Beberapa bangunan di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro (RSST) Klaten diusulkan menjadi cagar budaya. Bangunan-bangunan itu merupakan peninggalan masa kolonialisme Belanda di Indonesia.
RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro atau yang sering disebut RSUP Tegalyoso terletak di tepi jalan Dr Soeradji Tirtonegoro, Desa Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten. RS yang berjarak sekitar 150 meter dari perkantoran Pemkab Klaten itu mayoritas bangunannya kini berupa bangunan modern menjulang.
Pembangunan besar-besaran RS itu bahkan masih terlihat di sisi utara dan timur setiap hari. Namun di tengah proyek fisik yang terus berlanjut, di RS milik pemerintah pusat tersebut masih terselip beberapa bangunan kuno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangunan-bangunan kuno bergaya arsitektur Eropa awal abad ke-19 itu bisa ditemukan di bagian depan. Sebuah gapura pintu masuk terbuat dari tatanan batu kali terlihat utuh. Di belakang gapura itu terdapat bangunan lobi dan ruang direksi yang bergaya Eropa dengan tembok tinggi nan tebal.
Di sisi barat di tepi jalan raya, beberapa rumah tua ukuran besar, bertembok tinggi dan berjendela besar masih terawat dengan baik. Semua bangunan itu merupakan bangunan sisa era pemerintahan Hindia Belanda.
"Awalnya dari tahun 1927, RS ini bernama Scheurer Hospital. Kemudian pada tahun 1945 berganti nama menjadi RS Tegalyoso, kemudian tahun 1954 dikelola oleh Depkes RI, kemudian pada tahun 1997 berubah nama menjadi RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro," jelas dokter Pitra Sekar Dianggra, ketua tim Kerja hukum dan Humas RSST, Kamis (26/10/2023).
![]() |
Diceritakan Pitra, RSUP itu awalnya RS yang didirikan oleh pemerintah Belanda karena banyak perkebunan di Klaten. RSUP sejarahnya menjadi salah satu cikal bakal Universitas Gadjah Mada.
"RS ini cikal bakal berdirinya universitas Gadjah Mada, makanya seperti kakak beradik dengan UGM. Dinamakan RSUP Dr Soeradji karena pendiriannya dokter Soeradji Tirtonegoro," kata Pitra.
Karena memiliki sejarah itulah, sambung Pitra, RSUP mengajukan beberapa bangunan kuno itu menjadi cagar budaya. Terutama mulai lobby ruang direksi sampai rumah dinas.
"Kami sudah mengajukan adanya bangunan cagar budaya, terutama bangunan di kedireksian. Mulai lobby direksi sampai rumah dinas, termasuk klinik titra Cendana karena bangunan masih tempo dulu," papar Pitra.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya....