Seorang santri di sebuah Ponpes di Kajen, Pekalongan, RG (13) kini sudah sebulan tak sekolah. Dia ternyata masih trauma usai dikeroyok oleh belasan seniornya.
Di rumahnya yang berada di Wonokerto, korban memilih menghabiskan waktunya di dalam kamar. Selain merasa trauma, bocah tersebut juga masih merasa sakit usai dipukuli.
"Kemarin pas hari apa ya, sakit empat hari. Lha sakitnya itu baru kerasa, sakit semua. Berdiri saja susah sekali, yang bekas dipukuli itu terasa sekali, nafas sesak," kata ibu korban, Khusnul Khotimah saat dihubungi, Selasa (3/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebut luka memar di tubuh anaknya kini sudah berangsur hilang. Namun rasa sakit dan trauma hingga saat ini masih dirasakan.
Secara rutin anaknya didatangi tim psikolog dari Dinas Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P3APPKB) Kabupaten Pekalongan.
"Sering datang. Kemarin hari Minggu datang, pas lagi kondisi anak lagi sakit. Karena nadanya masih sakit ya ketemu sebentar, anak istirahat, kemudian saya dan suami yang nemuin," kata Khusnul.
Dia menyebut anaknya memilih menghabiskan waktunya di dalam kamar. Bahkan hingga kini RG belum berani berangkat ke ponpes untuk sekolah.
"Kalau pengin sekolah sih pengin sekolah, tapi nggak di situ, soalnya masih trauma banget. Harus dengan hati-hatilah. Saat ini sih masih mengutamakan ketenangannya, dibantu psikolog pemkab," ungkapnya.
Kasat Reskrim Polres Pekalongan, AKP Isnovim, mengatakan pihaknya tengah menangani kasus itu.
"Masih kita tangani, yang bersangkutan (pelaku), sudah kita minta keteranganya. Masih ditangani UPPA," kata Isnovim.
Adapun peristiwa ini terjadi pada Sabtu (9/9) malam. Korban yang masih kelas 7 saat itu dipanggil seniornya kelas 8 dan diajak ke kamar.
Saat di kamar itulah, lanjutnya, korban mengalami penganiayaan, bahkan dikeroyok oleh 14 anak yang sebagian besar seniornya di kelas 8 dan 9.
(ahr/ams)