Duka Mendalam Berpulangnya Mahasiswi Dokter Spesialis Undip Diduga Di-bully

Round-Up

Duka Mendalam Berpulangnya Mahasiswi Dokter Spesialis Undip Diduga Di-bully

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 16 Agu 2024 07:09 WIB
Garis polisi dilarang melintas..Grandyos Zafna//ilustrasi/detikcom
Ilustrasi mahasiswi PPDS Undip ditemukan tewas bunuh diri. Foto: Grandyos Zafna
Solo -

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ditemukan tewas di kamar kosnya dengan dugaan bunuh diri. Dugaan perundungan (bullying) merebak setelah polisi menemukan buku harian berisi keluhan korban mengenai perkuliahan dan senior yang dihadapi.

Korban yang berusia 30 tahun diketahui sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di RSUD Kardinah Tegal. Selain itu, ia juga dikenal sebagai sosok yang berprestasi dan rajin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Polisi kini mengusut dugaan bullying yang diterima korban. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga menerbitkan surat berisi penghentian sementara kegiatan PPDS Prod Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang sampai investigasi selesai dilaksanakan.

Dapat Beasiswa untuk Sekolah Spesialis Anestesi

Plt Direktur RSUD Kardinah Kota Tegal, dr. Lenny Harlina Herdha Santi membenarkan korban merupakan dokter di rumah sakitnya. Ia menerangkan korban sekolah lagi di Undip karena mendapatkan beasiswa pemerintah.

ADVERTISEMENT

"Almarhumah bergabung di Kardinah sejak 2019. Anaknya santun, rajin, dan baik. Dia sekolah lagi karena mendapatkan penugasan sekolah dokter spesialis anestesi. Sudah dijalani sekitar 2 tahun," kata Lenny saat dimintai konfirmasi di kantornya, Kamis (15/8/2024).

Informasi bahwa korban adalah penerima beasiswa juga dibenarkan Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena. Dia menjelaskan polisi tengah mengusut korban bunuh diri karena mengalami perundungan.

"Terkait informasi perundungan dan sebagainya masih kita cek karena yang bersangkutan infonya sakit dan yang bersangkutan kan ikut beasiswa," kata Andika saat dihubungi, Rabu (14/8).

Foto kos-kosan tempat korban ditemukan.Foto kos-kosan tempat korban ditemukan. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Dikenal sebagai Sosok yang Rajin dan Pintar

Lenny mengungkapkan anak buahnya tersebut merupakan sosok yang santun, rajin, dan baik. Pendapat yang juga disuarakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah, dr Telogo Wismo.

Wismo mengutarakan dia sempat menghubungi Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), dr Setyo Trisnadi. Dari pembicaraan tersebut, terungkap bahwa korban merupakan lulusan terbaik.

"Dokter Setyo, Dekan Fakultas Kedokteran Unissula bilang karena dia adalah lulusan Unissula, ini dia adalah mahasiswa terbaik," kata dr Telogo Wismo di kantornya, Jalan Simongan, Semarang, Kamis (15/8/2024).

Wismo juga menerangkan korban juga diketahui merupakan anggota IDI di Kota Tegal. Berdasarkan laporan dokter-dokter di sana, yang bersangkutan dikenal rajin dan pintar.

"Saya sudah berkoordinasi dengan dokter di sana bagaimana, dokter R ini kebetulan bekerja di RS Khardina ini beliaunya orangnya sregep, pinter," ujarnya.

Dalami Dugaan Bullying yang Sebabkan Korban Bunuh Diri

Polisi kini menginvestigasi dugaan korban tewas bunuh diri karena dirundung selama menempuh pendidikan spesialis di Undip Semarang. Penyelidikan digelar pascaditemukan buku harian di kamar kos korban, Senin (12/8) malam.

Dalam buku itu, terungkap korban mencurahkan keluh kesahnya ke ibunya betapa beratnya menjadi mahasiswi PPDS, termasuk menyinggung seniornya.

"Dia mungkin kan sudah komunikasi sama ibunya karena lihat buku hariannya itu kan kelihatannya merasa berat dalam arti itu pelajarannya berat, dengan senior-seniornya itu berat," kata Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono.

"Ibunya memang menyadari anak itu minta resign, sudah nggak kuat. Sudah curhat sama ibunya, satu mungkin sekolah, kedua mungkin menghadapi seniornya, seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," imbuhnya.

Sementara Kasat Reskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika menuturkan Unit PPA Sat Reskrim kembali ke kamar kos korban di wilayah Lempongsari dengan maksud mengecek rekaman CCTV. Mereka hendak memastikan apakah korban mengunci sendiri pintu kamarnya dari dalam. Diketahui, korban tewas setelah menyuntikkan obat penenang di tubuhnya.

"Ada beberapa bukti yang akan kita dalami seperti CCTV dan lainnya," kata Andika saat dihubungi wartawan lewat telepon, Kamis (15/8/2024).

Saat korban ditemukan di dalam kamar pada Senin (12/8) lalu, juga ditemukan satu ampul obat yang tersisa dan juga suntikan. Tidak ada tanda bekas kekerasan pada tubuh korban, namun ada bekas suntikan.

"Terkait masalah lain yang jelas ini obat keras. Di tubuh korban tidak ada tanda kekerasan, hanya luka suntik. Ada satu ampul sudah habis, masih ada satu sisanya," ujar Andika.

Utami SetyowatiManajer Humas UndipUtami SetyowatiManajer Humas Undip Foto: Afzal

Undip Bantah Adanya Perundungan

Manajer Layanan Terpadu dan Humas Undip, Utami Setyowati saat ditemui di kantornya menyanggah kabar bahwa korban dirundung selama menjadi peserta PPDS.

"Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," kata Utami.

Utami berkata korban mempunyai riwayat penyakit. Namun, ia enggan merinci penyakit yang diderita korban.

"Almarhumah selama ini merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, Almarhumah memiliki problem kesehatan yang dapat mempengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konfidensialitas medis dan privasi almarhumah, kami tidak bisa menyampaikan detail," jelasnya.

Meski begitu, Utami mengatakan Undip tetap terbuka bila ada fakta lain di luar hasil investigasi tersebut. Pihaknya juga siap berkoordinasi untuk menindaklanjutinya.

"Kami siap berkoordinasi dengan pihak manapun untuk menindaklanjuti tujuan pendidikan dengan menerapkan zero bullying di Fakultas Kedokteran Undip," tambahnya.

Utami melanjutkan pihak kampus juga bertemu Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan (Dirjen Yankes) Kemenkes RI, dr Azhar Jaya untuk melakukan klarifikasi.

"Berkenaan dengan surat Dirjen Yankes Nomor TK.02.02/D/44137/2024 tim Fakultas Kedokteran Undip bersama dengan tim RSUP dr Kariadi telah melakukan pertemuan dengan Bapak Dirjen Yankes dan menyampaikan hal-hal yang dimaksud. Undip siap berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengklarifikasi, mendiskusikan dan melakukan penanganan lebih lanjut," paparnya.




(apu/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads