- Contoh Khotbah Natal 1: Natal, Apakah yang Menjadikannya Penting?
- Contoh Khotbah Natal 2: Ndherek Gusti (Bagusing Ati), Setiap Hari
- Contoh Khotbah Natal 3: Allah Hadir Merengkuh Segenap Ciptaan
- Contoh Khotbah Natal 4: Bersyukur dan Bertobat
- Contoh Khotbah Natal 5: Orang yang Menerima Yesus Menjadi Anak-Anak Terang
- Contoh Khotbah Natal 6: Bagaimana Umat Kristiani Memperlakukan Natal dengan Benar?
- Contoh Khotbah Natal 7: Yesus Datang untuk Menyelamatkan yang Hilang
Ibadah Natal menjadi momen yang penuh makna bagi umat Kristen. Khotbah Natal atau renungan pun menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan tersebut.
Ibadah di hari Natal menjadi momen refleksi melalui khotbah yang menyentuh hati. Dalam khotbah, umat dapat merenungi makna cinta kasih Yesus. Pesandalam khotbah tak hanya pada pada sejarah kelahiran Kristus, tetapi juga memberikan arahan bagi umat Kristen dalam menjalani kehidupan.
Di bawah ini terdapat beberapa contoh khotbah Natal yang penuh dengan pesan dan cinta kasih. Detikers bisa menjadikan contoh ini sebagai inspirasi!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh Khotbah Natal 1: Natal, Apakah yang Menjadikannya Penting?
Khotbah Natal yang pertama ini detikJateng kutip dari laman resmi Cahaya Pengharapan Ministries.
Yang penting tentang Natal bukanlah tanggalnya karena Kristus tidak lahir di tanggal 25 Desember. Tidak ada orang yang tahu kapan Kristus dilahirkan. Anehnya, Kitab Suci tidak memberitahu kita hal yang menurut kita sangat penting ini.
Gereja mula-mula tidak pernah merayakan ulang tahun Kristus. Catatan pertama tentang perayaan untuk mengenang kelahiran Yesus adalah pada satu abad setelah kematiannya dan itu pun tidak mencantumkan tanggalnya. Gereja Ortodoks Timur percaya Kristus dilahirkan pada 6 Januari dan Gereja Armenia merayakan pada tanggal 19 Januari.
Seorang sarjana Alkitab, Frank R. Klassen, menyakini bahwa Kristus dilahirkan pada tanggal 1 April. Teorinya adalah ini menjelaskan asal usul April Mop (April Fools) karena barangsiapa yang memperingati tanggal kelahiran Yesus disebut sebagai orang-orang bodoh (fools).
Sejarah memberitahu kita bahwa Kaisar Konstatinlah menetapkan tanggal 25 Desember sebagai ulang tahun Kristus di tahun 336 M. Dan hal ini pun dilakukannya karena tekanan politik. Tanggal itu merupakan perayaan Saturn, ulang tahun bagi dewa Matahari. Perayaan tahunan orang kafir ini selalunya berlangsung selama dua minggu yang melibatkan pesta, persembahan musik, juga saling menukar kado dan libur panjang dari pekerjaan. Kaisar Konstatin yang merupakan Kaisar Kristen yang pertama memilih tanggal 25 Desember dan menggantinya sebagai hari di mana orang banyak bisa menghormati Kristus, Terang dunia dan bukannya ilah-ilah orang kafir yaitu Saturn dan Matahari.
Jadi jelaslah bahwa yang penting tentang Natal bukanlah tanggalnya. Kalau demikian, apa yang membuat Natal spesial dan tetap dirayakan oleh orang Kristen di seluruh dunia sekalipun mereka tahu bahwa tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus?
Bagi kebanyakan orang, Natal itu lebih dari hanya tradisi, materialisme atau alasan untuk berpesta pora. Natal adalah tentang suatu pribadi, yaitu Yesus Kristus. Dan Natal adalah waktu untuk meninggikan dia dan memperingati apa yang telah Yesus Kristus dan Allah Bapa lakukan buat umat manusia.
Natal seharusnya suatu kesempatan bagi kita untuk memperingati semangat dari kehidupan Yesus. Biarlah kita perpegang pada semangat yang ada pada Paulus, "Siapa yang berpegang pada suatu hari tertentu, ia melakukannya untuk Tuhan." (Roma 14.6)
Jadi jika kita merayakan Natal, kita harusnya merayakannya di dalam cara yang memuliakan Tuhan. Tempatkan Allah dan Kristus-Nya di tempat yang utama, ditinggikan, dimuliakan dan dibesarkan di dalam kehidupan, bukan saja pada hari Natal tapi pada setiap hari.
Kado Natal yang paling besar adalah Kristus, "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan dia Yesus, karena dialah yang akan menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka."(Mat 1.21). Kristus adalah karunia yang tak terkatakan seperti yang dikatakan Paulus di 2 Kor. 9.15, "Syukur kepada Allah karena karuniaNya yang terkatakan itu!" Kristus adalah karunia dari Allah yang tak terkatakan buat umat manusia.
Pada hari Natal kita memperingati bahwa Allah mengutus anak-Nya untuk menjadi Juruselamat dunia (1 Yoh. 4.14).
Di hari kelahiran Yesus kita memperingati bahwa, "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan (Lord), di kota Daud. Kristus adalah satu-satunya Penyelamat! Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Kristus, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Pada hari Natal, kita memperingati bahwa kita diselamatkan di dalam nama Yesus.
Upah dosa adalah maut, tapi karunia Allah adalah hidup kekal lewat Yesus Kristus, Tuhan kita (Roma 6.23). Pengampunan bagi dosa-dosa kita dan hidup baru yang berkelimpahan, itulah tujuan kelahiran, hidup dan kematian Yesus dan itulah yang menjadikan Natal penting.
Contoh Khotbah Natal 2: Ndherek Gusti (Bagusing Ati), Setiap Hari
Selanjutnya, detikJateng mengutip contoh khotbah Natal dari laman resmi Greja Kristen Jawi Wetan. Berikut contoh khotbah lebih lengkapnya.
Pendahuluan
Pernahkah anda bertemu dengan seseorang yang jika bertemu dengan anda, orang itu akan memberikan sapaan, "Selamat Natal". Salam itu diucapkannya baik di waktu pagi, siang, sore atau malam. Ucapannya khas, "Selamat Natal". Dengan ucapan tersebut serasa bahwa setiap hari kita diajak natalan. Secara ritual atau ibadah (kebaktian), tidak mungkin setiap hari kita menghadiri perayaan Natal karena Hari Raya Natal ditetapkan dalam kalender tanggal 25 Desember setiap tahunnya, dan gereja-gereja diberi kesempatan untuk merayakan Hari Natal di sekitar Bulan Desember dan Januari.
