Nuzmatun Malinah, Ibunda dr Aulia Risma Lestari, menuntut keadilan dan hukuman bagi pelaku perundungan terhadap anaknya. Nusmatun begitu terpukul, karena kejadian itu merenggut dua orang tercintanya yakni putri dan suaminya.
Kesedihan jelas terpancar dari wajah Nuzmiatun saat memberikan keterangan kepada wartawan. Ia tidak mampu menahan air matanya ketika mengungkap betapa terpukulnya dirinya dan keluarga atas kejadian tersebut.
Dengan suara bergetar, Nuzmiatun menuntut keadilan terhadap kasus putrinya yang meninggal 12 Agustus 2024 lalu itu. Atas kejadian itu, suaminya Moh Fakhruri pun berpulang tidak lama usai pemakaman putrinya. Ayah dr Aulia kondisi kesehatannya menurun dan meninggal di RSCM pada 27 Agustus 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya harap pelaku dapat hukuman yang setimpal. Bantulah saya. Anak saya harusnya ke sekolah cari ilmu, tapi apa yang didapatkan? Seharusnya anak saya itu ada. Tidak hanya anak saya, suami saya juga," ungkap Nuzmatun saat memberikan keterangan di hotel PO Semarang, Rabu (18/9/2024).
"Tolong bantu saya. Tolong bantu saya cari keadilan. Tidak hanya satu nyawa, tapi suami saya yang mendampingi saya. Tolong bantu saya cari keadilan, ya Allah," lanjutnya.
Nuzmatun menceritakan putrinya itu sangat dekat dengan ayahnya. Setiap hari selalu diupayakan ada komunikasi walau sebentar. Bahkan, ayahnya selalu menunggu kabar dari sang putri yang juga kerap menceritakan keluhannya mengikuti PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) Anestesi Undip (Universitas Diponegoro) di RSUP dr. Kariadi Semarang.
"(Ayahnya) Nanya pulang jam berapa, berangkat jam berapa. Dalam satu hari itu apa saja yang dilaksanakan, mengerjakan tugas apa, setiap hari sama papanya," beber Nuzmatun.
"Ketika pulang itu ditunggu sama papanya, selalu nunggu (untuk ditelepon). Mau berangkat itu juga papanya nungguin, selalu telponan, 'Pah aku berangkat, Pah aku pulang', 'Pah aku capek aku tidur dulu', 'udah udah tidur dulu nanti aku bangunkan', 'mau jam berapa aku bangunkan'. Kalau minta dibangunkan jam 03.00, jam 02.30 papanya sudah bangun," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, pengacara keluarga korban, Misyal Ahmad, mengatakan ayah dr Aulia Risma meninggal karena drop dan mengalami pecah pembuluh darah pascamendapat kabar anaknya diduga bunuh diri.
"Ayahnya terpukul itu setelah mendengar berita bahwa dia meninggal secara bunuh diri. Bapaknya mengalami bleeding, pecah pembuluh darah," kata Misyal.
Saat ini Polda Jawa Tengah sedang menangani kasus tersebut dan keluarga korban juga sudah melaporkan secara resmi. Misyal yakin tidak sampai 20 hari akan ada penetapan tersangka.
"Insyallah tidak sampai 20 hari akan ada tersangka, terkait pemerasannya," tegas Misyal.
Dia juga menyebut akan ada tiga orang yang melapor ke Polda, yaitu teman seangkatan Aulia. Namun mereka sedang meminta jaminan kepada Kemenkes hingga Kemendikbud terkait proses PPDS yang masih dijalani, dan jaminan profesinya.
"Untuk perundungan ini harus masih hidup orang-orangnya, jadi kita harap tiga orang ini mau melaporkan. Mereka teman seangkatan, dua sudah mengundurkan diri (dari PPDS). Ini sudah kriminal luar biasa," ujar Misyal.
Untuk diketahui, dugaan praktik bullying di PPDS ini menyeruak setelah meninggalnya dr Aulia Risma Lestari, mahasiswi PPDS Undip. Dugaan perundungan ini sudah dilaporkan pihak keluarga dr Aulia ke Polda Jateng.
(apl/ams)