Kisah Almarhum Mudrick Pendiri Mega Bintang-Lawan Kuningisasi Orba

Kisah Almarhum Mudrick Pendiri Mega Bintang-Lawan Kuningisasi Orba

Tara Wahyu NV - detikJateng
Minggu, 19 Jan 2025 21:59 WIB
Rumah duka politikus senior PPP, almarhum Mudrick Sangidu, di Kartopuran, Jayengan, Kota Solo, Minggu (19/1/2025) malam.
Rumah duka politikus senior PPP, almarhum Mudrick Sangidu, di Kartopuran, Jayengan, Kota Solo, Minggu (19/1/2025) malam. Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng
Solo -

Politikus senior Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Mudrick Sangidu, tutup usia di RS Indriati Sukoharjo siang tadi. Mudrick meninggal pada usia 81 tahun. Semasa hidupnya, Mudrick dikenal sebagai pendiri Mega Bintang di masa pemerintahan Orde Baru (Orba). Ini kisahnya.

Mudrick dan Mega Bintang

Salah satu ketua Mega Bintang, Ros Utaryono, mengatakan Mega Bintang muncul dari perlawanan terhadap otoriter ketika PDIP yang dipimpin Megawati Soekarnoputri terzalimi.

"Mega Bintang itu muncul dari perlawanan kita terhadap otoriter. Pemicunya ketika PDIP Megawati saat itu terzalimi secara politis, Pak Mudrick kemudian melakukan suatu gerakan pembelaan, bukan terhadap institusi, tapi terhadap hak-hak warga negara yang bergabung dengan partai politik," kata Ros saat ditemui detikJateng di rumah duka di Kartopuran, Jayengan, Solo, Minggu (19/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ros mengatakan, gerakan tersebut direspons masyarakat secara luas dan berdampak pada tingginya perolehan kursi PPP pada tahun 1999.

"Beliau melakukan pergerakan pada Orde Baru yang saat itu 'membunuh PDIP', dan ternyata gerakan itu direspons masyarakat secara luas dan berdampak luar biasa terhadap Pemilu 1999. Itu PPP meningkat sangat signifikan, dari 3 kursi menjadi 7 kursi, dari 4 kursi jadi 11 kursi," ujar Ros.

ADVERTISEMENT

Ros menjelaskan nama Mega Bintang diambil dari nama Megawati Soekarnoputri, sedangkan kata Bintang diambil dari logo PPP yang saat itu masih menggunakan lambang bintang.

Ketua LSM Mega Bintang, Mudrick Sangidu, Kamis (10/10/2019).Ketua LSM Mega Bintang, Mudrick Sangidu, Kamis (10/10/2019). Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom

Menolak Kuningisasi

Ros juga menjelaskan bahwa Mudrick, nama panjangnya Mudrick Setiawan Malikan Sangidoe, juga menolak keras adanya 'kuningisasi' di era Orde Baru. Kuning pada saat itu merujuk pada partai Golkar.

"Ya, Pak Mudrick pionir menolak kuningisasi, dilakukan oleh Pak Mudrick secara luar biasa dan itu menimbulkan keberanian masyarakat kebanyakan," kata Ros.

Ros menceritakan perlawanan yang dilakukan Mudrick salah satunya ialah mengganti cat di beberapa fasilitas umum yang semula berwarna kuning menjadi putih.

"Dulu fasilitas umum terutamanya yang dicat kuning oleh rezim saat itu. Ya dulu Suwardi, Gubernur Jateng. Kemudian dilawan, begitu dicat kuning, keesokan harinya dicat putih oleh Pak Mudrick. Misal marka jalan, pagar-pagar umum, trotoar. Kemudian di tempat kami ada bahkan pagar-pagar masjid dicat kuning, terus kita pulihkan menjadi cat putih," ungkap Ros.

Teror Kepala Anjing-Dipenjara

Karena perlawanan itu, kata Ros, Mudrick sempat mendapat teror.

"Ya biasalah konsekuensi dari satu perlawanan, perjuangan politik, ya tekanan teror. Dulu Pak Mudrick pernah dikirimi kepala anjing di rumahnya, ditaruh di depan, diteror, kemudian dilempar dan sebagainya," kenang Ros.

Menurut Ros, Mudrick juga pernah dipenjara di Solo dan Jakarta.

"Ditahan di Orde Baru hampir setahun. Pak Mudrick ditahan berpindah, di Solo, di Jakarta. Saya kurang tahu tahun berapanya," pungkas Ros.

Informasi yang dihimpun detikJateng dari rumah duka, jenazah Mudrick Sangidu rencananya akan dimakamkan di TPU Pracimaloyo, Makamhaji, Sukoharjo pada Senin (20/1) pukul 13.00 WIB. Mudrick meninggalkan satu orang istri, tiga anak, dan empat cucu.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads