DBD di Klaten Capai 570 Kasus, Dinkes Gencarkan Pembersihan Jentik Nyamuk

DBD di Klaten Capai 570 Kasus, Dinkes Gencarkan Pembersihan Jentik Nyamuk

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Selasa, 28 Mei 2024 20:04 WIB
Pemkab Klaten
Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikcom
Klaten -

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih tinggi di Kabupaten Klaten. Dinas Kesehatan (Dinkes) terus berupaya melakukan pembersihan jentik nyamuk.

Menurut catatan Dinkes Klaten, hingga Minggu ke-20, terdapat 570 kasus positif DBD dengan 26 kematian. Penambahan kasus ini dibandingkan dengan minggu-minggu sebelumnya tampak sudah mulai menurun.

Kepala Dinkes Klaten Anggit Budiarto mengatakan, jumlah kasus positif DBD paling banyak ditemui di Kecamatan Trucuk. Sementara kasus kematian akibat DBD paling banyak di Kecamatan Pedan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada rata-rata (pasien) terbanyak itu (berusia) di bawah 11 tahun, cuma memang ada yang usianya 35 tahun ada, 55 tahun juga ada," kata Anggit kepada awak media di Kantor Dinkes Klaten, Senin (27/6/2024).

Anggit menyampaikan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sudah senantiasa dilakukan seminggu sekali di masing-masing wilayah di Kabupaten Klaten. Meski tak bisa langsung menghilangkan seluruh jentik nyamuk di Kabupaten Klaten, gerakan tersebut dirasa efektif untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegipty.

ADVERTISEMENT

"Memang diakui masih ada rumah-rumah yang belum bebas jentik, sehingga selalu kita imbau bahwa pembersihan tempat-tempat penampungan air betul-betul bersih. Jangan ada sisa telur yang menempel, karena saat diisi air memungkinkan telur menjadi larva," terangnya.

Anggit menyampaikan, sebab-sebab kematian pasien akibat DBD beragam. Salah satunya keterlambatan penanganan, karena masyarakat yang tidak segera melakukan pemeriksaan meski sudah mengalami gejala DBD.

"Ada yang datang dalam kondisi terlambat (kritis). Ada yang datang ke layanan kesehatan, terus dirujuk, tapi malah pulang," ungkapnya.

Hal tersebut dibenarkan Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten Jajang Prihono. Menurutnya, sosialisasi terkait gejala DBD harus terus digencarkan kepada masyarakat. Dengan begitu, masyarakat yang mengalami gejala DBD bisa langsung datang ke fasilitas kesehatan untuk segera ditangani.

Jajang juga meminta Dinkes Klaten untuk terus melakukan pelaporan terkait program PSN yang dilakukan. Apabila PSN seminggu sekali masih dirasa kurang, perlu ada peningkatan intensitas PSN di lapangan.

"Kita lihat di lapangan, memang faktanya jentik itu masih ada, yang bebas di atas 95 persen itu sedikit sekali. Sehingga apakah nanti intervensinya perlu dilakukan kegiatan lapangan dua kali seminggu, segera minggu ini saya minta Dinas Kesehatan segera merumuskan," tegas Jajang.

"Atau seperti penanganan Covid-19, peningkatan kekebalan tubuh. Karena nggak mungkin juga zero jentik, tapi perlu juga dilakukan dari sisi peningkatan kekebalan," sambungnya.

Ia mengimbau masyarakat Kabupaten Klaten untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dari sarang nyamuk dan jentiknya, serta segera melakukan pemeriksaan jika dirasa mengalami gejala DBD.




(akn/ega)


Hide Ads