Ya! Mungkin sekedar salam, namun kalau kita hayati, menghayati Kristus yang lahir dalam hidup kita, mestinya memang setiap hari. Setiap hari Ia hadir, Ia lahir, dalam hidup kita dalam hati kita, dan kita merayakan keseharian kita bersama Yesus yang lahir dan hadir di tengah dunia, yang lahir dan hadir dalam hati dan hidup kita sehari-hari.
Isi
Bacaan kita hari ini berbicara kepada kita bagaimana Allah campur tangan dan turun tangan dalam pemulihan dan kelepasan hidup manusia dalam berbagai macam pergumulan dan deritanya. Cara Allah membawa kelepasan dan pemulihan dalam hidup manusia itu ditunjukkan dengan menghadirkan terang dalam hidup.
Pada bacaan yang pertama, melalui nabi Yesaya, Allah berbicara tentang datangnya seorang pelepas yang pada suatu hari akan menuntun umat Allah kepada sukacita, damai sejahtera, kebenaran, dan keadilan. Pribadi itu adalah Mesias, Yesus Kristus, Anak Allah. Nubuat ini menyatakan beberapa hal penting tentang Mesias yang akan datang, misalnya:
Ia akan membawa terang keselamatan dan pengharapan (Yes. 9:1).
Ia akan membawa damai sejahtera dengan membebaskan umat-Nya dari kuk penindasan (Yes. 9:3-4).
Mesias akan datang dan Ia akan dinamakan Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (Yes. 9:5).
Ia akan memerintah umat Allah untuk selama-lamanya (Yes. 9:6).
Dalam bacaan yang kedua, diterangkan bahwa nubuatan akan kelepasan kehidupan itu, semata-mata adalah kasih karunia atau perkenan Allah sendiri. Kasih Karunia itu dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus itu telah menjadi nyata, menjadi kongkrit, tidak dalam angan-angan dan imajinasi lagi, tetapi telah mengejawantah. Maka dapat kita hayati Surat kepada Titus ini hendak menjelaskan kepada pembacanya, bagaimana fondasi teologis bagi kehidupan orang Kristen. Kasih karunia secara sederhana dapat dipahami yang memberi tidak berkewajiban, yang menerima tidak berhak. Kasih Karunia bekerja atas perkenan Allah itu:
Mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, artinya meninggalkan perilaku yang menjauhkan diri dari pengajaran Tuhan. Kasih karunia Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus mengajak diri kita untuk hidup bijaksana, adil, dan beribadah dalam keseharian di masa sekarang, kini dan di dunia sekarang ini dengan segala tantangannya. Tidak banyak orang mau dididik, karena mengandalkan pengertiannya sendiri (bdk. Amsal 3:5).
Mengajak kita untuk berpengharapan di dalam cinta kasih Tuhan yang sudah menyerahkan diri-Nya bagi kita, yang membebaskan kita dari segala kejahatan, yang menguduskan kita, sehingga mengajak kita dengan penuh syukur hidup di dalam dan melalui kebaikan kasih karunia Allah itu sendiri. Hal ini bukan berarti kasih Allah itu membutuhkan timbal balik kita, tetapi semangat Natal, Kristus yang telah lahir, yang kita kenal adalah Kristus yang menjadikan hidup kita dalam kerahiman kasih Allah Bapa, yang adalah upaya sorga mencapai dunia yang telah nyata di dalam dan melalui Kristus.
Bacaan ketiga hari ini menyuguhkan kepada kita:
Pertama, kasih karunia dan perkenan Allah itu telah nyata bukan hadir pada saat situasi baik-baik saja. Pada malam Natal yang pertama, yang terjadi adalah kekacauan. Injil Lukas menghubungkan kelahiran Yesus dengan Kaisar Agustus (memerintah 27 S.M.-14 M.). Dia adalah seorang kaisar yang keras. Sehingga, sensus pada waktu itu dilakukan untuk menaikkan pajak. Sensus itu pulalah yang memaksa Maria dan Yusuf pergi ke Yerusalem (minimal, ditempuh dalam lima hari perjalanan). Maria yang hamil harus berjalan sedemikian jauh. Sungguh suatu kondisi yang tidak ideal. Bagaimana keadaan kita mengikut Yesus, seringkali kita dapati keadaan hidup yang tidak ideal. Namun dalam segala pergumulan dan kekacauan itu, Kristus mau lahir dan hadir bagi dunia ini, Kristus yang sama tentunya juga mau lahir dan hadir dalam hidup kita.
Kedua, bayi Yesus Kristus diletakkan dalam palungan (Ay. 7). Ini menunjukkan bahwa Yesus lahir dalam kondisi yang paling tidak ideal. Allah yang menjelma menjadi manusia memilih terlahir dalam kondisi seperti itu untuk memberi harapan bagi kita. Dalam cobaan hidup yang berat, Maria dan Yusuf tetap taat untuk menjalankan panggilan Tuhan.
Ketiga, isi pengumuman malaikat (Ay. 11-12, 14). Kaisar Agustus merupakan pemimpin yang membawa kekaisaran Roma ke dalam masa keemasan. Pada masa itu, dunia mengenal Pax Romana (perdamaian Roma) dan Pax Agusta (Perdamaian Agustus). Namun warta Injil Lukas, kehebatan Kaisar tidak ada apa-apanya dengan Yesus karena malaikat memberitakan "damai di bumi" (Ay. 14).
Keempat, kunjungan para gembala (Ay. 15-16, 20). Allah memilih para gembala lokal, yang status sosialnya sangat rendah, sebagai kalangan yang pertama menerima berita kelahiran Yesus dari malaikat. Ini menunjukkan adanya pengharapan bagi semua manusia.
Penutup
Lalu apa kaitannya berita Natal dengan hidup kita, kini dan di sini? Baiklah kita merenungkannya. Salah satu pengajaran kearifan luhur mengatakan, "Gusti iku dumunung ana atining manungsa kang becik, mula iku diarani Gusti iku bagusing ati." (Tuhan berada di dalam hati manusia yang baik, oleh sebab itu disebut Gusti (bagusing ati). Pertanyaannya: Apakah Gusti Yesus bertahta dalam hidup kita sehari-hari? Apakah Gusti Yesus menjadi semangat hidup kita untuk menjalani kehidupan sehari-hari? Apakah hati kita siap diubahkan oleh kelahiran serta kehadiran Tuhan? Saat kita kemrungsung (kacau balau), maukah kita diubahkan untuk menjadi taat dan rendah hati menghayati kehendak-Nya? Selamat Natal. Sumangga ndherek Gusti (bagusing ati) saben ari. Amin.
Contoh Khotbah Natal 3: Allah Hadir Merengkuh Segenap Ciptaan
Masih dari laman Greja Kristen Jawi Wetan, berikut adalah contoh khotbah Natal dengan tema 'Allah Hadir Merengkuh Segenap Ciptaan'.
Pendahuluan
Suatu hari terjadi hujan salju sehingga cuaca hari itu begitu dingin. Seorang pria melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya. Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.
Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini, pikir pria itu. Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka? Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam. Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju.
Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tetapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang hangat itu. "Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan," kata pria itu pada dirinya sendiri, "dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman." Pria tersebut berpikir untuk menjadi sama dengan burung, sehingga dapat membawa burung masuk ke dalam kandang.
Isi
Kisah natal sesungguhnya adalah kisah tentang kehadiran Allah yang menjadi dekat dengan manusia dalam diri Yesus Kristus. Injil Yohanes memakai gambaran mengenai ho logos (Firman). Pada ayat 1 dikatakan demikian "Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." Firman Allah dihubungan dengan kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian 1. Pada Yohanes 1:3 disebutkan demikian "Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Firman (ho logos) yang semula bersama-sama Allah, mewujud dalam diri Tuhan Yesus.
Pada ayat 14 dikatakan demikian "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran." Dalam Bahasa Yunani, αΌΟκὡνΟΟΡν αΌΞ½ αΌ‘ΞΌαΏΞ½ (Γ¨skΓ©nosen Γ¨n hemin). Firman itu berdiam di antara kita." Kata kerja "berdiam" secara harafiah berkemah, mendirikan tenda. Dulu umat Israel merasakan pengalaman kehadiran Allah dalam "Kemah Suci". Dalam kemah itu bersemayam Tabut Perjanjian Allah. Bangsa Israel mengalami dan menyaksikan pengalaman penyertaan Allah itu. Melewati padang gurun dan berhadapan dengan pelbagai musuh juga tantangan dapat mereka atasi karena kehadiran Allah bersama mereka. Rupanya Allah tidak pernah lelah dalam membangun komunikasi dengan manusia. Firman itu tidak menjauhi manusia melainkan masuk ke dalam kehidupan manusia. Di dalam Yesus, firman yang semula bersama-sama dengan Allah dan yang merupakan kesatuan utuh dengan Allah itu kini hadir dalam diri manusia Yesus. Yesus sebagai Firman Allah dan shekinah (kehadiran) Allah, kemuliaan dan kasih setia Allah menjadi tampak dan terungkap di dunia.
Hal ini terungkap pula dalam bacaan kedua, Yesus juga disebut sebagai kemuliaan Allah. Dalam Ibrani 1:3 dikatakan demikian "Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan segala firman-Nya yang penuh kekuasaan." Sang Firman yang penuh dengan kekuasaan itu telah mewujud dalam diri Tuhan Yesus. Dalam diri Yesus kita dapat melihat kemuliaan Allah. Dalam diri Yesus tindakan penyelamatan Allah dikerjakan. Yesus sebagai Firman Allah yang menjadi manusia adalah jalan yang baru dan paling penuh bagi Allah untuk mengungkapkan diri-Nya kepada manusia.
Firman itu merasuk dan menembus rasa, logika, bahasa dan budaya manusia. Ia sungguh nyata, karena sesungguhnya tutur-Nya menjadi hidup di dalam diri-Nya. Bukan hanya sebatas teori, dogma. Namun diperagakan dan dipentaskan secara nyata dalam keseluruhan hidup-Nya. Kehadiran Yesus adalah wujud nyata dari penggenapan keselamatan yang dijanjikan oleh Allah. Dalam janji Allah pada Yesaya 52:10 dikatakan demikian "TUHAN telah menunjukkan tangan-Nya yang kudus di depan mata semua bangsa; maka segala ujung bumi melihat keselamatan yang dari Allah kita." Melalui Yesus maka seluruh ujung bumi melihat keselamatan yang dari Allah. Keselamatan yang Allah kerjakan melalui Yesus tidak hanya bagi manusia namun bagi seluruh alam, seluruh ciptaan. Salah seorang Teolog Feminis Katolik, Elizabeth Johnson, menyatakan bahwa manusia, Yesus adalah mahkluk hidup dan semua kehidupan berasal dari satu sel yang hidup dan berkembang. Yesus terhubung dengan semua materi yang menyusun alam semesta ini, oleh karena itulah inkarnasi Allah tidak lagi dipahami sebagai Allah yang menjadi manusia saja, melainkan Allah yang menjadi bagian dari seluruh alam semesta ini. Keselamatan tidak hanya bagi golongan tertentu, namun bagi semua orang yang bersedia menerima keselamatan yang dikerjakan melalui-Nya.
Penutup
Saudaraku, tak jarang realitas hidup yang terjadi membuat kita meratapi kehidupan. Keputusasaan, kesedihan, kedukaan, kekerasan menjadi bahasa yang semakin sering kita jumpai. Realita hidup ini juga semakin menyadarkan kita akan kemelekatan kerapuhan kita sebagai ciptaan. Melalui peristiwa Natal Allah yang Mahamulia mau hadir di dunia yang rapuh. Bergumul, menderita, merasakan pahit getirnya kehidupan akibat dosa dan mengangkat manusia dari dosa supaya mengenal hidup yang sesungguhnya. Pada saat yang sama dalam kehadiran-Nya, Ia menginginkan manusia yang telah mengecap kasih karunia-Nya dapat mengerjakan apa yang telah dikerjakan-Nya.
Natal adalah merengkuh seluruh ciptaan. Kehadiran Allah di tengah seluruh ciptaan. Natal patut kita rayakan sebagai wujud dari cinta kasih Allah yang mau masuk ke dalam kerapuhan manusia agar manusia mengerti bahasa cinta kasih-Nya. Melalui Yesus, manusia dapat melihat jalan keselamatan. Seperti halnya ilustrasi pada bagian pembuka, melalui Yesus manusia dapat mengerti dengan lebih jelas karya dan kehendak Allah bagi dunia. Hanna Arendt pernah menyampaikan bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki kemampuan kreatif untuk melahirkan sesuatu yang baik bagi lingkungan masyarakat. Kemampuan kreatif ini merupakan cerminan dari Allah yang selalu melakukan tindakan-tindakan kreatif dalam mengupayakan keselamatan ciptaan. Melalui hal inilah akan membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi kehidupan yang senantiasa memperbarui dunia. Allah yang tak terbatas dan terjangkau oleh ciptaan itu menjadikan diri-Nya terbatas untuk menjangkau dan merengkuh seluruh ciptaan dalam persekutuan cinta kasih-Nya yang kekal. Amin.
Contoh Khotbah Natal 4: Bersyukur dan Bertobat
Contoh khotbah Natal keempat ini dihimpun detikJateng dari laman resmi SMPK Santo Petrus Jember dengan tema 'Bersyukur dan Bertobat'.
Daud menaikkan sebuah doa pengakuan dosa di hadapan Tuhan dalam Mazmur 51, ayat 9-13, "Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu."
