1956, Kedai Kopi Eksentrik di Kampung Batik Laweyan Solo

1956, Kedai Kopi Eksentrik di Kampung Batik Laweyan Solo

Herlin Pratiwi, Naufal Adam - detikJateng
Minggu, 21 Apr 2024 10:38 WIB
Kedai Kopi 1956 di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, Rabu (17/4/2024).
Kedai Kopi 1956 di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, Rabu (17/4/2024). Foto: Naufal Adam
Solo -

Kedai kopi satu ini memang beda. Dari luar, kedai ini seperti menempati bekas langgar kuno khas Kampung Batik Laweyan, yang bagian atasnya berlantai dan berdinding kayu. Tapi, hanya pengunjung yang beruntung yang bisa mengakses lantai duanya yang dimanfaatkan sebagai galeri.

Tak seperti tempat ngopi lainnya, menemukan kedai 1956 terbilang butuh kejelian meski alamat dan lokasinya tercantum di aplikasi peta online gratis, yaitu di Jalan Sidoluhur Kampung Batik No 51B, Laweyan, Kota Solo.

Papan namanya ditaruh begitu saja di muka kedai, di pinggir jalan tanpa tiang penyangga. Papan hitam itu hanya bertulisan '1956', tanpa embel-embel kata lain yang menerangkan bahwa bangunan tersebut merupakan sebuah kedai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedai Kopi 1956 di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, Rabu (17/4/2024).Kedai Kopi 1956 di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, Rabu (17/4/2024). Foto: Naufal Adam

Pertama kali menyambangi kedai 1956, Rabu (17/4/2024) siang, detikJateng mesti mondar-mandir beberapa kali. Sebab, fasad kedai yang berupa dinding kaca itu sepenuhnya tertutup tirai dari dalam. Hanya terlihat sejumlah pasang sandal dan sepatu di muka pintu yang hampir separuhnya juga tertutup oleh sehelai tirai putih.

"Aku ada kopi Indonesia, kopi luar juga, tapi kosong. Kopi item (hitam). Paling banyak kopi item kalau di sini," kata Don, barista sekaligus si pemilik kedai 1956, setelah mempersilakan detikJateng masuk ke kedainya yang temaram meski cahaya matahari di luar begitu terik.

ADVERTISEMENT

Saat itu tersedia biji kopi Kamojang, Sukahurip, Gayo, Argopuro, Bali, Tlahab, Ethiopia Bombe, Tana Luwu, Ijen, dan Empus Said Aceh. Harga per cangkirnya bervariasi, kisaran Rp 20 ribu sampai Rp 35 ribu.

"Aku gawe produk sing isoh ditompo wong sing bukan penikmat kopi. Kepiye carane gawe wong awam nyobain produkku (Aku bikin produk yang bisa diterima orang yang bukan penikmat kopi. Bagaimana caranya membuat orang awam mencoba produkku)," ucap pria berambut gondrong itu.

Kedai kopi yang dibuka sejak awal 2021 ini tidak menyediakan buku menu. Dengan demikian si pengunjung mesti berbicara langsung denga barista mengenai rasa kopi seperti apa yang mereka cari.

"Tanya, aku bisa jelasin juga. Jadi lebih enak gitu loh, aku bisa tahu apa yang mereka pengin minum," tutur dia.

Jam Buka Tidak Tentu

Salah satu keunikan kedai 1956 adalah jam bukanya yang tidak tentu. Informasi jam buka hanya bisa diketahui melalui akun Instagram @1956.stud.

"Aku bikin usaha yang nggak mengatur aku, gitu. Walaupun costumer butuhnya kan setiap ke sini buka dan ada jam pastinya, tapi aku nggak bisa ngasih itu," kata Don.

Kedai Kopi 1956 di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, Rabu (17/4/2024).Kedai Kopi 1956 di Kampung Batik Laweyan, Kota Solo, Rabu (17/4/2024). Foto: Naufal Adam

Ada Galeri Khusus di Lantai Dua

Kedai 1956 tak hanya menyuguhkan kopi. Lantai dua kedai ini dimanfaatkan untuk galeri nyentrik. Uniknya, tak semua pengunjung bebas mengakses galeri tempat memajang bermacam poster dan sejumlah karya Lukis.

"Awalnya aku nggak punya konsep, jadi aku dapat tempat dulu baru tak (saya) konsep. Itupun nggak langsung yang kayak gini, dulu awal-awal masih kosongan," kata Don menceritakan tentang galeri di lantai dua kedainya.

Don menambahkan, hanya orang yang mendapat izinnya yang bisa mengunjungi ruang galeri tersebut. Sebab, dia tidak ingin ada pengunjung yang usil seperti menjamah karya-karya yang dipajang.

Kapasitas Hanya 10 Orang

Kedai kopi ini memiliki daya tampung yang terbatas, hanya sekitar 10 orang. Don bilang, kedai nan sempit itu membawa keuntungan tersendiri, di antaranya dia bisa merawat interaksi dengan para pelanggannya.

"Sepuluh orang aja wis ketok kebak (sudah kelihatan penuh)," ujarnya. Dilarang merokok di dalam kedai. Meski demikian, pengunjung tetap bisa menyeruput kopi sambil merokok di bangku yang terdapat di muka kedai.

Menurut salah satu pelanggan, Rahmad, kedai 1956 terkenal dengan menu kopinya yang selalu berbeda.

"Mayoritas di Solo kan coffee shop yang komersil dan rasanya cuman gitu-gitu aja, nggak ada rasa yang baru. Di sini saya dapat rasa yang baru terus setiap waktu," ujar pria 20 tahun itu.

"Baristanya asik, kan nggak semua coffe shop baristanya bisa enjoy dengan customer," imbuh dia.




(dil/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads