Cerita Ovilatul Terobos Banjir Bareng 2 Anak, Ibu dan Kakak untuk Ngungsi

Cerita Ovilatul Terobos Banjir Bareng 2 Anak, Ibu dan Kakak untuk Ngungsi

Robby Bernardi - detikJateng
Senin, 25 Nov 2024 20:52 WIB
Suasana pengungsi banjir di eks gedung Kelurahan Kramatsari, Kota Pekalongan, Senin (25/11/2024).
Suasana pengungsi banjir di eks gedung Kelurahan Kramatsari, Kota Pekalongan, Senin (25/11/2024). Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Pekalongan -

Banjir air pasang yang terjadi akibat tanggul jebol menerjang perkampungan warga Pasirsari, Kelurahan Pasir Kraton Kramat, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan. Sejumlah warga pun mengungsi.

Tidak ada hujan yang terjadi pada Minggu (24/11) malam. Namun, air datang tiba-tiba, begitu deras dan tinggi.

Air yang berasal dari limpasan pasang laut melalui Sungai Bremi membuat warga panik karena merendam perabotan dan peralatan elektronik di rumah mereka. Warga kemudian keluar mencari lokasi aman untuk mengungsi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga Pasirsari bernama Ovilatul (29) langsung menggendong anaknya yang masih balita, menggandeng anaknya yang lain, ibu dan kakaknya untuk pergi mengungsi. Suaminya sendiri memutuskan berada di rumah untuk menjaga rumah mereka dan mengamankan barang-barang yang bisa diselamatkan.

Kepada detikJateng saat ditemui di lokasi pengungsi, Ovilatul menceritakan bagaimana banjir sedianya sudah mulai menggenangi rumahnya pada Minggu pagi. Saat itu, dia mengungkapkan air yang datang belum begitu tinggi, di jalanan sekitar 20 sentimeter. Namun pada malam harinya mulai membahayakan.

ADVERTISEMENT

"Kalau banjir sih sudah sejak Minggu pagi, tapi belum besar. Ya karena tanggul jebol pada hari Sabtu apa ya," kata Ovi di lokasi pengungsian, eks gedung Kelurahan Kramatsari, Senin (25/11/2024).

"Saya mengungsi bersama dua anak, ibu dan kakak. Ya jalan kaki menerobos banjir malam-malam," lanjut Ovi.

Dia bercerita banjir yang semula menggenangi jalan kampungnya sekitar 20 cm, malam itu semakin tinggi. Di jalanan perkampungan menembus satu meter, sementara di dalam rumah sudah selutut.

"Rumah kemasukan air sejak Minggu malam. Ya kita mengungsi karena tidak ada tempat buat tidur. Di luar rumah sudah satu meter, di dalam setengah meter," ungkap Ovi.

Ovilatul mengatakan air yang masuk ke dalam membasahi semuanya, termasuk kasur, mesin jahit, kulkas, bahkan sepeda motornya.

"Kasur, kulkas motor terendam air. Ke sini jalan kaki, bareng-bareng, sama anak dua, ibu dan kakak. Jalan kaki terobos banjir," katanya.

Beruntung, malam itu, tim SAR gabungan dari BPBD Kota Pekalongan, Polair Polda Jawa Tengah, tengah menyisir melakukan evakuasi para warga dengan perahu karet.

"Ketemu tim SAR, naik perahu karet, diantar sampai jembatan (batas aman). Terus ke sini, sudah ada mobil (mobil BPBD) yang menjemput warga," kata Ovi.

Suaminya sendiri lebih memilih di rumah. Selain untuk mengamankan barang-barang yang masih bisa diamankan juga untuk jaga-jaga rumah.

"Suami jaga rumah, mengamankan barang-barang dan jaga. Ini banjir terbesar, lha wong nggak hujan kok banjir," ungkapnya.

Ovi tidak sendirian di posko pengungsian. Menurut Kepala BPBD Kota Pekalongan, Apriliyanto Dwi Purnomo, saat ditemui di kantornya, Senin (25/11) sore, dari catatan BPBD Kota Pekalongan, total warga yang mengungsi sekitar 671 jiwa.

Jumlah tersebut tersebar di tiga titik lokasi pengungsian, yakni di gedung eks Kelurahan Kramatsari ada 315 jiwa, di gedung eks Kelurahan Krayon Kidul ada 106 jiwa, dan di TPQ Darul Naim dan Baitul Khikmah ada 250 jiwa.

"Ada sekitar 617 jiwa warga mengungsi di tiga titik lokasi pengungsian. Data itu data sementara dan malam ini kita masih terus melakukan pendataan," katanya.

Untuk kebutuhan logistik sendiri, dijelaskan Apriliyanto, sudah terpenuhi. Termasuk penyediaan alas tidur, selimut, dan untuk makan minum para pengungsi.




(apu/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads