Menjelang akhir tahun 2023, jumlah anak tidak sekolah di Kabupaten Brebes, sebanyak 11.506 orang. Kondisi ekonomi keluarga menjadi faktor pemicunya.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Brebes, Carida mengatakan data di dapodik terdapat 11.505 anak tidak sekolah. Data anak tidak sekolah di Brebes ini terbilang tinggi dan sebarannya merata di berbagai desa.
"Masih tinggi, di Brebes berdasarkan dapodik ada 11.506 anak tidak sekolah. Sehingga berdampak pada IPM (Indeks Pembangunan Manusia,red) kita rendah," kata Carida.
Carida menyebut pihaknya berupaya melakukan intervensi di lapangan. Misalnya dengan mendatangi rumah siswa dan mengajaknya kembali masuk sekolah. Ada beberapa program yang disiapkan untuk mengurangi ATS, antara lain Gerakan Kembali Sekolah (GKS), Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) hingga sekolah hybrid.
"Usaha kami, jadi menggerakan kembali, gerakan kembali sekolah (GKS) agar anak anak yang tidak sekolah bisa kembali ke sekolah. Kedua, nanti akan diintervensi melalui PKBM (pusat kegiatan belajar masyarakat). Kemudian program terbaru yaitu adanya kelas hybrid di 3 SMP wilayah tengah, selatan, dan Pantura yang kemarin sudah di-launching. Kemudian di tingkat SMA juga ada kelas virtual," beber Carida.
Baca juga: Momen Selvi Semangati Ethes Tanding Basket |
Salah satu anak yang tidak sekolah yakni A(12), warga Kecamatan Bulakamba. Anak ini hanya sampai lulus Sekolah Dasar (SD) karena tak punya biaya untuk lanjut sekolah.
Namun sekarang harapan Azzam untuk kembali sekolah akan terwujud. Dia dijemput Kepala Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Dindikpora) Brebes Caridah dan Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan Riyanto di kediamannya. Selanjutnya, anak ini didaftarkan ke salah satu madrasah.
"Alhamdulillah, senang bisa sekolah. Cita-cita ingin jadi polisi," kata A di rumahnya.
Orang tua A, Megawati mengatakan seharusnya sang anak mengikuti tahun ajaran baru 2023/2024 sejak Juli lalu. Namun karena persoalan ekonomi, A tidak mendaftar sekolah waktu itu. Ayah A yang bekerja sebagai buruh serabutan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Tidak sekolah karena tidak punya biaya sama sekali. Meski ada sekolah biaya murah tapi kan butuh uang buat beli seragam dan lain-lainnya, saya tidak ada uang," ujar Megawati.
Terpisah, Kepala MTS tempat A kini sekolah mengatakan, selama menjadi siswa, A tidak akan dibebani biaya apapun. Bahkan sekolah ini memberikan uang saku bagi anak tidak mampu sebesar Rp 5.000 per hari.
"Selama sekolah disini, A akan digratiskan semuanya. Bahkan nanti diberikan uang saku Rp 5000 per hari," pungkasnya.
(ams/ahr)