Polisi memeriksa rekaman CCTV di kos tempat mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) yang ditemukan meninggal di dalam kamar. Polisi juga menelusuri beberapa barang bukti untuk mendapat kejelasan dalam kasus tersebut.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena, mengatakan saat ini pendalaman kasusnya masih berfokus pada tempat kejadian perkara (TKP).
Unit PPA Sat Reskrim Polrestabes Semarang juga sudah kembali ke lokasi kos di wilayah Lempongsari Semarang untuk mengecek rekaman CCTV. Hal itu juga untuk memastikan korban mengunci sendiri pintu kamar dari dalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada beberapa bukti yang akan kita dalami seperti CCTV dan lainnya," kata Andika saat dihubungi wartawan lewat telepon, Kamis (15/8/2024).
Saat korban ditemukan di dalam kamar pada Senin (12/8) lalu, juga ditemukan satu ampul obat yang tersisa dan juga suntikan. Tidak ada tanda bekas kekerasan pada tubuh korban, namun ada bekas suntikan.
"Terkait masalah lain yang jelas ini obat keras. Di tubuh korban tidak ada tanda kekerasan, hanya luka suntik. Ada satu ampul sudah habis, masih ada satu sisanya," ujar Andika.
Mengenai dugaan perundungan terhadap mahasiswi tersebut, Andika mengatakan nantinya akan ada pemeriksaan kepada beberapa pihak termasuk rekan-rekan kerja korban. Dia menegaskan pihaknya tidak bisa berasumsi soal perundungan lewat buku harian yang ditemukan.
"(Dalam buku harian) Dilihat terkait ini aja sih, agak berat lah terkait pelajaran, seperti apa dalam perkuliahan. Buku diari ini tidak serta merta soal bullying, kita jangan berasumsi dulu. Buku diari terkait apa, itu sebagai temuan, kita dalami dan cek terkait yang bersangkutan," jelasnya.
Polisi juga belum bisa meminta keterangan kepada pihak keluarga mahasiswi tersebut. Dari informasi yang diperoleh, korban disebut kerap bercerita pada ibunya terkait pendidikan yang sedang dijalani.
"Curhat ke ibunya masalah mata pelajarannya. Sesuai yang disampaikan oleh Undip, yang bersangkutan kan beasiswa, memang berapa kali ingin keluar, cuma karena ada biaya yang harus dibayar mungkin," kata Andika.
Diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) ditemukan tewas di dalam kamar kos di Kelurahan Lempongsari, Semarang, pada Senin (12/8) malam. Diduga mahasiswi itu tewas bunuh diri.
Kemenkes menghentikan PPDS Undip di RSUP Dr Kariadi Semarang tempat korban menempuh pendidikan spesialis karena ada dugaan perundungan. Adapun pihak Undip sudah membantah soal isu perundungan itu dan menjelaskan terkait adanya masalah kesehatan dan keinginan korban keluar dari program itu, namun statusnya sebagai penerima beasiswa sehingga harus ada administrasi yang dilalui.
(dil/ams)