Menjelang perayaan Waisak, Umat Buddha dari Majelis Umat Nyingma Indonesia (MUNI) bersama masyarakat melakukan larung pelita di Sungai Progo, Magelang. Larung pelita itu merupakan kegiatan melarungkan lilin-lilin yang dinyalakan dari api abadi yang berasal dari Mrapen, Kabupaten Grobogan.
Pantauan detikJateng, Selasa (21/5), proses larung pelita dilakukan sekitar pukul 20.00 WIB. Larung pelita dilangsungkan di Sungai Progo, yang ada di wilayah Kecamatan Borobudur.
Sebelum melakukan larung pelita, umat Buddha juga sempat menggelar doa bersama. Kemudian acara larung pelita diawali dengan melarung tiga gunungan anyaman daun kelapa yang berisi pelita atau lilin kecil yang ditaruh di tempurung kelapa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Umum MUNI, Lama Rama Santoso Lim, mengatakan larung pelita ini merupakan bagian dari Borobudur Peace And Prosperity, yang merupakan tema rangkaian acara Nyingma. Kegiatan itu dilakukan sebagai simbol kesejahteraan dan perdamaian dunia.
![]() |
"Tujuan utama dari semua kegiatan adalah untuk kesejahteraan dan perdamaian dunia. Termasuk, larung pelita dipersembahkan dan didedikasikan untuk kebahagiaan semua makhluk," kata Rama kepada wartawan di bantaran Sungai Progo, Selasa (21/5/2024).
Untuk pelita yang dilarung ada sekitar 1.000 buah. Pelita tersebut dibungkus dalam tempurung batok kelapa kemudian dilarung di Sungai Progo.
"Ini ada sekitar 1000 pelita. (Dengan) Pelita kita ingin memohon pengharapan. Jadi dipersilakan untuk memohon apa yang diharapkan, apa yang diinginkan ditempel di pelita. Tujuannya adalah agar semua doa-doa dan harapan itu akan berjalan terus seperti aliran sungai ini," sambung Lama.
"Jadi pelita ini diambil dari sumbernya dari api Mrapen. Itu yang sudah disakralkan tadi pagi bersama-bersama seluruh majelis Walubi. Kita ambil api suci di Mrapen dan sudah disakralkan dibawa untuk penyalaan pelita ini," jelasnya.
(cln/apl)