Pihak keluarga dr. Aulia Risma Lestari berharap sistem dunia pendidikan kedokteran di Indonesia berbenah setelah kasus yang dialami dr Aulia terbongkar. Mereka juga berharap 12 Agustus bisa ditetapkan sebagai peringatan hari 'stop bully' nasional.
Diketahui, 12 Agustus 2024 merupakan hari di mana dr Aulia ditemukan meninggal di dalam kamar kosnya di Semarang. Semasa hidup, dr Aulia sempat mengalami perundungan dan pemerasan selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) di RSUP dr. Kariadi Semarang.
"Saya minta kepada menteri ketika tersangka sudah ditentukan, saya minta memberi penghargaan untuk almarhumah di dunia kesehatan dan tanggal 12 Agustus jadi hari stop bully, nasional ini," kata pengacara pihak keluarga dr Aulia, Misyal Ahmad, di PO Hotel Semarang, Rabu (18/9/2024) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Misyal mengatakan bahwa hal yang dialami dr Aulia termasuk dalam tindakan kriminal yang dilakukan oleh kamu intelektual dan belum ada yang berani mengungkap. Bahkan, dia menyebut anak seorang Kepala Kejaksaan pun tidak akan berani mengambil pendidikan spesialis PPDS lantaran tahu ada tindakan tersebut.
"Ini sudah kriminal luar biasa. Ini harus benar-benar dibersihkan, ini kejahatan yang dilakukan oleh kaum intelektual yang kelihatan elegan, pintar, baik, tapi sadis. Kalau kita ngadepin preman jelas di pinggir jalan, bawanya apa, harus apa. Tapi ini nggak jelas, bisa dibayangkan dokter kaya begini yang merawat kita ke depan, hancur kita," tegasnya.
"Ada kepala kejaksaan itu anaknya dokter, nggak berani ambil spesialis, ketakutan. Bisa kalian pikir, apa ini? Kok frontal seperti ini," tambah Misyal.
Sementara itu bibi dr Aulia, Nur Sofati, mengatakan dirinya berharap dunia pendidikan kedokteran bisa lebih baik. Apalagi, setelah kasus dr Aulia diusut.
"Agar dunia pendidikan kedokteran lebih baik. Praktek (perundungan dan pemerasan) itu kan udah lama, maka berikan peringatan tanggal 12 Agustus," kata Nur.
(cln/cln)