Sadarkah kamu bahwa doa pengakuan dosa itu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk manusia panjatkan di hadapan Tuhan? Betul bahwa Tuhan sudah memberikan kasih karunia-Nya dan mengampuni hidup manusia. Akan tetapi jangan sampai kita lupa bahwa doa yang kita panjatkan di hadapan Tuhan menunjukkan tidak ada selubung di dalam hati kita, agar nurani kita tidak tertuduh. Seringkali manusia merasa hidupnya tidak layak untuk datang kepada Tuhan karena ada nurani yang tertuduh di dalam hatinya. Saat kita menyatakan pengakuan di hadapan Tuhan, itu berarti kita punya niat hati yang serius untuk mau berubah, bukan saja berhenti pada keselamatan diri sendiri, tetapi kita akan diberikan kerelaan hati untuk memberitakan keselamatan yang dari Tuhan bagi sesama.
Pentingnya membangun kehidupan doa karena doa bukan sekadar mengubahkan diri kita tetapi membuka sebuah pintu terobosan bagi hidup kita untuk melangkah dalam tujuan dan kehendak Tuhan. Bicara tentang berbalik, kita manusia seringkali senang hidup dalam kekeliruan artinya hidup tidak sesuai dengan aturan, sering melakukan pelanggaran. Hal yang tidak teratur ini kita tinggalkan, kita menata hidup menjadi lebih baik, yaitu baik dihadapan Tuhan dan sesama=BERBALIK.
Manusia hari-hari ini masih suka hidup mengelompokkan dosa dalam skala besar dan kecil. Dosa besar itu seperti membunuh, berzinah, merampok, dan dosa kecil itu seperti berbohong, mengingini milik sesama dalam hati, ngomong kotor, dan lain sebagainya. Kebenarannya adalah tidak ada dosa besar maupun dosa kecil. Setitik noda pada sebuah pakaian juga sudah membuat pakaian tersebut terlihat kotor, pakaian yang kotor akan kita cuci sampai bersih, demikianlah dosa. Kalau kita sudah tahu berdosa tentu kita berusaha untuk mohon ampun dari Tuahn dan harus ada pembuktiannya dalam hidup nyata, ada aksinyatanya yang dapat dilihat oleh orang lain.
Di mata Tuhan tidak ada dosa kecil maupun dosa besar. Dosa tetaplah mendatangkan maut sehingga dari pihak Tuhan, Ia memutuskan untuk membereskannya bagi kita. Allah sungguh mencintai manusia ciptaan-Nya.Allah tidak mau manusia hidup dalam penderitaan dan diselimuti oleh dosa. Dosa itu menjadi pemutus hubungan Allah dengan manusia, melihat keadaan itu, maka Ia mengutus Putera-Nya lahir ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Pengorbanan Yesus di atas kayu salib merupakan bukti nyata bahwa Ia sungguh mengasihi kita, Ia tidak rela kita mati binasa, sehingga Ia menjadi jalan itu sendiri, barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Jangan meremehkan dosa kecil! Segala sesuatu yang kecil bisa menjadi besar kalau tidak ada 'pemberesan' di hadapan Tuhan. Pemberesan dari pihak Tuhan bagi kita sudah selesai! Tetapi dari pihak kita untuk mengakui di hadapan-Nya juga merupakan sesuatu yang sangat penting. Tujuannya supaya tidak ada nurani yang mendakwa dan menolak dirimu untuk datang mendekat kepada Tuhan. Tidak ada dosa yang sangat besar sehingga Tuhan tidak sanggup mengampuninya bagi kita.
Sebesar apapun dosa yang kita lakukan, tidak akan pernah tersembunyi dari Tuhan, Ia pasti melihat dan mengetahui apa yang terjadi/kita lukan dalam kehidupan kita. juga tidak ada dosa yang terlalu kecil sehingga kita berpikir tidak perlu datang membereskannya di hadapan Tuhan. Dan akar dari segala dosa sesungguhnya hanya satu, yaitu tidak mempercayai keberadaan Tuhan di dalam hidup kita. Kita sering lupa bahwa hidup kita ini berasal dari Tuhan, bukan hanya itu, bahkan hidup kita adalah mlik Tuhan. Hukum yang terutama adalah KASIHILAH TUHAN ALLAHMU dengan segenap hatimu. Dan bila kasih Allah tinggal dalam hidup seseorang, dia tidak akan menikmati dosa yang sedang atau pernah ia lakukan. Untuk lepas dari dosa Gereja mengajarkan kepad kita adala lewat PERTOBATAN/MENGAKU DOSA. (bdk perintah Gereja yaitu : mengaku dosalah sekurang-kurangnya 2 X setahun) "Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya." (Yeremia 17:10)
Situasi sekarang ini merupakan situasi yang sangat membutuhkan kehadiran kita sebagai manusia. Menjadi seorang manusia yang BERSYUKUR dan BERTOBAT. Bersyukur dan bertobat untuk sampai pada makna hidup yang di penuhi oleh kasih yang menyelamatkan dari Tuhan. Seperti tema Natal yang diangkat pada tahun ini "Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan". Tema tahun ini benar-benar menuntut kita wujudkan dalam hidup nyata, sebab kita semua tahu dan menyadari begitu banyak musibah yang terjadi di tengah dunia ini. Semua itu membuat manusia berada dalam ketakutan, kebingungan, bahkan banyak yang sampai kehilangan yang sangat berharga baginya seperti: orang tua, saudara hingga harta miliknya habis dan hilang. Cinta kasih Kristus bukan hanya dengan ungkapan saja, namun cinta kasih yang penuh pengorbanan.
Itu semua bukanlah hanya kemauan Kristus, perlu kita pahami bahwa Allah yang merencanakannya, maka Yesus sampai mati di kayu salib merupakan konsekwensi terhadap tugasnya Demikian juga dengan kita yang masih hidup, dan tidak mungkin lepas dari kehidupan orang lain. Dengan situasi ini, kita diberikan pertanyaan, "Apakah aku mau dan mampu berkorban untuk saudara dan orang lain? Banyak saudara kita yang sangat membutuhkan uluran tangan, mengharapkan kasih yang tulus dari diri kita. Saudara-saudara yang terdampak virus corona belum selesai, sekarang sudah ada lagi sesama yang menderita karena bencana alam. Mereka- mereka ini merindukan pertolongan, merindukan pendampingan, mengharapkan kasih yang tulus dari semua oranng termasuk diri kita.
Semoga kasih Kristus yang menggerakkan hati kita untuk mampu membantu dan peduliu kepada saudara-saudara kita yang mengalami bencana ataupun yang korban karena erupsi gunung semeru. Rela ataupun siap membantu adalah wujud pertobatan kita dan rasa syukur karena masih mampu membantu orang lain yang sangat membutuhkan bantuan kita.
Membantu orang lain adalah hal yang harus disyukuri, karena harus dipahami bahwa Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita, untuk mewujudkan Kerajaan Allah kepada saudara-saudara kita yang sedang berkesusahan karena bencana alam, ataupun karena virus corona yang sangat jahat. Bila hal ini sungguh-sungguh kita lakukan dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih, yakinlah dan percaya pada kasih Tuhan, hidup kita akan dimudahkan, itu pula yang harus kita syukuri.
