Wasiat Mudrick Sangidu: Lawan Kezaliman-Minta Maaf Bila Salah

Wasiat Mudrick Sangidu: Lawan Kezaliman-Minta Maaf Bila Salah

Tara Wahyu NV - detikJateng
Minggu, 19 Jan 2025 22:19 WIB
Rumah duka politikus senior PPP, almarhum Mudrick Sangidu, di Kartopuran, Jayengan, Kota Solo, Minggu (19/1/2025) malam.
Rumah duka politikus senior PPP, almarhum Mudrick Sangidu, di Kartopuran, Jayengan, Kota Solo, Minggu (19/1/2025) malam. Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng
Solo -

Jenazah politikus senior PPP Solo yang juga pendiri Mega Bintang, Mudrick Sangidu (81) disemayamkan di rumah duka di Kartopuran, Jayengan, Solo. Mudrick wafat siang tadi di Rumah Sakit Indriati, Sukoharjo. Berikut wasiat Mudrick kepada putranya.

Pantauan detikJateng, Minggu (19/1) malam, sejumlah pelayat berdatangan ke rumah duka. Anak-anak Mudrick juga berada di rumah duka.

Putra pertama Mudrick, Damar Setiabudi, mengatakan ayahnya meninggal dunia setelah tiga kali masuk rumah sakit. Dia bilang ayahnya sempat sakit jantung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah sehat, tapi harus masuk ke rumah sakit lagi. Masuk terakhir 21 Desember, sudah tiga kali masuk rumah sakit. Sakit jantung awal, tapi terakhir jantung sudah baik, tapi terakhir paru-parunya. Jadi nggak komplikasi, jantung bagus, terus paru-paru (yang sakit)," kata Damar saat ditemui detikJateng di rumah duka, Minggu (19/1/2025) malam.

Damar mengatakan, ayahnya sempat masuk ruang ICU tiga kali. Dan terakhir, saat menghembuskan napas terakhir, Mudrick berada di ruang bangsal.

ADVERTISEMENT

"Iya tiga kali, terakhir tiga kali masuk ICU, terus ke bangsal, kembali ke ICU lagi tiga kali. Tadi terakhir di kamar biasa," ujar dia.

Damar menyebut ayahnya merupakan sosok yang tegas dan disiplin. Sebagai anak laki-laki satu-satunya, Damar selalu dipesan untuk melawan kezaliman.

"Kalau bapak itu wejangannya sama saya sebagai anak laki-laki satu-satunya itu ya selalu ke keluarga mengatakan bahwa kita harus melawan kezaliman di mana kita berada dan kita sebaliknya harus meminta maaf bila melakukan suatu kesalahan," ucap dia.

Sifat disiplin Mudrick sudah diterapkan kepada Damar sejak dia masih SMP. Pada masa pemerintahan Orde Baru, kata Damar, ayahnya selalu berpesan bahwa dirinya bukan milik keluarga.

"Memang wataknya keras, disiplin. Waktu (saya) SMA bapak bilang ke saya, kan waktu rezim Soeharto (bapak) sering melakukan perlawanan. Bapak bilang ke saya, kalau sampai terjadi apa-apa dengan saya, misalnya ditembak, kamu harus bangga dengan Bapak karena Bapak pejuang," kenang Damar.

"Saya ini bukan milik keluarga, maksudnya milik masyarakat, melawan kezaliman di manapun berada. Jadi pesan ke anak, dari saya kecil, 'kamu salah dengan siapa saja harus minta maaf, tapi kalau kamu tidak salah kamu harus berani'," pungkas Damar.

Rencananya jenazah Mudrick Sangidu akan dimakamkan di TPU Pracimaloyo, Makamhaji, Sukoharjo, pada Senin (20/1) pukul 13.00 WIB. Mudrick meninggalkan satu orang istri, tiga anak, dan empat cucu.




(dil/dil)


Hide Ads