Pemerhati sejarah asal Blora, Totok Supriyanto yang juga seorang penulis sejarah menjelaskan, makna nama jati denok yang berada di kawasan hutan di Desa Jatisari, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.
Dia mengaku tidak mengetahui secara pasti alasan penamaan jati tertua di Blora itu sehingga muncul kata jati denok ini. Menurutnya, kata denok dalam bahasa Jawa berarti anak perempuan atau perempuan yang masih kecil.
"Denok artinya anak wanita, karena mungkin pohonnya ndemblek (terdapat bagian yang membesar) sehingga disebut denok. Padahal pohonnya besar gitu masak anak kecil. Nah itu kan perumpamaan," jelas Totok.
Bentuk jati denok tidak bulat, terdapat beberapa cekungan pada pohon ini. Cekungan paling banyak yaitu di bagian pangkal. Jati denok memiliki diameter sekitar 9 meter dan butuh setidaknya tujuh rentangan tangan orang dewasa untuk mencakupnya. Batangnya pun menjulang tinggi ke langit sekitar 30 meter.
Lokasinya berada di petak 62 B, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Temetes, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanjang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung. Tepatnya berada di hutan wilayah Desa Jatisari, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.
Totok menyebut dalam penelitian yang dilakukan oleh Herman Ernst Wolff von Wulfing pada tahun 1930 dengan judul De Wildhoutbosschen op Java (hutan rimba di Jawa) juga membahas tentang jati Blora.
Jati tersebut berada di tengah hutan tepatnya di antara Dukuh Banyuurip dan Dukuh Temetes di Desa Banjarejo, Blora. Dimungkinkan jati denok yang saat ini masih ada juga termasuk di wilayah sekitar hutan tersebut. Jati yang diteliti oleh Hermas berada di petak D yang kemudian dikenal dengan istilah jati denok.
Totok lalu mengungkap tafsir lain di balik nama jati denok. Dia menjelaskan kata 'nok' dalam bahasa Jawa 'ana ing' atau 'kok' bisa juga 'gitu kok'. Jadi D dan Nok menjadi Denok artinya jati denok berada di petak D gitu kok.
"Disebut jati denok karena terletak di petak D. Maka sering disebut Jati D Nok (D gitu kok)," jelasnya.
Jati Disakralkan di Blora
Kata jati itu merupakan bahasa Jawa artinya 'tiada duanya' atau 'yang sebenarnya'. Pohon jati di nusantara memiliki nama yang sama yaitu jati.
"Yang namanya pohon jati di seluruh Nusantara ya namanya tetap jati. Kalau pohon lainnya bisa beda-beda," ujar Totok.
Sekitar wilayah jati denok terdapat sebuah dukuh bernama Dukuh Banyuurip, Desa Banjarejo. Totok menyebutkan daerah yang bernama Banyuurip menyimpan sumber minyak alami.
"Sering kali desa yang bernama Banyuurip di situ mengindikasikan bahwa desa itu terdapat latung atau minyak bumi alami," jelasnya.
Keberadaan jati denok di Perbukitan Kendeng Blora tanahnya memiliki kandungan minyak, jati denok hidup di bukit berkapur, dan dekat dengan sumber minyak bumi.
"Hutan belantara Blora itu termasuk hutan purba. Salah pohon di hutan tersebut adalah pohon jati, jati denok. Jati itu pohon endemik Blora dan disakralkan bagi masyarakat Blora," terang Totok.
Jati Denok tumbuh di petak 62 B, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Temetes, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanjang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung. Tepatnya berada di hutan wilayah Desa Jatisari, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.
Berdasarkan pantauan detikJateng, keberadaan jati denok berada di tengah hutan yang dikelola oleh Perhutani. Batang besar jati denok memiliki tinggi sekitar 30 meter dengan keliling batangnya mencapai 6,5 meter.
(apl/ams)