Betobat berarti berbuat sesuatu yang sangat berarti bagi orang lain terlebih-lebih untuk perkembangan iman kita. Mengembangkan iman bukanlah pekerjaan yang gampang atau yang berkembang begitu saja, tetapi lewat cobaan, ujian atau peristiwa hidup yang sangat pahit. Kalau kita belum pernah mengalami yang sakit, maka kita tidak akan pernah mengerti artinya iman, tidak pernah paham sepenuihnya akan penyertaan Tuhan. Saat kita jatuh dalam kesulitan mungkin karena ekonomi, karena penyakit atau bisa juga karena ditipu saudara, teman dekat kita, bila kita tidak punya pandangan iman yang positif, maka semua peristiwa hidup itu menjadi suatu beban sehingga pikiranpun menjadi tak terarah bahkan bisa mengarahkan kita kepada keputusasaan. Namun, bila kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan atau dikatakan pandangan iman yang positif, maka hal itu akan membawa kita kepada pertobatan dan semakin dekat dengan Tuhan. Kita hadir dalam persekutuan dengan jemaat di gereja, mengikuti perayaan ekaristi dengan berdisposisi yang baik dan tulus.
Penderitaan bukan menjadi akhir dari segalanya dalam hidup ini. Perubahan ini disebut juga orang yang mau bersyukur. Jadi bersyukur itu bukan hanya saat bahagia, berhasil atau senang saja, tetapi dalam masa yang sulitpun kita tetap bersyukur. Buah-buah pertobatan adalah perubahan karakter dari manusia lama yang penuh dengan dosa menjadi manusia baru yang semakin hari semakin disempurnakan menjadi serupa dengan Kristus, memiliki karakter Kingdom of God.(Kerajaan Allah). Karakter-karakter yang diam dalam Kerajaan Allah adalah karakter yang mau bersyukur dan bertobat, mau membantu orang yang susah, tidak menjelekkan sesamanya, tidak memfitnah saudaranya, tidak malas berdoa. Hal ini yang juga Tuhan minta dari setiap kita untuk menghasilkan buah-buah pertobatan. Jangan pernah berpikir Allah baik, penuh pengampunan dan anugerah-Nya berlimpah-limpah sehingga kita lupa atau tidak berbuah. Kalau kita masih ada di dunia ini, artinya Tuhan ingin kita menghasilkan buah-buah pertobatan. Rasul Paulus berkata hidup adalah untuk berbuah (Fil. 1:22). Berbuah berarti berguna bagi orang lain. Kini kita sedang dalam masa penantian kelahiran Yesus Kristus yang disebut dengan NATAL. Banyak hal yang harus kita persiapkan dalam penantian ini, terutama hal hati dan pikiran kita harus segera diperbaharui, cara pandang terhadap kehidupan kita dan orang lain. Meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan, meningkatkan iman sangat penting.
Kalau zaman dahulu, katakan saat saya masih sekolah minggu, kalau sudah menjelang NATAL, semua orang pasti sibuk, ngapain? Menghias rumah dengan lampion, pohon Natal, assesoris Natal, membuat kue dan macam-macam yang dilaksankan. Kebiasaan itu merupakan Natal sudah dekat, Kerajaan Allah sudah dekat. Menjadi orang Kristen bukanlah sekadar memeluk sebuah agama dan menjalani rutinitas ibadah, melainkan bertumbuh menjadi seperti Kristus. Terlibat aktif dalam tugas-tugas liturgi di gereja dan di lingkungan kita. Iman janganlah menjadi iman musiman. Artinya kalau Natal kita datang ke gereja, selainnya kita selalu sibuk, atau ada juga ke gereja kalu tugas saja. Misalnya anak-anak remaja sekarang ini, datang kegereja bila ada tugas sebagai misdinar, selainnya tidak pernah ke gereja. Itupun bukanlah tanda iman yang berkembang. Iman semakin besar hanya dapat terjadi jika kita menyerahkan hidup kepada-Nya sehingga Dia hidup di dalam kita. Perubahan yang dikerjakan Allah di dalam hidup kita pun akan terlihat dari luar melalui buah yang kita hasilkan.
Marilah menjalani hidup selaras dengan kehendak Kristus, agar buah hidup kita dapat dinikmati orang lain, sebab kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk orang lain.
Contoh Khotbah Natal 5: Orang yang Menerima Yesus Menjadi Anak-Anak Terang
Berikut ini adalah contoh khotbah Natal yang dikutip dari laman resmi Gereja Masehi Injili di Minahasa.
Jemaat yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus Kristus,
Jika ditanya kepada kita sekalian 'apa makna Natal untuk kita tahun ini'? Jawaban yang akan muncul pasti beragam. Ketika ditanyakan pada seorang anak sekolah minggu, kemungkinan ter-besar ia akan menjawab bahwa natal tahun ini menjadi kesempatan memperoleh peran dalam drama natal di gereja, kesempatan untuk memperoleh baju baru, sepatu baru dan lain sebagainya. Ia juga bisa menjawab bahwa natal dapat menjadi tempat berkumpul bersama sanak saudara, baku pasiar, makan kukis, minum coca-cola, sprite dan lain-lain.
Ketika pertanyaan ini dialamatkan kepada seorang Pelayan Khusus, tentu saja jawaban yang akan muncul berbeda. Natal adalah kesibukan pelayanan yang padat dan menumpuk, belum lagi harus mengurus berbagai kegiatan natal di berbagai aras pelayanan, membeli dan kemudian membagikan cenderamata natal kepada anggota jemaat di kolom, dan lain sebagainya.
Selain kedua contoh di atas, ada juga berbagai pengalaman dan pemahaman tentang natal yang bisa saja berbeda berdasarkan konteksnya. Secara umum dan global, natal dapat disimpulkan sebagai 'pengulangan tradisi' (tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, "diteruskan") adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Mengapa dikatakan demikian? Apakah Natal sekedar 'pengulangan tradisi' semata? Tidakkah itu terlalu mengerdilkan esensi Natal yang sesungguhnya?
Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang... Ayat 9 pembacaan kita berkata demikian, adakah terang yang palsu? Yesus Kristus yang kita aminkan sebagai Bayi Natal adalah Terang itu, Terang Dunia. Ia adalah Terang yang menerangi manusia yang hidup dalam kegelapan dosa. Sebagai Terang, Ia menunjukkan jalan hidup menurut kehendak Allah, lepas dari belenggu dosa. Dalam kehidupan kekristenan kita, jujur mau dikatakan bahwa seringkali perayaan natal seperti merayakan terang yang palsu bukan terang yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan kecenderungan kita lebih mementingkan atau menonjolkan sisi material daripada spiritual. Tradisi yang dilakukan berulang-ulang disetiap tahun telah terkonta-minasi oleh prilaku kita yang merayakan natal tanpa menyertakan makna sesungguhnya tentang kelahiran Kristus, sang Mesias, dan mungkin kita yang berada dalam ruang ibadah ini merupakan salah satu yang merayakannya tanpa makna.
