Tokoh Mega Bintang Mudrick Sangidu Dimakamkan Hari Ini

Round-Up

Tokoh Mega Bintang Mudrick Sangidu Dimakamkan Hari Ini

Tim detikJateng - detikJateng
Senin, 20 Jan 2025 07:00 WIB
Ketua LSM Mega Bintang, Mudrick Sangidu, Kamis (10/10/2019).
Ketua LSM Mega Bintang, Mudrick Sangidu, Kamis (10/10/2019). Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom
Solo -

Politikus senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang juga pendiri Mega Bintang, Mudrick Sangidu, meninggal dunia di Rumah Sakit Indriati Sukoharjo, kemarin. Mudrick meninggal pada usia 81 tahun. Rencananya jenazah akan dimakamkan hari ini.

Dimakamkan di Pracimaloyo

Sekretaris Majelis Pakar DPC PPP solo, Johan Syafaat, mengatakan Mudrick meninggal sekitar pukul 14.00 WIB, Minggu (19/1).

"Iya baru saja (wafatnya), saya ditelepon teman. Meninggal tadi sekira jam 14.00 WIB di Rumah Sakit Indriati, Sukoharjo," kata Johan Syafaat, saat dihubungi wartawan, Minggu (19/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Johan mengatakan, penyakit yang diderita Mudrick karena faktor usia. Dia sempat menjenguk Mudrick di ICU RS Indriati pada pekan lalu. Saat itu kondisi Mudrick disebut tidak stabil.

"Terakhir ketemu di rumah sakit kemarin seminggu yang lalu, saya jenguk beliau di ICU, di ruang ICU, masih komunikasi dengan saya dengan baik. 'Dongakke ya le' (doakan ya nak), tapi nafas sudah berat," ucap Johan.

ADVERTISEMENT

Informasi yang dihimpun detikJateng di rumah duka, jenazah Mudrick Sangidu rencananya akan dimakamkan di TPU Pracimaloyo, Makamhaji, Sukoharjo, pada Senin (20/1) pukul 13.00 WIB. Mudrick meninggalkan satu orang istri, tiga anak, dan empat cucu.

Rumah duka politikus senior PPP, almarhum Mudrick Sangidu, di Kartopuran, Jayengan, Kota Solo, Minggu (19/1/2025) malam.Rumah duka politikus senior PPP, almarhum Mudrick Sangidu, di Kartopuran, Jayengan, Kota Solo, Minggu (19/1/2025) malam. Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng

Mudrick dan Mega Bintang

Semasa hidupnya, Mudrick dikenal sebagai pendiri Mega Bintang di masa pemerintahan Orde Baru (Orba). Salah satu ketua Mega Bintang, Ros Utaryono, mengatakan Mega Bintang muncul dari perlawanan terhadap otoriter ketika PDIP yang dipimpin Megawati Soekarnoputri terzalimi.

"Mega Bintang itu muncul dari perlawanan kita terhadap otoriter. Pemicunya ketika PDIP Megawati saat itu terzalimi secara politis, Pak Mudrick kemudian melakukan suatu gerakan pembelaan, bukan terhadap institusi, tapi terhadap hak-hak warga negara yang bergabung dengan partai politik," kata Ros saat ditemui detikJateng di rumah duka di Kartopuran, Jayengan, Solo, Minggu (19/1/2025).

Ros mengatakan, gerakan tersebut direspons masyarakat secara luas dan berdampak pada tingginya perolehan kursi PPP pada tahun 1999.

"Beliau melakukan pergerakan pada Orde Baru yang saat itu 'membunuh PDIP', dan ternyata gerakan itu direspons masyarakat secara luas dan berdampak luar biasa terhadap Pemilu 1999. Itu PPP meningkat sangat signifikan, dari 3 kursi menjadi 7 kursi, dari 4 kursi jadi 11 kursi," ujar Ros.

Ros menjelaskan nama Mega Bintang diambil dari nama Megawati Soekarnoputri, sedangkan kata Bintang diambil dari logo PPP yang saat itu masih menggunakan lambang bintang.

