Belakangan ini, seruan "All Eyes On Rafah" tengah ramai di dunia maya. Rafah sendiri merupakan lokasi pengungsian masyarakat Palestina. Namun, bagaimanakah sejarah Rafah sebelum situasinya seperti saat ini?
Kota yang berada di perbatasan Mesir dan Palestina ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Bahkan Rafah menjadi saksi dari berbagai periode sejarah, sejak zaman Mesir Kuno hingga era modern.
Berikut ini adalah informasi lengkap mengenai sejarah Rafah yang dihimpun dari laman Medecins Sans Frontieres, Middle East Eye, dan Madison Rafah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Rafah Sejak Ditemukan
1. Asal-usul Rafah
Rafah adalah sebuah kota kuno dengan sejarah yang kaya dan kompleks yang telah berlangsung lebih dari 3.000 tahun. Pada abad ke-13 SM, Rafah pertama kali disebut dalam inskripsi Mesir kuno dengan nama Robihwa.
Pada periode Hellenistik dan Romawi, kota ini dikenal sebagai Raphia oleh orang Yunani dan Romawi. Pada tahun 217 SM, Rafah menjadi lokasi Pertempuran Raphia, sebuah konflik besar antara kerajaan Ptolemaik dan Seleukia yang melibatkan sekitar 150.000 pejuang dan hampir 200 gajah.
Setelah itu, kota ini berada di bawah kekuasaan Romawi selama sekitar tujuh abad. Pada tahun 193 SM, Rafah menjadi tempat pernikahan putri Seleukia, Cleopatra I, dengan Ptolemeus V.
2. Penaklukan Islam
Pada tahun 635 M, Rafah ditaklukkan oleh pasukan Kekhalifahan Rasyidin dari Bizantium, memulai periode panjang di bawah pemerintahan Muslim. Pada abad pertengahan, Rafah dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi para pedagang dengan fasilitas seperti hotel, toko, pasar, dan masjid. Komunitas Yahudi juga sempat berkembang di sini antara abad ke-9 dan ke-12.
3. Era Kekuasaan Ottoman
Pada masa kekuasaan Ottoman, tepatnya pada tahun 1906, Rafah dibagi antara Mesir yang dikuasai Inggris dan Palestina yang dikuasai Ottoman. Setelah jatuhnya Kekaisaran Ottoman, Rafah berada di bawah kendali Inggris pada tahun 1917. Populasi Rafah meningkat secara signifikan pada tahun 1945, sebagian besar terdiri dari umat Muslim.
4. Periode Modern
Pada tahun 1948, peristiwa Nakba yang menyertai berdirinya negara Israel menyebabkan 750.000 warga Palestina mengungsi. Banyak di antaranya menetap di Rafah yang saat itu berada di bawah kendali Mesir.
Pada tahun 1949, kamp pengungsi Rafah didirikan dan kini menjadi salah satu area terpadat di wilayah Palestina yang diduduki, menampung 133.326 pengungsi yang terdaftar.
5. Konflik di Rafah
Selama Perang Enam Hari pada tahun 1967, Israel menguasai Jalur Gaza, termasuk Rafah, yang menyebabkan penghapusan sementara perbatasan Rafah. Perbatasan ini kemudian didirikan kembali pada tahun 1982 setelah perjanjian damai antara Israel dan Mesir. Sejak saat itu, Rafah menjadi titik masuk dan keluar resmi antara Mesir dan Gaza yang dikendalikan Israel.
6. Hamas Mengambil Alih Rafah
Pada tahun 2005, setelah Israel menarik pasukannya dari Gaza, Hamas mengambil alih kendali. Sejak saat itu, penyeberangan Rafah dikelola secara bergantian oleh Mesir dan Hamas.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Mesir telah menghancurkan terowongan dan menciptakan zona penyangga di Rafah, sehingga menyebabkan kerusakan besar di wilayah tersebut. Rafah juga mengalami beberapa kali konflik besar, termasuk perang pada tahun 2014 yang menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan.
Rafah Menjadi Tempat Pengungsian Masyarakat Palestina
Pada awal Mei 2024, serangan Israel di Rafah memaksa lebih dari 900.000 orang Palestina kembali mengungsi. Pada tanggal 27 Mei 2024, kamp tenda di Al-Mawashi diserang, menewaskan 21 orang dan melukai 64 lainnya. Serangan ini memaksa mereka untuk terus berpindah mencari perlindungan.
Selain warga sipil, petugas medis dan pasien juga terpaksa mengungsi. Pada malam 27 Mei 2024, serangan di fasilitas medis seperti titik stabilisasi trauma yang didukung oleh Médecins Sans Frontières (MSF) di Tal Al-Sultan memaksa evakuasi staf dan pasien. Mereka pun terpaksa menghentikan operasional fasilitas medis.
Meski ada perintah dari Pengadilan Internasional untuk menghentikan ofensif militer dan memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan sejak 6 Mei 2024, blokade yang ketat membuat bantuan tidak dapat menjangkau pengungsi. Hal ini membuat situasi semakin parah karena kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan obat-obatan tidak terpenuhi.
Pada tanggal 27 Mei 2024, serangan terhadap rumah sakit Kuwait di Rafah membunuh dua staf dan menghentikan operasional rumah sakit tersebut. Hampir semua fasilitas kesehatan di Rafah tidak berfungsi. Hal tersebut membuat akses ke perawatan medis sangat terbatas dan orang-orang semakin terdesak mencari tempat yang aman.
Orang-orang Palestina mengungsi ke Rafah karena serangan militer yang terus berlanjut di seluruh Gaza, bahkan di tempat-tempat yang seharusnya aman. Serangan terhadap infrastruktur penting dan blokade bantuan kemanusiaan memperburuk kondisi, memaksa mereka mencari tempat perlindungan dan bantuan yang sangat dibutuhkan.
Rafah menjadi salah satu tujuan pengungsi karena meskipun penuh dengan kesulitan, masih ada harapan untuk menemukan sedikit keamanan dan bantuan di sana.
Demikian penjelasan lengkap tentang sejarah Rafah sejak ditemukan hingga jadi tempat pengungsian warga. Semoga bermanfaat, detikers!
(par/apu)