Penampakan Jembatan Gendruwo Demak yang Tak Dipugar gegara Takut 'Penunggu'

Penampakan Jembatan Gendruwo Demak yang Tak Dipugar gegara Takut 'Penunggu'

Mochamad Saifudin - detikJateng
Minggu, 24 Des 2023 15:46 WIB
Jembatan Gendruwo di Desa Banjarsari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Selasa (19/12/2023).
Foto: Jembatan Gendruwo di Desa Banjarsari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Selasa (19/12/2023). (Mochamad Saifudin/detikJateng)
Demak -

Jembatan Gendruwo, yang terletak di Dukuh Dombo, Desa Banjarsari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak menjadi perbincangan karena kisah unik di dalamnya. Disebutkan jembatan itu tak dipugar karena warga takut akan 'penunggunya'.

Berdasarkan pengamatan detikJateng, jembatan itu tersusun dari berbagai kayu dengan lebar sekitar 3 meter dan panjang 35 meter. Jalan tersebut merupakan jalan utama bagi tiga dukuh, atau sekitar 1500 jiwa menuju Balai Desa Banjarsari.

Pemotor yang melintas dari arah berlawanan harus bergantian lantaran jembatan itu tanpa tepian dan bergelombang. Para pengguna menunggu di ujung jembatan hingga pemotor yang melintas tuntas melewati jembatan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyangga jembatan kayu itu juga tampak dari susunannya berupa sejumlah batang kayu. Pemerintah desa memiliki kepercayaan bahwa jembatan itu susah dibangun lantaran takut mengganggu penunggunya yang dinarasikan sebagai hal gaib.

Kondisi jembatan dan kepercayaan setempat membuat warga yang melintas pun tak jarang yang tercebur. Terutama rawan bagi pemotor yang membawa rombong.

ADVERTISEMENT

"Kalau sering kecelakaan itu karena jembatannya itu tidak rata. Sering (orang jatuh), siang," ujar Khafid, warga setempat.

"Itu kan bawa muatan, gak seimbang akhirnya jatuh," sambungnya beberapa waktu lalu.

Jembatan Gendruwo di Desa Banjarsari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Selasa (19/12/2023).Jembatan Gendruwo di Desa Banjarsari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Selasa (19/12/2023). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

Pembangunan Dilakukan Berkala

Kepala Desa Banjarsari, Haryanto mengungkapkan bahwa pembangunan di jembatan tersebut dilakukan berkala. Ia menyebut bahwa insiden pengendara jatuh relatif jarang jika hitungan bulan.

"Kalau dalam hitungan bulan ya enggak sering, kita soalnya ada perbaikan secara berkala," kata Haryanto saat ditemui di Perum Bintoro Asri, Minggu (24/12/2023).

"Memang kita dari dana desa itu menganggarkan perbaikan kecil. Misalkan ada keropos kayunya langsung kita ganti, terus seperti itu dan kita pantau," lanjutnya.

Haryanto menjelaskan, penganggaran untuk membangun Jembatan Gendruwo dilakukan melalui dana desa sebesar Rp 10 juta per tahun. Akses jembatan tersebut merupakan prioritas pembangunan wilayahnya.

"Prioritas pembangunan desa ya di wilayah situ," ujar Haryanto yang baru menjabat sebagak Kades Banjarsari setahun terakhir. "Kita anggarkan selama setahun ini RP 10 juta untuk perbaikan dan perawatan berkala," sambungnya.

Ia menyebut bahwa masyarakat setempat berperan aktif menggantungkan manfaat dari jembatan itu. Menurutnya sejumlah warga juga berinisiatif swadaya membangun dengan menambah padas saat memiliki hajat besar, seperti nikahan dan sejenisnya.

"Kalau gak dianggarkan saya takut ada gejolak, karena itu akses utama. Sedikit (kerusakan) misalkan bolong itu sudah ramai di grup WhatsApp. Pantauan kita di situ. Perangkat juga yang ada yang dari wilayah situ," terangnya.

Dia menuturkan, pihaknya memasangkan listrik hibrida dekat dengan kawasan jembatan, supaya mengurangi kesan angker. "Saya sambungkan dengan listrik hybrid itu biar agak dekat biar bisa mendekati wilayah yang dianggap selama ini angker atau rawan (karena gelap). Itu kan cukup membantu," sambungnya.

Ia menambahkan bahwa pengajuan bantuan ke Pemkab untuk membangun jembatan beton di lokasi itu belum ia lakukan. Menurutnya di periode sebelumnya, jembatan itu sudah pernah disurvei dinas terkait namun justru desa tetangga yang dibangun.

"Pengajuan (bantuan ke Pemkab) di era sebelum saya, kalau tahun ini saya coba ke temen-temen dewan, (iya) lewat aspirasi, sudah melihat kondisi seperti apa kami," terangnya.

"Kalau saya ngomong di tataran kecamatan Sayung di wilayah kami itu kan kadang mungkin ada yang lebih ekstrem, Timbulsloko, Bedono, Surodadi. Ada yang sudah melalui terkikis dampak rob dan abrasi. Tapi di wilayah kami kalau gak diantisipasi, mau gak mau ya parah juga," ujarnya.

Tak Dipugar karena Sosok 'Penunggu'

Diketahui, Jembatan Gendruwo tidak segera direnovasi atau pun direhabilitasi dikarenakan cerita mistis yang menyertainya. Berupa penampakan makhluk gaib yang menyebabkan penggunanya terjatuh.

Haryanto berkata, jembatan itu bernama Gendruwo lantaran ada cerita tentang makhluk astral yang menghuni kawasan sekitar.

"Itu warga sendiri (yang memberi nama), karena mitosnya selalu ada barang gaib yang wujud besar di sungai jembatan itu, akhirnya orang menamai itu Jembatan Gendruwo," ujar Haryanto.




(apu/sip)


Hide Ads