Dari Mana Asal Air yang Ada di Bumi? Ini Penjelasan dan Teorinya

Dari Mana Asal Air yang Ada di Bumi? Ini Penjelasan dan Teorinya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Rabu, 31 Jul 2024 12:52 WIB
Ilustrasi laut/pantai
Ilustrasi air di Bumi. Foto: Getty Images/iStockphoto/Placebo365
Solo -

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia hidup berdampingan dengan air dan tidak dapat dipisahkan. Namun, pernahkah detikers bertanya pada diri sendiri: Dari mana asal air di bumi ini? Berikut penjelasan dan teorinya!

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, air adalah cairan jernih tidak berwarna, berasa, dan berbau yang terdapat dan diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan dan secara kimiawi mengandung hidrogen serta oksigen.

Lebih lanjut, dilansir US Geological Survey (USGS), bumi diperkirakan memiliki 1.386.000.000 kilometer kubik air. Jumlah ini didapat dari lautan (1.338.000.000 kmΒ³); lapisan es dan gletser (24.064.000 kmΒ³); air tanah (23.400.000 kmΒ³); sungai, danau, dan rawa (104.590 kmΒ³); danau air asin (85.400 kmΒ³); dan lain sebagainya (330.520 kmΒ³).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, dari mana datangnya jumlah air yang begitu banyak ini? Temukan jawabannya melalui pembahasan lengkap yang telah detikJateng siapkan berikut ini.

Air di Bumi Berasal dari Mana?

Asal-usul Air di Bumi #1: Dari Luar Angkasa

Terdapat sejumlah teori tentang bagaimana bumi memperoleh air. Pada intinya, teori-teori tersebut terbagi dalam dua kategori besar, yakni berasal dari batuan angkasa dan memang bumi memiliki air sejak awal.

ADVERTISEMENT

Dirangkum dari laman Carnegie Science, bumi terkenal sebagai planet dengan beragam unsur yang mudah menguap. Sebut saja hidrogen, karbon, nitrogen, helium, neon, argon, kripton, dan xenon.

Saat ini, penjelasan paling masuk akal adalah bumi mendapat sumber air dari objek kaya air yang disebut planetesimal (planetesimals). Bisa jadi, planetesimals adalah komet atau asteroid. Kemungkinan, asteroid dengan diameter beberapa ratus kilometer, tepatnya yang ada di sabuk asteroid Mars dan Jupiter adalah asal-muasal air bumi.

Sebab, potongan-potongan dari asteroid-asteroid ini ditemukan dalam bentuk meteorit (pecahan asteroid yang jatuh di bumi) kondrit karbonan, yakni CM dan CI. Ketika terbentuk, asteroid ini mengandung es air, tetapi, akibat pemanasan dan tumbukan radioaktif, esnya mencair dan bereaksi dengan mineral anhidrat untuk membentuk tanah liat.

Bagaimana bisa meteorit-meteorit ini sampai di bumi? Sekitar 4 hingga 3,8 miliar tahun lalu, tata surya penuh dengan guncangan. Akibatnya, bebatuan angkasa dingin melesat melalui bagian dalam tata surya dan menabrak bumi. Peristiwa ini disebut Late Heavy Bombardment.

Nah, asteroid dan meteorit yang menabrak bumi inilah yang dianggap sebagai biang keladi kemunculan air di bumi. Hal ini didukung dengan analisis sampel asteroid Ryugu yang dibawa ke bumi dalam misi Hayabusa 2.

Analisis menunjukkan, air yang terkunci dalam bebatuan asteroid tersebut sangat cocok dengan jenis air di bumi. Komposisi Ryugu cocok dengan jenis meteorit kondrit CI yang bisa jadi menghasilkan 30% total massa air di lautan.

Dikutip dari laman Woods Hole Oceanographic Institution, sebuah penelitian terbaru pada 2023 membuktikan bahwasanya meteorit memiliki kandungan air yang sangat rendah. Bahkan meteorit-meteorit termasuk material luar angkasa terkering!

Ini berarti pemanasan dan pencairan planetesimals menyebabkan hilangnya air hampir secara total. Dari kesimpulan ini, Newcombe dan sejumlah peneliti lain menyimpulkan bahwa kemungkinan besar air dikirim ke bumi melalui meteorit yang tidak mencair atau disebut kondrit.

Singkat kata, dari teori pertama ini, diyakini bahwasanya air di bumi berasal dari apa yang disebut kondrit. Kondrit adalah jenis meteorit paling umum di bumi dan merupakan salah satu jenis meteorit paling primitif.

Asal-usul Air di Bumi #2: Sudah Ada Sejak Awal

Diringkas dari The Planetary Society, bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun lalu usai matahari terbangun dari awan gas dan debu. Material sisa dari pembentukan matahari inilah yang membentuk sistem tata surya, termasuk bumi.

Pada masa-masa awal pembentukannya, bagian dalam tata surya begitu panas. Bahkan, suhunya melonjak hingga 3.600 derajat fahrenheit. Artinya, air yang berbentuk cair akan menguap dan tertiup ke luar angkasa. Lalu bagaimana jika ternyata air tersimpan dalam bebatuan?

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kondrit enstatit, semacam meteorit yang dianggap membentuk bumi, memiliki kandungan hidrogen. Bahkan hidrogen yang dikandungnya cukup untuk mengirimkan tiga kali massa air di lautan bumi saat ini.

Terlebih, meteorit-meteorit ini sangat cocok dengan bebatuan yang ditemukan di bagian dalam bumi. Jika bumi memang memiliki air yang terperangkap di bawah permukaannya, aktivitas vulkanik bisa melepaskannya menjadi uap air. Uap air tersebut akan mengembun dan jatuh kembali sebagai hujan.

Sementara itu, teori lain mengungkapkan bahwa bumi membuat airnya sendiri. Sebuah eksoplanet baru ditemukan berada dalam selimut molekul hidrogen. Tim ilmuwan menunjukkan molekul-molekul ini bisa menjadi sejumlah air akibat interaksi dengan lautan magma.

Akhir kata, para peneliti masih terus berdiskusi dan melakukan analisa untuk mengetahui dari mana asal air di bumi. Bagaimana? Menarik, bukan? Semoga menambah wawasan detikers, ya!




(sto/dil)


Hide Ads