Potret Betal Lawas, Kampung Kuno Puluhan Tahun Terkubur di Waduk Gajah Mungkur

Potret Betal Lawas, Kampung Kuno Puluhan Tahun Terkubur di Waduk Gajah Mungkur

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 19 Sep 2023 13:33 WIB
Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri, Senin (18/9/2023).
Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri, Senin (18/9/2023). (Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng)
Wonogiri -

Debit Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri terus surut di musim kemarau. Surutnya air memunculkan sisa-sisa peradaban yang menjadi saksi kehidupan masyarakat sebelum dibangunnya waduk terbesar di Jawa Tengah itu.

Dulu Betal merupakan salah satu desa di Kecamatan Nguntoronadi. Setelah ada proyek pembangunan WGM, Desa Betal terendam oleh genangan air waduk.

Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi muncul saat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut, Senin (18/9/2023).Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi muncul saat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut, Senin (18/9/2023). Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng

Kini kawasan itu dikenal dengan sebutan Betal Lawas. Betal Lawas hanya bisa dilihat saat musim kemarau, tepatnya saat air WGM surut. Saat ini, kawasan Betal Lawas masuk di wilayah Dusun Tenggar, Desa Gebang, Nguntoronadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Desa Gebang Kadiman (59) mengatakan, dulu Betal Lawas merupakan pusat pemerintahan dan perkotaan di Nguntoronadi. Waktu itu ada perkantoran, pasar, dan fasilitas umum di Betal Lawas.

Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi muncul saat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut, Senin (18/9/2023).Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi muncul saat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut, Senin (18/9/2023). Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng

"Karena pusat ada kantor camat, koramil. Kalau Polsek di Gudang Kapuk (utara Betal Lawas). Di sini juga ada pasar tradisional. Penjual dan pembeli dari empat kecamatan ada. Sekarang jadi semak belukar," kata Kadiman di kawasan Betal Lawas, Senin (18/9/2023).

ADVERTISEMENT

Di kawasan Betal Lawas, Kadiman menunjukkan lokasi pasar tradisional, simpang empat, puskesmas, lapangan dan fasilitas umum lainnya. Namun yang tersisa kini hanya beberapa bekas bangunan. Seperti sumur, kamar mandi, tembok, dan jalur jalan raya.

"Namanya pusat ya dulu ramai di sini. Ada stasiun juga. Itu kereta dari Solo ke Baturetno. Sekarang bekas (stasiun) sudah tidak ada. Relnya juga sudah hilang, banyak yang diambil orang," ungkap dia.

Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi muncul saat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut, Senin (18/9/2023).Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi muncul saat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut, Senin (18/9/2023). Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng

Kadiman menuturkan pada saat proses proyek pembangunan WGM, dan transmigrasi, tidak ada perlawanan dari warga. Warga ada yang pindah secara bersamaan ada juga yang pindah tergantung waktu genangan air ke rumahnya.

Kadiman menjelaskan dengan kondisi seperti itu, ada bangunan milik warga yang langsung terendam, dan ditinggalkan begitu saja. Sebab, saat air sudah mulai menggenangi rumah warga, rumah langsung dikosongkan.

"Dari cerita yang transmigrasi ke sana, biaya hidup selama dua tahun ditanggung pemerintah. Kemudian setiap KK mendapat tanah dua hektare untuk dikelola," kata Kadiman.

Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi muncul saat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut, Senin (18/9/2023).Bekas permukiman Betal Lawas di Kecamatan Nguntoronadi muncul saat Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut, Senin (18/9/2023). Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng

Sisa bangunan yang muncul membuktikan jika dulu perairan WGM adalah permukiman warga. WGM dibangun pada 1978 dan mulai dioperasikan 1980. Pada saat itu sekitar 41.000 warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri harus dipindah atau transmigrasi.




(aku/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads