Khidmatnya Larung Pelita di Sungai Progo Magelang

Khidmatnya Larung Pelita di Sungai Progo Magelang

Eko Susanto - detikJateng
Rabu, 11 Jun 2025 21:26 WIB
Suasana larung pelita yang berlangsung di Sungai Progo, Brojonalan, Borobudur, Kabupaten Magelang, Rabu (11/6/2025) malam.
Suasana larung pelita yang berlangsung di Sungai Progo, Brojonalan, Borobudur, Kabupaten Magelang, Rabu (11/6/2025) malam. Foto: Eko Susanto/detikJateng.
Magelang -

Ratusan orang mengikuti larung pelita yang berlangsung di Sungai Progo, kawasan Brojonalan, Borobudur, Kabupaten Magelang. Sebelum larung pelita diadakan doa bersama.

Pantauan detikJateng, larung pelita ini dimulai sekitar pukul 18.58 WIB. Peserta datang dengan membawa pelita yang ditaruh di tempurung kelapa.

Sebelum larung pelita, didahului doa bersama. Larung pelita ini dalam rangkaian uji coba bersama (trial) kunjungan Wisata Spiritual Borobudur (WSB).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk doa bersama dipimpin Bhante Ditthisampanno Mahathera. Di mana diikuti ratusan umat Buddha dari berbagai sangha dan tamu undangan lainnya.

"Kegiatan ini merupakan satu rangkaian awal dari pelaksanaan praktek perziarahan atau pilgrim di Candi Borobudur. Awal ini dengan melakukan penyucian diri dan tadi ada pelarangan sukerto," kata Bhante Ditthisampanno yang juga konseptor praktik peziarahan candi-candi Buddha kepada wartawan di bantaran Sungai Progo Magelang, Rabu (11/6/2025) malam.

ADVERTISEMENT

"Kalau pada zaman dulu dikatakan bahwa sebelum ke (candi) Borobudur melakukan puja di Candi Mendut. Kemudian (dari) Candi Mendut melakukan penyucian diri di Candi Pawon diikuti dengan pelarungan. Kalau zaman dulu segala pakaian dan sebagainya sukerto (dilarung) di Sungai Progo," sambungnya.

Setelah melakukan pelarungan, katanya, para peziarah memakai pakaian putih dan melakukan puja di Candi Borobudur, Kamis (12/6) pagi.

"Jadi ini rangkaian acara untuk praktik pelarungan sukerto. Dan juga sebagai praktik untuk melepaskan segala bentuk ketidakbaikan dalam hati, dari kebodohan dan ketidaktahuan. Kemudian, dari kebencian-kebencian kita sama kebodohan, keserakahan, kita simbolkan dengan melarung puja," ujarnya.

Tapi di sisi yang lain, lanjut Ditthisampanno, puja pelita ini juga kalau dalam agama Buddha dikenal sebagai puja siripada. Di mana puja ini adalah untuk memuja para dewa dan naga yang menjaga telapak kaki Sang Buddha.

"Kalau di India dan Srilangka untuk menunjukkan adanya Sang Buddha waktu itu diwujudkan dengan telapak kaki beliau. Jadi beliau (telapak kaki) ngecap di batu, kemudian batu ditenggelamkan. Itu sebagai wujud simbolisasi Buddha yang dipuja oleh para dewa dan naga," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua DPD Walubi Jawa Tengah, Tanto Soegito Harsono, menambahkan acara ini percobaan untuk pilgrim di Borobudur.

"Nantinya akan ada beberapa paket, nah ini baru kita coba malam ini dengan larung pelita. Besok pagi naik candi," kata Tanto.

"Ini diikuti dari semua majelis, semua yang ada di Indonesia," tambahnya.




(apl/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads