Nama Mak Ratih atau dikenal dengan Mak Sombret (55) viral di media sosial. Warga Dukuh Mbalong, Desa Kulu, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, ini rela merogoh kocek hingga Rp 600 ribu untuk naik ojek motor agar bisa mengantar salah seorang tetangganya yang naik haji.
Mak Sombret menuai banyak pujian usai nekat menggunakan jasa ojek motor dari Kajen, Pekalongan hingga sampai Asrama Haji Donohudan, Boyolali, demi ikut berpartisipasi mengantarkan kadusnya berangkat haji, Senin (20/5) lalu. Ongkos perjalanan pulang pergi sebesar Rp 600 ribu ia bayar sendiri, padahal hidupnya saja masih serba terbatas.
detikJateng berkunjung ke rumah Mak Sombret, hari ini. Mak Sombret tinggal di rumah kecil dari papan kayu berukuran 3x4 meter ini. Rumah ini dibangun oleh warga setempat di tanah kas desa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya ia menumpang di atas tanah orang lain dan tinggal sendirian sejak ditinggal meninggal suaminya di tahun 2016 lalu. Mak Sombret pun membenarkan ia nekat naik ojek untuk mengantarkan Kadusnya berangkat haji ke Donohudan, Boyolali.
"Saya itu kan ceritanya nggak punya jok nggak ada (tidak dapat kursi bus karena belum pesan), jadi saya berangkat sendiri ngantar haji Pak Kadus," kata Mak Sombret kepada detikJateng, Kamis (30/5/2024).
"Ongkosnya segini, iya Rp 600 ribu. Nggak capai, jadinya saya naik ojek," imbuhnya.
Ia mengaku rela merogoh kocek dalam-dalam demi mengantarkan haji karena Kadusnya yang berangkat. Mak Sombret mengaku selama ini Kadusnya lah yang kerap membantu dirinya .
"Pak Kadus orangnya baik, sering membantu saya, jadi saya antar haji ke sana (Solo)," ungkapnya.
Mak Sombret kesehariannya bekerja serabutan. Ia sering mencari rongsok, berupa botol air mineral di sekitar Kajen, terutama Alun-Alun Kajen.
Dari hasil itulah ia gunakan untuk menghidupi diri sendiri, sisanya untuk menabung. Bahkan, dari hasil rongsok ini pula, ia tidak ingin menikmati uang sendirian, ia kerap membagikan rezekinya ke anak yatim-piatu, dan para lansia.
"Kerja saya (cari) rongsok. Uangnya saya tabung, dan berikan anak yatim-piatu, dan nenek-nenek," katanya.
Diwawancarai terpisah, Kepala Desa Kulu, Setyono Nimpuno, menceritakan soal Mak Sombret yang viral di media sosial tersebut. Ia mengaku kaget saat mendapati warganya yang nekat mengantarkan warga Kulu berangkat haji sampai Solo.
"Saya kaget ada info itu. Kenapa kok bisa dan apa tidak ada kordinasi sebelumnya, saya tidak tahu," kata Setyono.
Setyono menyebut, usai menyalami Pak Kadus, pagi-pagi Mak Sombret pergi ke Kajen mencari ojek dan langsung berangkat ke Solo. Mak Sombret bahkan tiba lebih dulu di Asrama Haji Donohudan.
"Rombongan haji dan pengantar belum sampai lokasi di Solo, beliau sudah sampai. Tapi kita tidak ketemu. Ia pulang dengan ojek lagi. Saya tahu dapat kabar dari teman kades dari rombongan yang kebetulan sampai duluan di lokasi," katanya.
Diakuinya, sosok Mak Sombret memang berjiwa sosial. Kegiatan desa dipastikan ikut, begitu juga kegiatan keagamaan.
"Mak Sombret walaupun dengan saat ini hidup beliau, maaf, masih dikatakan berada di bawah garis kemiskinan, itu Mak sombret itu penginnya tidak mau merepotkan orang lain. Dari sisi sosial, beliau walaupun dengan apa adanya seperti itu di tahun kemarin itu melaksanakan kurban di Hari Kurban, beli kambing," jelasnya.
Ia mencontohkan saat membangun rumahnya, Mak Sombret juga memberi oleh-oleh pada warga yang bergotong royong membangun rumahnya.
"Beliau tiap hari mencari rongsok botol air mineral di Alun-alun Kajen. Saat saya menjabat, beliau hidup sendirian menumpang di tanah orang lain. Kita berikan rumah bekas guru, tidak mau. Ya akhirnya kita bersama warga membangunkan rumah di atas tanah kas desa," ujar dia.
(aku/ams)