Rumah Difabel Meong adalah nama komunitas para relawan perawat kucing difabel. Alamatnya di Gang Kenanga, Dusun II, Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Apa saja kegiatannya? Simak selengkapnya di sini.
Awal Mula Rumah Difabel Meong
Pendiri Rumah Difabel Meong, Ning Hening Yulia, mengatakan komunitas relawan ini berangkat dari keprihatinan terhadap adanya penolakan terhadap kucing-kucing difabel yang sejatinya membutuhkan pertolongan.
"Ada kebutuhan di tahun 2018-an, di mana harus concern pada hal yang khusus, karena ada penolakan pada kucing difabel. Jangankan kucing difabel, kucing domestik, kucing kampung ada kecenderungan tertolak. (Orang) Maunya kucing cantik ras, bukan kucing difabel yang kakinya tiga, buta, lumpuh," kata Ning saat ditemui detikJateng, Selasa (23/4/2024).
"Yang kedua, ada kebutuhan kucing yang bisa melakukan donor darah. Contoh ada kucing yang cacingan dan kutuan parah, itu kan menghisap darah atau kucing yang kecelakaan dan berdarah, kan juga butuh darah, jadinya butuh kucing pendonor. Jadilah kita punya Rumah Difabel Meong dengan dua fokus," sambung dia.
Menurut Ning, komunitas ini terbentuk memang karena adanya kebutuhan mendesak, seperti merawat kucing-kucing difabel dan kucing-kucing tua yang tidak bisa dilepas di jalan karena mendapat 'penolakan'.
Pantauan detikJateng, Ning memperlakukan kucing-kucing di Rumah Difabel Meong seperti anak sendiri. "Aku memang relawan kesehatan dari dulu. Dulu ngerawat orang, terus sekarang ngerawat kucing," tuturnya.
Kamar Euthanasia buat Kucing
Belakangan ini Rumah Difabel Meong juga menyediakan euthanasia room, ruangan khusus buat kucing yang sudah divonis mati. Tujuannya agar mereka bisa menghabiskan sisa hidupnya dengan tenang.
"Setahun belakangan ini ada kasus kucing yang divonis mati, rata-rata karena tumor. Kita bikin euthanasia room. Jadi euthanasia room itu bukan ruangan untuk suntik mati kucing, tapi ruangan untuk menerima kucing-kucing yang sudah dianggap selesai. Jadi mereka dibiarkan tenang di sini, menunggu ajalnya di sini," jelas Ning.
Baksos, Edukasi hingga Cat Rescue
Rumah Difabel Meong juga mengadakan bermacam kegiatan sosial seperti kampanye dan edukasi tentang kucing, pembagian pakan gratis, sterilisasi, vaksinasi, serta penyalamatan kucing (cat rescue) saat bencana alam.
"Ada relawan yang masih terkoneksi dengan cat room, yang melakukan edukasi serta kampanye. Kayak kasus kekerasan kucing, itu mereka yang edukasi ke mal dan pasar," tutur Ning.
"Edukasi lain di hari-hari kucing itu kita mencoba semaksimal berusaha untuk kampanye, hari kucing sedunia, veterinarian day, hari kucing jalanan. Momen-momen itu jarang kita lewatkan, karena momen strategis untuk melakukan kampanye," imbuh Hening.
Dana dari Usaha Pakan-Ngamen Kucing
Rumah Difabel Meong yang sudah berusia delapan tahun ini juga memiliki usaha pakan kucing yang menjadi salah satu sumber pendanaan komunitasnya. Tiap Jumat mereka juga mengadakan 'Jumat Barokah', yaitu menjual pakan kucing dengan harga miring.
"Jadi kita merintis usaha pakan, tapi itu pun belum goal ya. Ada yang namanya Jumat Barokah, penjualan pakan tiap hari Jumat dengan harga ambyar. Beli ecer harga grosir, tapi hanya hari Jumat," terangnya.
Sumber pendanaan komunitas ini juga dari hasil 'ngamen kucing'. Program ini dilakukan oleh para relawan Rumah Difabel Meong dengan mengamen di koridor Gatsu Ngarsopuro setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali.
Kegiatan ini sudah berjalan selama dua tahun. Uang dari hasil ngamen itu akan dibelikan untuk pakan kucing.
"Jadi bentuknya kita edukasi dengan membawa kucing dan kisahnya, kemudian ngeband, kadang akustik, plus bagi-bagi pakan gratis. Uangnya memang nggak besar dari ngamen, tapi edukasi dan silaturahminya tetap berjalan. Itu yang penting," ungkap Ning.
Tentang penyelamatan kucing saat erupsi Semeru di halaman selanjutnya.
(dil/ams)