Melawan Kuningisasi

Ros juga menjelaskan bahwa Mudrick, nama panjangnya Mudrick Setiawan Malikan Sangidoe, juga menolak keras adanya 'kuningisasi' di era Orde Baru. Kuning pada saat itu merujuk pada partai Golkar.

"Ya, Pak Mudrick pionir menolak kuningisasi, dilakukan oleh Pak Mudrick secara luar biasa dan itu menimbulkan keberanian masyarakat kebanyakan," kata Ros.

Ros menceritakan perlawanan yang dilakukan Mudrick salah satunya ialah mengganti cat di beberapa fasilitas umum yang semula berwarna kuning menjadi putih.

"Dulu fasilitas umum terutamanya yang dicat kuning oleh rezim saat itu. Ya dulu Suwardi, Gubernur Jateng. Kemudian dilawan, begitu dicat kuning, keesokan harinya dicat putih oleh Pak Mudrick. Misal marka jalan, pagar-pagar umum, trotoar. Kemudian di tempat kami ada bahkan pagar-pagar masjid dicat kuning, terus kita pulihkan menjadi cat putih," ungkap Ros.

Teror Kepala Anjing-Dipenjara

Karena perlawanan itu, kata Ros, Mudrick sempat mendapat teror.

"Ya biasalah konsekuensi dari satu perlawanan, perjuangan politik, ya tekanan teror. Dulu Pak Mudrick pernah dikirimi kepala anjing di rumahnya, ditaruh di depan, diteror, kemudian dilempar dan sebagainya," kenang Ros.

Menurut Ros, Mudrick juga pernah dipenjara di Solo dan Jakarta.

"Ditahan di Orde Baru hampir setahun. Pak Mudrick ditahan berpindah, di Solo, di Jakarta. Saya kurang tahu tahun berapanya," kata Ros.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Wasiat Lawan Kezaliman

Putra pertama Mudrick, Damar Setiabudi, mengatakan ayahnya meninggal dunia setelah tiga kali masuk rumah sakit. Dia bilang ayahnya sempat sakit jantung.

"Sudah sehat, tapi harus masuk ke rumah sakit lagi. Masuk terakhir 21 Desember, sudah tiga kali masuk rumah sakit. Sakit jantung awal, tapi terakhir jantung sudah baik, tapi terakhir paru-parunya. Jadi nggak komplikasi, jantung bagus, terus paru-paru (yang sakit)," kata Damar saat ditemui detikJateng di rumah duka, Minggu (19/1/2025) malam.

Damar mengatakan, ayahnya sempat masuk ruang ICU tiga kali. Dan terakhir, saat menghembuskan napas terakhir, Mudrick berada di ruang bangsal.

"Iya tiga kali, terakhir tiga kali masuk ICU, terus ke bangsal, kembali ke ICU lagi tiga kali. Tadi terakhir di kamar biasa," ujar dia.
Damar menyebut ayahnya merupakan sosok yang tegas dan disiplin. Sebagai anak laki-laki satu-satunya, Damar selalu dipesan untuk melawan kezaliman.

"Kalau bapak itu wejangannya sama saya sebagai anak laki-laki satu-satunya itu ya selalu ke keluarga mengatakan bahwa kita harus melawan kezaliman di mana kita berada dan kita sebaliknya harus meminta maaf bila melakukan suatu kesalahan," ucap dia.

Sifat disiplin Mudrick sudah diterapkan kepada Damar sejak dia masih SMP. Pada masa pemerintahan Orde Baru, kata Damar, ayahnya selalu berpesan bahwa dirinya bukan milik keluarga.

"Memang wataknya keras, disiplin. Waktu (saya) SMA bapak bilang ke saya, kan waktu rezim Soeharto (bapak) sering melakukan perlawanan. Bapak bilang ke saya, kalau sampai terjadi apa-apa dengan saya, misalnya ditembak, kamu harus bangga dengan Bapak karena Bapak pejuang," kenang Damar.

"Saya ini bukan milik keluarga, maksudnya milik masyarakat, melawan kezaliman di manapun berada. Jadi pesan ke anak, dari saya kecil, 'kamu salah dengan siapa saja harus minta maaf, tapi kalau kamu tidak salah kamu harus berani'," pungkas Damar.

Halaman 2 dari 2
(dil/dil)


Hide Ads