Momentum natal ini berbagai gelar diberikan kepada Yesus. Anak domba Allah, Raja Damai, Juruselamat, dan lain sebagainya. Orang lantas mengulangi itu tahun demi tahun, periode demi periode, dekade demi dekade, dan seterusnya. Pertanyaan bagi kita sekarang, apakah kelahiran Kristus yang kemudian diberi berbagai gelar itu memberi arti dan makna yang signifikan bagi kita sekalian? Ia telah lahir, hidup dan berkarya kurang lebih 2000 tahun silam. Ayat 10 pembacaan kita berkata Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Apakah kita dan kehidupan kita telah menunjukkan bahwa Ia pernah ada dan berkarya di dalam dunia ini? Semestinya kitalah yang memper-kenalkan bahkan menyatakan kehadiran-Nya di dunia ini melalui pikiran, perkataan dan perbuatan sehingga dunia yang tidak mengenal-Nya akan mengenal-Nya melalui pola hidup kekristenan kita. Ayat 11 kemudian berkata Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya, secara transparan mengoreksi hidup kekristenan kita dalam mera-yakan natal-Nya sekaligus mengingatkan kita untuk terus berupaya mengembalikan tradisi ini kepada menguatkan sisi spiritual terutama kepada anak-anak kita. Sehingga tidak akan nada lagi pertanyaan, apakah kita sebagai pribadi, keluarga maupun persekutuan jemaat telah menunjukkan kehidupan orang-orang yang sudah menerima Yesus?
Orang-orang yang menerima Kristus seperti yang dikatakan Lukas 6:35-36 berkata: "Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. "Jadi sikap dan perilaku mengasihi musuh, ber-buat baik serta meminjamkan dengan tidak mengharapkan balasan merupakan ciri-ciri orang yang disebut anak-anak Allah. Matius 5:9 membawa kita kepada suatu pandangan baru bahwa anak-anak Allah adalah mereka yang di dalam hidupnya membawa damai.
Demikianlah saudara-saudara, lewat momentum Natal ini, Firman Tuhan mengajak kita untuk merenungkan kembali eksistensi diri kita di tengah dunia ini. Marilah kita menjadi bagian dari arak-arakan umat yang menerima Yesus dan hidup sebagai anak-anak Allah, jangan kita hanya hanyut dalam pengulangan tradisi Natal tahun demi tahun, tanpa mengenal maupun menerima Yesus di dalam diri, keluarga, bahkan persekutuan jemaat. Selamat Hari Natal Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Contoh Khotbah Natal 6: Bagaimana Umat Kristiani Memperlakukan Natal dengan Benar?
detikJateng mengutip contoh khotbah Natal keenam ini dari laman resmi Injil Turunnay Kerajaan Tuhan.
Asal Usul Natal
Setiap tahun, saat Natal mendekat, toko-toko di jalan mengatur pajangan hadiah Natal yang mempesona, dengan Sinterklas dan pohon Natal, dan sebagainya. Dihiasi pohon-pohon dan di gedung-gedung ada banyak lampu warna-warni, dan seluruh kota dihiasi dengan lentera dan gantung berwarna, dan di mana-mana ada kegembiraan dan keramaian. Bagi agama Kristen dan Katolik, Natal adalah hari libur yang sangat istimewa, dan beberapa bulan sebelum Natal, banyak gereja akan mulai menyibukkan diri untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk liburan Natal. Pada Hari Natal, gereja-gereja dipenuhi, dan saudara-saudari terlibat dalam perayaan, makan malam Natal, mengadakan pertunjukan dan menyembah Tuhan Yesus, dan sebagainya. Wajah semua orang memerah karena kebahagiaan. Namun, ketika kita berkumpul dalam pesta yang meriah untuk merayakan kelahiran Tuhan Yesus, apakah kita memahami makna Natal? Mungkin saudara dan saudari akan berkata, "Tuhan Yesus dipakukan di kayu salib untuk menebus seluruh umat manusia, dan untuk mengingat dan merayakan kelahiran Tuhan Yesus, orang Kristen merayakan Natal. Meskipun hari tertentu di mana Tuhan Yesus lahir tidak dicatat dalam Alkitab, Natal secara bertahap menjadi hari libur universal setelah perluasan Injil Yesus Kristus." Kita mungkin telah mengetahui hal ini, tetapi apakah kita mengetahui kasih dan kehendak Tuhan bagi kita yang sebenarnya yang tersembunyi di balik kelahiran Tuhan Yesus? Dan bagaimana seharusnya kita merayakan Natal dengan cara yang berkenan di hati Tuhan?
Tuhan Yesus Lahir Karena Kasih Tuhan dan Keselamatan Umat Manusia
Pada awalnya, Yahweh bekerja dalam bentuk Roh di antara manusia, Dia memakai Musa untuk menyatakan hukum dan perintah-Nya, Dia membimbing umat manusia bagaimana hidup di bumi, Dia membuat manusia tahu apa yang baik dan apa yang jahat, bagaimana menyembah Tuhan, dan seterusnya. Tetapi ketika Zaman Hukum Taurat akan segera berakhir, karena umat manusia semakin dirusak oleh Iblis, manusia tidak dapat mematuhi hukum dan tidak ada lagi korban penghapus dosa yang dapat mereka persembahkan untuk menebus dosa-dosa mereka; orang-orang menghadapi bahaya dikutuk dan dihukum mati oleh hukum setiap saat. Tuhan tidak tega melihat umat manusia yang Dia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, dihancurkan sedemikian rupa. Agar umat manusia dapat bertahan hidup, oleh karena itu, Tuhan turun dari surga dan berinkarnasi sebagai Tuhan Yesus Kristus, Dia muncul dan melakukan pekerjaan-Nya, Dia telah mengungkapkan "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 4:17). Dia mengajar manusia untuk bersikap toleran, sabar dan mengasihi musuh mereka, dan memaafkan orang sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali. Dia juga menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan, dan melakukan banyak tanda dan keajaiban dan, pada akhirnya, Dia dipakukan di kayu salib, dengan demikian menebus umat manusia dari dosa-dosanya. Selama kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita dan dengan tulus berdoa kepada Tuhan, mengakui dosa-dosa kita dan bertobat, maka dosa-dosa kita diampuni, dan kita dapat menikmati kedamaian, sukacita, dan semua kelimpahan kasih karunia yang datang dari Tuhan. Dapat dikatakan bahwa, hanya karena Tuhan Yesus lahir dan Tuhan secara pribadi berinkarnasi untuk melakukan pekerjaan penebusan, umat manusia dapat menghindari kutukan dan belenggu hukum, dan dengan demikian tidak lagi dihukum atau dikutuk mati. Hanya karena Tuhan Yesus lahir, mereka yang mengikuti Dia dapat menikmati kedamaian dan sukacita yang sejati. Terlebih lagi, hanya karena Tuhan Yesus lahir, dan Roh Tuhan berinkarnasi dalam tubuh biasa, menggunakan bahasa manusia untuk mengucapkan firman-Nya, barulah kita mengetahui lebih jelas dari firman Tuhan, kehendak Tuhan dan tuntutan-Nya bagi manusia, kita dapat memiliki praktik yang lebih baru dan lebih tinggi, dan hubungan kita dengan Tuhan dapat semakin dekat. Apa yang ada di balik kedatangan Tuhan Yesus ke bumi, pengungkapan kebenaran-Nya dan penyelesaian pekerjaan penyaliban, dipenuhi dengan upaya keras Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia-itu adalah kasih dan belas kasihan Tuhan terhadap kita umat manusia yang rusak!
