimpin Megawati Soekarnoputri terzalimi.
"Mega Bintang itu muncul dari perlawanan kita terhadap otoriter. Pemicunya ketika PDIP Megawati saat itu terzalimi secara politis, Pak Mudrick kemudian melakukan suatu gerakan pembelaan, bukan terhadap institusi, tapi terhadap hak-hak warga negara yang bergabung dengan partai politik," kata Ros saat ditemui detikJateng di rumah duka di Kartopuran, Jayengan, Solo, Minggu (19/1).
Ros mengatakan, gerakan tersebut direspons masyarakat secara luas dan berdampak pada tingginya perolehan kursi PPP pada tahun 1999.
"Beliau melakukan pergerakan pada Orde Baru yang saat itu 'membunuh PDIP', dan ternyata gerakan itu direspons masyarakat secara luas dan berdampak luar biasa terhadap Pemilu 1999. Itu PPP meningkat sangat signifikan, dari 3 kursi menjadi 7 kursi, dari 4 kursi jadi 11 kursi," ujar Ros.
Ros menjelaskan nama Mega Bintang diambil dari nama Megawati Soekarnoputri. Sedangkan kata Bintang diambil dari logo PPP yang saat itu masih menggunakan lambang bintang.
(apu/afn)