Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi mengungkapkan adanya antrean panjang operasi di rumah sakit tersebut. Namun, mereka membantah antrean panjang itu disebabkan oleh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) prodi Anestesi yang disetop sementara oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Manajer Hukum dan Humas RSUP DR Kariadi, Semarang, Vivi Vira Virdianti, mengatakan layanan rumah sakit tidak terganggu meski PPDS Anestesi disetop. Menurutnya, antrean panjang itu terjadi lantaran RSUP Dr. Kariadi merupakan rumah sakit rujukan lantaran terbesar se-Jawa Tengah (Jateng).
"Bahwa RS Kariadi adalah pusat rujukan Jawa Tengah dan Kalimantan pasti banyak antrean jadi bukan karena kasus tapi memang antrean di RS Kariadi bisa dilihat sendiri memang panjang karena RS Kariadi adalah RS terbesar di Jateng dan sebagai pusat rujukan," kata Vivi di kantornya, Jalan Dr Sutomo, Semarang, Senin (2/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski dokter spesialis anestesi berperan cukup penting dalam pembiusan saat tindakan operasi, Vivi menyebut bahwa dokter anestesi di RS Kariadi mencukupi. Selain itu, menurutnya RS Kariadi tak pernah menetapkan batasan dalam tindakan operasi. Sehingga terkait lama antrean hal itu juga bisa tergantung pada kegawatan penyakit pasien.
"Kalau dikatakan kurang, sampai saat ini masih berlangsung ya pelayanan, kita atur. Jumlah dokter anestesi kita cukup. Kalau soal rasio mohon maaf ya tapi kita cukup karena kita ada penjadwalan," ungkapnya.
"Saya tidak bisa menjawab secara pasti berapa bulan (lamanya) karena memang harus dilihat jenis penyakitnya, jenis ininya (kegawatan) juga jadi sangat teknis," ujarnya.
Selain itu, dirinya juga menegaskan bahwa dokter residen bukan bagian dari pekerja di rumah sakit. Sehingga, ada dan tidaknya dokter residen disebut tak berpengaruh dengan layanan rumah sakit tersebut.
"Sebenarnya bukan membantu, PPDS itu singkatan dari peserta pendidikan dokter spesialis artinya pendidikan jadi bukan membantu, kalau dipekerjakan tidak. Ibaratnya sekolah, kan magang bagian dari proses pendidikan," tambahnya.
(cln/ahr)