Apa Kehendak dan Tuntutan Tuhan Yesus bagi Kita?
Meskipun, ketika Tuhan Yesus menyelesaikan pekerjaan penebusan, Dia bangkit dan naik ke surga. Untuk mengingat kelahiran-Nya, banyak orang mengadakan pesta malam hari Natal, mereka mengadakan pertunjukan dan merayakan kelahiran Tuhan Yesus. Namun pernahkah kita menyadari apa arti Natal, dan apa kehendak serta tuntutan Tuhan Yesus bagi kita? Apa sebenarnya yang harus kita lakukan untuk memuaskan Tuhan dan untuk mendapatkan pujian-Nya?
Tuhan Yesus berkata: "Saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. ..Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian" (Yohanes 4:21, 23). Kita memahami dari firman Tuhan Yesus bahwa Tuhan mengharapkan kita untuk menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran, dan tidak kaku mengikuti segala bentuk formalitas atau terlibat dalam kegiatan. Orang-orang Farisi, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat di bait suci di masa lalu hanya fokus pada berbagai upacara keagamaan dan berpegang teguh pada aturan. Setiap hari, mereka mempersembahkan korban untuk menyembah Tuhan, tetapi mereka kurang mengindahkan penerapan firman Tuhan, juga tidak mengikuti perintah-perintah Yahweh, sedemikian rupa sehingga mereka bahkan meninggalkan perintah-perintah Tuhan dan hanya berpegang pada tradisi manusia.
Pada akhirnya, mereka tidak hanya tidak mendapatkan pujian Tuhan, tetapi mereka juga dibenci dan dikutuk oleh Tuhan Yesus. Jika gereja sekarang mengadakan perayaan Natal besar, itu hanya kegembiraan sesaat; semua orang berkumpul bersama dalam sukacita dan kebahagiaan, tetapi tidak benar-benar menyembah Tuhan, atau menggunakan kesempatan ini untuk memahami kehendak-Nya atau memperoleh pengetahuan tentang-Nya, sehingga kita tidak akan menerima persetujuan Tuhan Yesus. Faktanya, sejak Tuhan Yesus secara resmi memulai pekerjaan-Nya hingga ketika Dia menyelesaikan pekerjaan penebusan-Nya, Dia mengungkapkan banyak kebenaran dan memberikan banyak persyaratan kepada kita. Kehendak Tuhan adalah berharap bahwa kita semua akan fokus pada penerapan firman-Nya, dan berpegang pada ajaran-Nya setiap saat, di semua tempat, tidak peduli masalah atau orang apa yang mungkin kita hadapi.
Inilah yang Tuhan tuntut dari kita, dan ini adalah prinsip penerapan yang paling mendasar bagi kita yang percaya kepada Tuhan. Sama seperti Tuhan Yesus berkata: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku" (Yohanes 8:31). "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu" (Yohanes 15:14). Oleh karena itu dapat dilihat bahwa, dalam kehidupan normal kita dan dalam hubungan kita dengan orang lain, adalah sangat penting untuk berfokus pada penerapan yang sesuai dengan firman Tuhan, karena ini adalah sesuatu yang dilakukan oleh mereka yang benar-benar percaya kepada Tuhan dan menyembah Tuhan, harus mencapai sebagian besar dari semuanya.
Apakah Kita Benar-Benar Menyembah Tuhan?
Sekarang, banyak saudara dan saudari datang ke gereja pada hari Natal untuk merayakan kelahiran Tuhan Yesus, berdoa bersama, membaca Alkitab bersama, dan menyanyikan lagu untuk memuji Tuhan bersama. Tapi di waktu lain, kita sibuk dengan pekerjaan dan karier kita sendiri atau berinteraksi dengan orang lain. Sangat jarang kita menenangkan diri di hadapan Tuhan dan berdoa-membaca firman-Nya atau berusaha memahami kehendak-Nya. Beberapa saudara dan saudari sering menghadiri pertemuan, tetapi mereka jarang menerapkan dan mengalami firman Tuhan dalam hidup mereka, mereka masih hidup dalam dosa, dan dosa mereka semakin bertambah. Misalnya, Tuhan Yesus menuntut agar kita rendah hati dan lemah lembut, tetapi ketika kita bergaul dan bekerja sama dengan rekan kerja dan dengan saudara-saudari di gereja, kita didominasi oleh watak sombong kita, kita melihat pandangan dan ide kita sendiri, sebagai yang sempurna dan membela diri, dan kita tidak mampu bergaul secara damai dengan orang lain.
Tuhan Yesus menuntut agar kita belajar untuk mengampuni orang lain dan mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Tetapi ketika orang lain melanggar kepentingan kita, kita merasa dirugikan, sedemikian rupa sehingga kita hidup dalam watak Iblis yang beracun, dan kita menghakimi serta mengutuk orang lain. Tuhan Yesus menuntut agar kita memisahkan diri kita dari orang-orang duniawi, tetapi kita masih mengejar ketenaran duniawi, status dan kesenangan fisik, mengikuti tren jahat dunia, hidup dalam dosa dan kita tumbuh semakin jauh dari Tuhan. Ini hanyalah beberapa contoh bagaimana kita gagal memenuhi tuntutan Tuhan. Meskipun kita sangat memperhatikan untuk menjaga upacara keagamaan, dan kita fokus untuk bersyukur atas keselamatan Tuhan dan kita memuji Tuhan pada hari-hari tertentu dari berbagai perayaan, namun kita tidak mengikuti jalan Tuhan dan kita sering hidup dalam dosa.
Apakah ini cara kita menyembah Tuhan Yesus? Apakah Tuhan akan memuji kita? Ambil contoh ketika orang tua membesarkan anak mereka menjadi dewasa, misalnya. Jika anak benar-benar bijaksana dan berbakti, mereka akan bersungguh-sungguh untuk mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai orang tua mereka, dan setiap kali mereka melakukan sesuatu untuk orang tua mereka, mereka akan selalu tahu apa yang harus dilakukan untuk menyenangkan mereka. Tetapi jika yang mereka lakukan hanyalah mengadakan perjamuan besar pada hari ulang tahun orang tua mereka, dan hanya berkata, "Aku mencintaimu, ibu dan ayah!" dan ketika orang tua sangat membutuhkan mereka, mereka terlalu sibuk dengan kehidupannya untuk memenuhi tanggung jawab dan berbakti, dapatkah mereka dikatakan benar-benar berbakti?
