Kawanan monyet menyerang lahan pertanian milik warga Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Berbagai cara dilakukan warga untuk mengusir serangan monyet-monyet tersebut.
Serangan monyet itu terjadi diduga karena stok makanan mereka di kawasan Watu Putih perbukitan Menoreh telah habis. Serangan monyet itu disaksikan warga Dusun Ngargosari, Ida Istiwahyuni (30), pada rabu (5/10/2023) sekitar pukul 15.00 WIB.
Kala itu, dia yang sedang mengasuh anak kembarnya melihat kawanan monyet memanjat pohon mangga di samping rumahnya. Dia melihat sekitar 20 monyet yang turun dari pohon.
"Saya tahunya suaranya kroyek, kroyek. Kemarin naik pohon mangga cuma 2 atau 3, yang lainnya sekitaran. Nanti kalau tidak ada orang baru naik," kata Ida kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, Kamis (5/10).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ida menyebut rambutan yang masih kecil-kecil hingga semua jenis tanaman termasuk kelapa juga diserang monyet itu. Dia menyebut monyet itu takut dengan tanaman yang dipasangi jaring.
"Cabai nggak mau (tidak diserang monyet,red). Tanaman ketela didodosi bagian bawah, terus tanaman pepaya daunnya dipetiki," ujar Ida.
Warga lainnya, Ninik Lestari (44), mengatakan serangan monyet ekor panjang terpantau menyerang tanaman di depan rumahnya pada Jumat (29/9) lalu. Dia menyebut monyet itu datang berkelompok.
"Saya lihat terakhir (monyet), Jumat itu menyerang lahan tanaman ketela sekitar jam 09.00 WIB. Jumlahnya ratusan. Kalau ada orang, monyet yang di atas (pohon) seperti memberi kode, tapi kalau yang menghalau laki-laki mereka lari, kalau perempuan nggak," ujar Ninik.
Sementara itu, Kepala Dusun Ngargosari Lilik Priyono mengatakan primata itu mulanya berada di kawasan Watu Putih. Seiring berkembang biak, saat ini serangan monyet sudah hampir di rumah warga atau perkampungan.
"Jadi untuk pertanian itu, masyarakat kami jelas rugi. Untuk tanaman singkong itu sampai gagal panen, sebelum siap dipanen sudah dimakan monyet," kata Lilik.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya.
Dia serangan monyet-monyet ke lahan pertanian warga lebih masif. Menurutnya, tanaman kolonjono bahkan juga diserang monyet tersebut.
"Saya sendiri menanam kolonjono dan dirusak juga. Kalau musim penghujan dedaunan banyak yang muda, dia makan daun muda dan masih di atas (perbukitan Menoreh). Kalau musim kemarau kayak gini turun cari yang mana ada makannya," ujarnya.
"Itu (turun) sudah sejak 2 tahun, setiap musim kemarau pasti turun. (kalau tahun ini) Ini sekitar 6 bulan," kata Lilik.
Lilik mengatakan warga telah berupaya mengusir kawanan monyet ekor panjang, mulai dengan jaring hingga spiritual. Termasuk dengan memasang umpan beracun.
"Terus pakai bau-bauan seperti kapur barus, terasi dan juga tulang kambing itu pernah, tapi jangka waktu 3-4 hari nggak berbau. Efektif itu dengan jaring, jaring itu (pengadaan) tidak bisa melibatkan pemerintah, swadaya yang mempunya lahan yang digarap dipasang jaring. Itu (jaring) sedikit banyak menghambat dia (monyet) menyerang tanaman," tegas Lilik.
Lilik menambahkan serangan monyet ekor panjang ini bukan hanya di Ngargosari saja, melainkan di Candirejo, Majaksingi Kecamatan Borobudur sampai Giripurno, Kecamatan Salaman yang berada di sepanjang perbukitan Menoreh.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan mengatakan, telah menerima laporan serangan monyet ekor panjang di lahan pertanian.
"Terkait monyet, kemarin kita ada acara di Dukun kerja sama dengan Kodim 0705/Magelang laporan dari Kepala Desa Sumber. Sekarang ini banyak terjadi eksodus monyet dari pegunungan ke bawah yang menyerang komunitas pertanian," kata Romza.
"Saat ini, kami menunggu solusinya seperti apa kebijakan dari kementerian yang berkaitan dengan itu populasi kera. Itu banyak laporan, kami harus seperti apa. Solusinya yang paling efektif apa, kita belum tahu," katanya.