Jebolnya lokasi penampungan air pabrik sepatu, yang dituding sebagai pemicu banjir bandang di permukiman warga Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, membuat perwakilan perusahaan angkat bicara.
Alex Sapri, perwakilan dari PT Hardases Abadi Indonesia (HAI) mengungkapkan, banjir terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi. Namun, dirinya tidak akan menyalahkan hujan.
"Curah hujan ini kan tinggi, tapi bukan saya menyalahkan hujan ya, kondisinya memang kondisi hujan. Penampungan kami sudah penuh," kata Alex saat ditemui di pos pengungsian di Desa Wangandowo, Kamis (14/03).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pihaknya mengakui siap akan bertanggung jawab atas peristiwa banjir bandang tersebut.
"Prinsipnya, kami bertanggung jawab sepenuhnya. Apapun yang terjadi," ungkapnya.
Diakuinya, penampungan air di lokasi pabrik sepatu tersebut merupakan sebuah danau buatan yang disiapkan untuk kebutuhan air. Namun ia akui belum selesai pengerjaannya.
"Tadinya itu danau. Untuk penampungan air. Cuman pada saat ini, memang belum selesai pekerjaannya. Itu untuk penampungan air, danau buatan, tangkapan air, Resapan air," ungkapnya.
Saat dimintai konfirmasi apakah jebolnya tanggul danau tersebut sudah beberapa kali terjadi sejak dua tahun terakhir ini, Alex membantahnya. "Oh bukan, Kalau tidak salah ada dua (danau), satu sudah tutup," katanya.
Ketika awak media menanyakan berapa luasan danau buatan tersebut, Alex enggan menjelaskannya.
"Kalau ukurannya mungkin tim teknis yang lebih memahami ya," jelasnya.
Saat ini, pihaknya akan memperbaiki titik yang jebol hingga membuat air danau buatan tersebut langsung menerjang Pemukiman yang ada di bawahnya.
"Nanti akan kita perbaiki. Mudah-mudahan dari ini menjadikan pengalaman buat kami untuk lebih baik," ucapnya.
Saat awak media menanyakan apakah danau buatan itu belum bangunan permanen, Alex mengakuinya. Alasannya, belum selesai dikerjakan.
"Itu belum selesai dikerjakan. Masih dalam pengerjaan. Masih tanah. Belum diapa-apain," akuinya.
Meski begitu, Alex tidak mau ini disebut sebagai kelalaian perusahaannya saat membangun penampungan air, tidak memperhatikan kondisi di awalnya penuh dengan permukiman..
"Kalau dibilang kelalaian, ini curah hujan. Faktor alam. Bukan saya menyalahkan faktor alam. Kondisi saat ini memang seperti itu," katanya.
Saat disinggung dengan adanya korban jiwa dan banyak rumah warga yang mengalami kerusakan, Alex menjelaskan, pihaknya siap menanggung semuanya.
"Kami akan tanggung semua. Termasuk santunan bagi yang meninggal. Sendok satu pun hilang kami bertanggung jawab," ucapnya.
![]() |
Warga Ungkap Baru Pertama Kali Banjir Bandang
Sebelumnya, banjir bandang menerpa Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan pada Rabu malam (13/3) sekitar pukul 19.00 WIB. Karena peristiwa ini, ibu dan anak dilaporkan tewas karena hanyut.
Cipto (47), warga RT 01 RW 01 mengungkapkan sebelumnya mereka tidak pernah mengalami banjir bandang seperti itu.
"Selama nenek moyang kami ada di sini, tidak pernah terjadi banjir bandang seperti ini. Kemungkinan di atas lokasi pembangunan pabrik, kayak ada bendungan, terus jebol," ungkapnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Pekalongan, M Yulian Akbar senada dengan Cipto. Dia menerangkan banjir bandang diduga akibat penampungan air di pabrik jebol karena tidak bisa menahan banyaknya air akibat intensitas hujan yang tinggi.
"Ya dikabarkan seperti itu, nanti kita lakukan kajian lebih dalam soal tata ruang. Semoga ini tidak akan terjadi lagi," kata Yulian saat ditemui detikJateng.
(apu/ahr)