Bagaimana Bertindak Sesuai dengan Kehendak Tuhan dan Mendapatkan Perkenanan-Nya
Jika kita ingin menjadi orang yang benar-benar menyembah Tuhan dan mendapatkan perkenanan-Nya, kuncinya adalah menerapkan sesuai dengan firman Tuhan, meninggikan Tuhan di dalam hati kita, fokus mengikuti jalan Tuhan dalam segala hal, mendahulukan firman Tuhan, dan menggunakan apa yang sebenarnya kita jalani untuk memberikan kesaksian tentang Tuhan dan memuliakan Tuhan. Tentu saja, beberapa saudara dan saudari berkumpul bersama pada hari Natal untuk menyanyikan lagu pujian dan memuji Tuhan, untuk saling bertukar pengalaman dan pemahaman kita tentang menerapkan firman Tuhan dalam hidup kita, untuk saling mendukung dan membantu menyelesaikan masalah dalam kehidupan rohani kita, dan untuk menutup jarak antara diri kita dengan Tuhan, dan ini juga sesuai dengan kehendak Tuhan.
Apalagi ketika Natal semakin dekat, sekarang banyak negara barat yang menyelenggarakan acara amal untuk orang-orang Kristen yang teraniaya dan para tunawisma, dan yang mengumpulkan orang-orang yang mencari tempat berlindung dan para pengungsi Kristen yang teraniaya dari seluruh dunia sehingga mereka dapat bertukar pengalaman satu sama lain, sehingga memungkinkan mereka untuk merasakan kehangatan Tuhan di musim dingin yang membekukan. Ini juga hal-hal yang akan diingat Tuhan. Singkatnya, hari perayaan itu tidaklah penting dan segala macam upacara tidaklah penting. Yang paling penting adalah firman Tuhan Yesus dan hal-hal yang Dia tuntut dari kita. Mampu memiliki hati yang takut akan Tuhan dan mencari kehendak Tuhan dalam segala hal, melakukan firman Tuhan dan memuaskan Tuhan dengan memenuhi persyaratan-Nya-inilah yang terpenting. Hanya dengan menerapkan dengan cara ini, baru bisa dikatakan bahwa kita benar-benar menyembah Tuhan Yesus dan mendapatkan perkenanan-Nya.
Syukur atas pencerahan dan bimbingan Tuhan, dan semoga Dia beserta kita semua!
Contoh Khotbah Natal 7: Yesus Datang untuk Menyelamatkan yang Hilang
Khotbah ini detikJateng kutip dari laman BPD DKI Jakarta GBI, dengan tema Yesus Datang untuk Menyelamatkan yang Hilang.
Salah satu contoh orang yang berubah secara radikal menjadi pengikut Yesus adalah Zakheus. Radikal berarti bersungguh-sungguh, mendasar hingga kepada hal-hal yang prinsip. Perubahan yang terjadi dalam diri pemungut cukai itu ketika meresponi kehadiran Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Zakheus yang terhilang telah ditemukan kembali. Ia yang berdosa, kini telah terhitung sebagai "anak Abraham" (orang percaya). Sebagaimana Zakheus, bagaimana seharusnya ekspresi sukacita keselamatan kita tunjukkan?
1. SUKACITA MENYAMBUT KEHADIRAN YESUS (19:6)
Salah satu cara Lukas ketika mencatat reaksi dari orang-orang yang mendapat penyataan-penyataan Ilahi adalah mereka juga dipenuhi dengan sukacita Ilahi (bdk: 2:10; 10:20).
Sukacita para gembala karena mendengar kabar keselamatan dari malaikat (Luk 2:10)
Sukacita para murid karena menang atau mengusir si jahat (Luk 10:20)
Hal ini ditunjukkan juga oleh Zakheus ketika menyambut Yesus dengan sukacita. Orang yang menyambut Yesus dengan sukacita menunjukkan sikap menempatkan Yesus sebagai Pribadi yang sangat penting dan berharga. Ia memberikan perhatian dan sikap terbaik yang dipersembahkan bagi Yesus.
2. SUKACITA YANG MENGAKIBATKAN KEMURAHAN HATI (19:8a)
Sikap sukacita yang radikal bagi Yesus lainnya yang ditunjukkan Zakheus ketika ia memutuskan untuk memberikan setengah dari miliknya untuk kepentingan orang miskin. Mengapa ini radikal? Ya, karena sebelumnya dia adalah seorang pemungut cukai yang kecenderungannya culas dan memperkaya diri sendiri.
Orang-orang Majus menempuh perjalanan yang jauh untuk memberi persembahan kepada Yesus berupa emas, kemenyan dan mur. Ini bentuk kemurahan hati yang dilandasi pengorbanan bagi Sang Juruselamat.
Tak mudah memberi bagi orang lain, apalagi ini setengah dari hartanya. Tetapi mereka yang mengasihi Yesus, bisa melakukannya. Orang yang sadar menerima keselamatan karena anugerah, akan memiliki kemurahan hati.
3. SUKACITA YANG MELAHIRKAN TANGGUNG JAWAB (19:8b)
Sikap radikal berikutnya adalah ia tidak mau lagi diperhamba oleh uang dan bertanggung jawab akan kesalahan yang dibuat sebelumnya. Kalimat "Sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat" menegaskan hal itu.
Zakheus benar-benar ingin secara radikal terbebas dari ikatan harta duniawi, sehingga ia memilih memberikan ganti rugi ekstra kepada mereka yang dirugikan. Ia berusaha mempertanggungjawabkan kesalahan masa lalu, bukan berusaha menutupinya atau menghindar darinya.
Bentuk tanggung jawab yang lain dari orang terhilang yang diselamatkan adalah dengan memberitakan sukacita itu kepada orang lain.
Para gembala MEMBERITAKAN apa yang mereka lihat dan MEMUJI-MEMULIAKAN ALLAH karena segala yang mereka dengar dan lihat (Luk 2:17-20)
Maria menaikkan pujian kepada Allah karena karya-Nya yang menyelamatkan (Luk 1:47), kemahakuasaan-Nya (Luk 1:49) dan kesetiaan-Nya yang turun-temurun (Luk 1:50).
Kita orang-orang terhilang yang sudah ditemukan Yesus. Selayaknyalah kita menyambut Dia yang datang dengan SUKACITA, yang kemudian membuat kita bermurah hati dan bertanggung jawab.
Demikian 7 contoh khotbah Natal yang penuh pesan serta cinta kasih. Semoga bermanfaat!
(par/par)