Universitas Gadjah Mada (UGM) Tjabang Magelang dibuka sejak 1963 hingga akhirnya tamat riwayatnya pada 1978. Selama itu kampus tersebut sudah meluluskan 321 sarjana.
Salah satunya adalah Badri (71) warga Grabag, Magelang, yang pernah menjadi mahasiswa Fakultas Teknik di UGM Tjabang Magelang.
"Saya dulu cita-cita masuk Arsitektur. Setelah lulus SMA 1 Teladan Jogja, saya daftar di Gadjah Mada (UGM) ambil Arsitek tidak diterima," kata Badri saat ditemui di rumahnya, Selasa (29/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia lantas sempat mendaftar di salah satu kampus swasta di Jogja. Beruntung, dia lantas mendengar informasi pembukaan UGM Tjabang Magelang.
"Paklik (paman) saya bilang di Magelang ada cabang UGM Fakultas Teknik Sipil, wis tak daftarke (sudah didaftarkan), tinggal nanti tes. Saya tes diterima," kata Badri mengisahkan.
Dia masuk di UGM Tjabang Magelang tahun 1966 dengan mengambil Teknik Sipil. Ketika itu, satu angkatan ada sekitar 80-an mahasiswa, di mana hanya ada 5 di antaranya perempuan.
Di tengah-tengah pendidikannya, muncul aturan dari pemerintah pusat bahwa universitas tidak boleh membuka cabang. UGM Tjabang Magelang terkena imbas aturan itu dan memindahkan mahasiswanya ke Jogja secara bertahap.
Baca juga: Menyusuri Jejak Kampus UGM Tjabang Magelang |
Badri mengaku mulai ikut kuliah di FT UGM di Jogja sekitar 1971. Karena kuliah sambil bekerja, dia menjadi salah satu 'mahasiswa abadi' di UGM. Badri baru lulus pada 1980.
Setelah lulus dia pun terakhir bekerja di Kementerian PUPR sebagai perencana jalan raya dan pengawas di Bina Marga.
![]() |
Bahkan saat dilakukan pembangunan Monumen Memorial UGM Tjabang Magelang, dia dipercaya sebagai pelaksana. Bahkan, baru saja para alumni urunan untuk membersihkan rerumputan di eks kampus UGM TM.
"(kondisi sekarang) Saya nggrantes, eman-eman ( sedih dan sayang). Sudah dulu ada kenang-kenangan begitu, kok sekarang tidak digunakan," pungkasnya.
(ahr/sip)