Cerita Santri Payungi Gus Mus di Jabal Uhud Saat Umrah

Cerita Santri Payungi Gus Mus di Jabal Uhud Saat Umrah

Mukhammad Fadlil - detikJateng
Kamis, 05 Okt 2023 16:15 WIB
Gus Mus dan Rombongannya saat umrah, September 2023.
Momen Gus Mus menulis pesan di payung. Foto: dok Istimewa
Rembang -

Sebuah unggahan video yang memperlihatkan momen KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menulis sebuah payung diunggah di channel YouTube @kanalmataair, milik tim official Gus Mus. Ternyata ada kisah dan pesan mendalam dari payung itu.

Ulama asal Rembang tersebut menulis pesan 'Payung Tidak Boleh Miring, Harus Melindungi Semua yang di Bawahnya' di payung tersebut. Ternyata terdapat cerita menarik di balik payung berwarna biru itu.

Dalam unggahan tersebut disebutkan payung itu sempat dipakai oleh Gus Mus saat umrah, September lalu. detikJateng telah memperoleh izin untuk mengutip cerita di unggahan video itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam video itu, cerita bermula dari salah satu santri bernama Muhammad Toha Syafii yang ikut umrah bersama Gus Mus. Saat itu, rombongan jemaah umrah sedang berada di Jabal Uhud.

Santri ini melihat kiainya tampak kepanasan, karena pada saat itu suhu di sana memang sedang panas-panasnya. Toha, sapaan akrab sang santri, lantas berinisiatif membeli payung untuk meneduhi Gus Mus dari sengatan panas matahari.

ADVERTISEMENT

"Alhamdulillah ini payung bener-bener bersejarah buat saya, waktu nderekke (mengantar) Mbah Mus umrah, September tanggal 4. Waktu itu di Jabah Uhud cuaca sangat panas sekali. Saya melihat Abah jalan menuju tempat Jabal Uhud, itu saya lari, saya coba mencari penjual payung ternyata alhamdulillah dapet," tutur Toha.

"Waktu itu saya langsung mengejar Abah yang kebetulan belum sampai tempatnya. Dan seketika saya langsung mayungin Abah. Di saat saya mayungi Abah, Abah sempat kaget. 'lho lha aku kok mbok payungi koyo raja wae, anu wae kowe payungan aku tak nunut' (Lho lha, aku kok kamu payungin, macam raja saja. Itu aja, kamu pakai payung, saya menebeng), abah ngendikan (bilang) seperti itu," terang Toha.

Gus Mus dan Rombongannya saat umrah, September 2023.Gus Mus dan Rombongannya saat umrah, September 2023. Foto: dok Istimewa

Toha pun akhirnya menuruti apa yang disampaikan Gus Mus. Toha memakai payung agak tinggi, kemudian Gus Mus ikut nebeng di bawahnya. Lantaran menurut Toha payung tersebut memiliki nilai sejarah baginya, maka ia pun berniat membawa pulang payung itu pada saat kembali ke Tanah Air.

Namun, perjuangan membawa pulang payung ke Tanah Air ternyata tidak semudah yang dibayangkan oleh Toha. Ada banyak kendala yang dihadapinya dalam membawa pulang payung itu saat di bandara. Mulai dari larangan hingga lupa tertinggal di bandara.

"Karena sejarah, ini baru kali ini spontan bisa mayungin abah, maka payung ini saya perjuangkan sampai saya bawa ke Tanah Air. Cuman memang begitu sulit lah istilahnya, perjalanan payung ini untuk sampai ke tanah air. Waktu itu di Jeddah ya aman-aman aja. Saya bawa di kabin pesawat tidak ada komplain dari pemeriksaan di Jeddah," ujar Toha.

"Setiba di Jakarta saya pikir ya aman-aman saja. Saya bawa saya tenteng, saya sempat bilang wah ini payung keramat ini. Saya bercanda sama temen-temen, wah ini payung ditawar Rp 1 M saja tidak tak kasih. Setibanya di penerbangan domestik, pemeriksaan, payung ini ternyata nggak bisa masuk kabin karena larangan masuk kabin," kata Toha.

Dengan usaha semampu yang Toha bisa, akhirnya payung keramat ini berhasil sampai ke Bandara Ahmad Yani Semarang, setelah sebelumnya mendapat larangan di Bandara Soekarno-Hatta.

Rupaya Toha meminta bantuan kepada salah satu kawannya yang kebetulan memiliki kewenangan di otoritas bandara.

"Saya coba hubungi teman kebetulan dulu temen haji, dia punya wewenanglah di bandara. Coba, tidak bisa dihubungi, ya sudah saya akhirnya pasrah. Saya tinggal. Beberapa menit kemudian teman saya telpon, namanya Pak Lilik. Lo kenapa? Ada masalah apa? Minta tolong payung keramat itu Pak Lilik, harganya memang nggak seberapa, tetapi sejarahnya ini yang bener-benar saya perjuangkan. Alhamdulillah payung ini bisa selamat sampai tiba di Semarang," ungkap Toha.

Setelah berhasil tiba di Bandara Ahmad Yani, payung tersebut tak lantas dibawa pulang oleh Toha Syafii ke rumahnya. Ia sempat lupa, sehingga payung itu tertinggal di Bandara Ahmad Yani.

Selengkapnya baca halaman berikutnya

Toha kemudian kembali lagi ke bandara untuk mencari payung yang baginya keramat itu. Ternyata payung tersebut, diamankan pihak keamanan bandara.

"Sampai Semarang ternyata masih berjuang lagi, ini (Payung) ketinggalan. Saya sudah keluar, saya inget-inget apa yang kurang waktu mau pulang, itu ternyata payung. Malam itu saya kembali lagi ke Bandara Ahmad Yani, saya coba bismillah kalau memang rezeki saya, payung ini ketemu, kalau nggak ya nggak rejeki saya. Ternyata payungnya diamankan oleh petugas keamanan Bandara Ahmad Yani," ujar Toha.

Pada pagi harinya, Toha memberanikan diri untuk menemui Gus Mus ke sebuah hotel di Semarang, memintakan tanda tangan untuk payung yang dipakai pada saat di Jabah Uhud itu.

Ia pun berhasil menemui Gus Mus, yang saat itu selesai sarapan di hotel. Tak hanya memperoleh tanda tangan Gus Mus, Toha justru mendapat pesan tentang makna payung sekaligus ditandatangani Gus Mus.

"Ya alhamdulillah bukan cuman tanda tangan yang saya dapat, ini ada pesan dari abah yang waktu itu setelah ditulis saya disuruh baca sama abah. Terus saya baca 'Payung Tidak Boleh Miring, Harus Melindungi yang di Bawahnya. Jabal Uhud, 10 September 2023," pungkas Toha.

Halaman 2 dari 2
(ahr/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads