Di Dusun Kropakan, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Klaten ditemukan ratusan artefak kuno peninggalan abad 8-9 Masehi. Sisa kehidupan di masa lampau itu dikumpulkan pegiat cagar budaya sejak tiga tahun terakhir.
Salah satunya, Pupun Prasetyo (34), yang juga merupakan warga Kropakan. Dia mengaku sempat disebut orang gila karena mengumpulkan kreweng.
"Pertama ya kita dikira wong gendeng (orang gila), kurang kerjaan, ngumpulin barang, data, nulis, mencari informasi, kreweng-kreweng (gali tanah) sampai akhirnya melibatkan masyarakat. Masyarakat pun awalnya tidak terlalu respons," papar Pupun Prasetyo kepada detikJateng, Minggu (18/8/2024) siang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pupun mengaku semua kegiatan mengumpulkan data benda bersejarah itu dia lakukan dengan biaya sendiri. Hal itu dia lakukan dengan semangat menjaga warisan leluhur.
"Bagi saya merupakan keharusan menjaga merawat dan alhamdulillah saya dipercaya masyarakat yang punya informasi. Kita kumpulkan benda itu sebagai pengingat, di sini dulu permukiman era Mataram kuno, inilah warisan leluhur meskipun hanya tinggal sisa-sisa," terang tokoh pemuda setempat ini.
Pupun mengaku awalnya terpantik untuk mengumpulkan artefak kuno itu dari semacam bisikan di malam hari. Kala itu dia merasa diarahkan untuk menuju ke lokasi tertentu.
"Awalnya itu kalau mau dibilang klenik atau apa monggo, kita memang dengar dari dulu ada temuan-temuan tapi belum konsen. Suatu malam saya itu pengin ke ladang (tempat pembuatan batu bata) jam 00.00 WIB, seperti ada panggilan, naluri saya itu harus ke sana," ungkap Pupun.
Peristiwa itu terjadi pada 2021 atau tiga tahun lalu. Dia lalu mengajak tetangganya, Agung Nugroho, menuju ke tegalan yang disewa Poniman untuk membuat batu bata.
"Subuh itu tanpa sengaja menemukan seperti batu dakon, itu mulanya. Setelah itu mulai senang mengumpulkan informasi dari warga tapi ternyata saya sudah telat, ternyata sudah banyak yang rusak, hilang dan dijual warga yang tidak tahu di masa lalu," tutur Pupun.
Pupun mengenang temuan batu dakon itu lalu membuka tabir penemuan benda-benda lawas lainnya. Mulai temuan sumur kuno, alat pertanian hingga perhiasan.
"Banyak, ada alat rumah tangga, alat berburu, pertukangan, perhiasan, dan lainnya. Banyak sekali, puluhan mungkin ratusan kalau kita identifikasi. Kita buat base camp tapi mulai tidak untuk menampung, dan kita buat lokasi baru di dekat embung untuk tempat display, pakai dana sendiri," jelas Pupun.
![]() |
Hal senada juga disampaikan pegiat cagar budaya Kropakan lainnya, Agung Nugroho (32). Dia mengaku prihatin dengan banyaknya temuan bersejarah namun sempat disepelekan.
"Terkadang ketemu orang ya disepelekan, buat apa nyari barang seperti itu, yang sudah pecah-pecah. Kita sempatkan setelah kerja ke lokasi, pecahan sisa kita kumpulkan," ujar Agung kepada detikJateng.
Sampai saat ini, kata Agung, jumlah barang temuan sudah mencapai ratusan dan dikumpulkan di basecamp. Mulai dari batu bata, lingga, batu prigen, guci, batu perhiasan, dan lainnya.
"Mulai batu bata, lingga, batu patok, koin, gelang, prigen, guci, pecahan gerabah banyak sekali, dan lainnya. Ya ke depan bisa untuk wisata edukasi tapi yang diharapkan pemerintah juga mau membantu kami," jelasnya.
Terpisah, mantan Kades Mranggen, Misran mengatakan temuan benda kuno di kampungnya sudah lama. Namun, baru mulai dikumpulkan itu pada 2020 lalu.
"Mulai dikumpulkan itu 2020 tapi sebelumnya sudah banyak. Setelah 2020 itu didata dikumpulkan di tempatnya Mas Pupun," kata Misran.
Kropakan Eks Permukiman Mataram Abad 9 Masehi
Dari catatan detikJateng Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) maupun Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sudah turun ke lokasi untuk mengecek. Temuan sumur kuno di Dusun Kropakan disimpulkan BRIN ada kemiripan dengan temuan di situs Liyangan, Temanggung.
"Ada kemiripan dengan di Liyangan (situs Liyangan, Temanggung). Banyak yang ditemukan sama dengan yang ditemukan di Liyangan," ujar peneliti Pusat Riset Arkeologi Sejarah dan Pra Sejarah BRIN, Baskoro Daru Tjahjono kepada detikJateng, Senin (30/1).
Dari pengecekan itu, lanjutnya, temuan-temuan di Kropakan itu diduga dari era Mataram kuno abad 8-9 Masehi. Lokasi merupakan bekas perkampungan masa Mataram kuno.
"Lebih kepada bekas perdusunan atau permukiman Mataram kuno. Temuannya termasuk lengkap, ada sumur, gerabah, keramik, pipisan, manik-manik, dan lainnya," terangnya.
(ams/apu)