Fenomena upwelling di Waduk Cengklik, Boyolali menyebabkan puluhan ton ikan yang dibudidayakan petani setempat mati. Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali melakukan pemeriksaan kualitas air waduk, khususnya di keramba jaring apung (KJA).
Dengan menggunakan sejumlah peralatan, dua petugas dari Disnakan Boyolali memeriksa kualitas air di KJA milik petani di Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak. Di antaranya mengecek kadar oksigen hingga tingkat keasaman.
"Ini tadi kami melakukan pemantauan beberapa parameter. Yaitu Dissolved Oxygen (DO), tingkat oksigen dalam perairan," kata Analis Akuakultur Ahli Muda, Disnakan Boyolali, Deviet Nurmaryani, kepada para wartawan usai pemeriksaan di KJA Waduk Cengklik, Rabu (13/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikemukakan dia, pengecekan kualitas air ini sebagai tindak lanjut dari fenomena upwelling di Waduk Cengklik pada Sabtu (9/3/2024) hingga Senin (11/3/2024). Fenomena upwelling ini sudah dipicu sejak Jumat (8/3/2024).
Fenomena ini disebabkan cuaca ekstrem yaitu terjadi hujan terus menerus dan tidak ada sinar matahari. Sehingga terjadi pergerakan massa air di bawah naik ke atas. Massa air yang naik itu membawa racun seperti amoniak serta hidrogen sulfida (H2S), dan menyebabkan ikan keracunan.
Dari hasil pengecekan, jelas dia, untuk kadar oksigen dalam air, dari beberapa tempat yang diambil, rata-rata sudah membaik.
"DO-nya sendiri itu tadi ada beberapa titik yang kami ambil kita rata-rata sudah mulai membaik, sekitar 5 miligram per liter," jelasnya.
Sedangkan pH atau derajat keasaman air sekitar 4,6. Menurutnya, pH air waduk masih sedikit asam, tetapi sudah mulai membaik dibanding saat fenomena upwelling. Sedangkan suhu air 29 derajat celcius.
Menurut Deviet, kualitas air yang layak di perairan, untuk DO lebih dari 5 miligram per liter. Sedangkan pH berkisar 6-7. Lalu suhu air relatif berkisar 27-29 derajat celcius.
"Kalau kita pantau dari kualitas airnya sekarang, itu sudah mulai membaik. Dilihat dari ikan-ikannya tadi banyak yang sudah sehat, banyak yang pergerakannya sudah mulai bagus," terang dia.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani KJA Tirto Panguripan, Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Supriyanto, mengungkapkan fenomena upwelling kali ini paling parah. Karena bisa menimpa semua KJA.
Baca juga: Rusunawa Kaligawe Semarang Kebanjiran |
Upwelling kali ini menyebabkan budidaya ikan nila merah di KJA mati massal. Padahal ikan-ikan tersebut siap panen dan akan dikeluarkan selama Ramadan serta Idul Fitri. Kini yang tersisa hanya ikan-ikan yang kecil.
"Kalau yang separah ini, bisa sampai semua (KJA) kena itu baru pertama ini. Kalau biasanya ya blok-blok aja," kata Supriyanto di lokasi yang sama.
Kelompoknya mengalami kerugian 10 sampai 12 ton ikan yang mati. Petani pun hanya bisa pasrah. Upaya antisipasi ke depannya memerlukan arahan dinas terkait.
"Kami berharap mungkin nanti ada teknis tersendiri (antisipasi), entah obat, entah apa. Juga kami terbatas pengalaman dan pemahaman tadi. Selama ini kalau musim hujan kami mengatasinya dengan mengurangai memberi makannya. Bahkan sampai satu hati tidak diberi makan itu sudah kami lakukan," bebernya.
Bahkan petani juga sudah berinisiatif menaikkan jaring di keramba. Sehingga ikan tidak berenang terlalu dalam dan bisa mengurangi dampak jika terjadi upwelling.
(cln/apu)